Apakah Baliho Masih Relevan sebagai Strategi Kampanye Efektif?

Jum'at, 18 Maret 2022 - 15:37 WIB
loading...
Apakah Baliho Masih Relevan sebagai Strategi Kampanye Efektif?
Apakah Baliho Masih Relevan sebagai Strategi Kampanye Efektif? Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Apa yang paling Anda ingat setiap musim kampanye? Salah satu yang paling mencolok di saat kampanye adalah keberadaan baliho. Pemasangan baliho mungkin masih menjadi strategi pengenalan kandidat dalam berbagai pemilihan pejabat dan aparatur negara sekalipun sebenarnya langkah ini sudah terbilang kurang efektif di masa kini.

Dalam Jurnal Adhyasta Pemilu dari Bawaslu , pemasangan baliho pada saat menjelang pemilu bisa menjadi sampah visual, khususnya di area perkotaan. Untuk mengatasinya, ada cara yang direkomendasikan yaitu penggunaan media yang ramah lingkungan sebagai pengganti gaya kampanye konvensional. Bagaimana cara realisasi hal tersebut? Apalagi pada era digital seperti ini, segala sesuatu tidak lepas dari teknologi internet.

Di era serba digital ini, semua hal punya kaitan dengan yang namanya media sosial. Dunia politik pun tidak ketinggalan. Sebagai sebuah seni yang membutuhkan alat untuk menyalurkan pengaruhnya kepada publik, politik sangat tidak bisa dipisahkan dengan media kekinian tersebut.

Para pelaku politik perlu sarana yang membuat mereka cukup dekat dengan masyarakat demi menyampaikan pesan dan menerima umpan baliknya. Untuk mengontrol dan memastikan kampanye politik melalui media sosial berjalan efektif, pelaku politik bisa mengikuti panduan di bawah ini.

1. Melakukan Live Video
Bertatap muka secara langsung dengan publik melalui fitur live video dalam media sosial adalah salah satu cara efektif. Tujuannya untuk membuat mereka, yaitu para pendukung maupun calon pendukung merasa bahwa kepentingannya dilibatkan dan diperhatikan oleh pelaku politik tersebut.

Melakukan live video bisa dianggap sebagai alternatif dari siaran berita konvensional. Hal ini sangat menguntungkan bagi politisi lokal atau politisi yang berasal dari partai kecil yang belum banyak terekspose media.

2. Jangan Mengabaikan Media Sosial Generasi Baru
Memang, Twitter dan Facebook adalah media sosial yang tepat untuk menjadi sarana penyampaian pesan dan pengaruh terbaik bagi para politisi secara demografi media sosial. Sebagian besar orang yang telah memiliki hak pilih memang menggunakan media sosial jenis tersebut. Namun, kita tidak boleh melupakan eksistensi golongan milenial dan Gen Z yang nantinya juga akan memiliki hak pilih. Tidak ada salahnya membuat mereka lebih mengenal dan terbiasa dengan kehadiran kita sebagai tokoh publik.

Untuk menghemat waktu, kita bisa memanfaatkan fitur multiple networks atau menghubungkan akun-akun media sosial yang kita miliki sehingga memungkinkan kita untuk mem-posting satu pesan untuk lebih dari satu media sosial.

3. Menangani Provokator dengan Bijak
Memegang sebuah akun media sosial memang melelahkan, apalagi bila media sosial tersebut bertujuan untuk melancarkan kampanye politik. Sudah tentu kita akan menemui banyak provokator, pelaku pelecehan, komentar-komentar spam, hingga pelaporan masal atas konten dan akun kita tanpa adanya sebab yang jelas.

Hal itu sudah biasa kita temui apabila kita berada di ranah media sosial maupun politik. Mungkin ini terdengar klise dan tidak mengubah apa pun, tetapi cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengabaikan komentar tersebut dan tidak terpancing emosi. Kita harus mencoba menekankan peran komunitas di kolom komentar dan tidak memperumit masalah dan menyebabkan timbulnya pertikaian yang tidak berguna.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1773 seconds (0.1#10.140)