Kontroversi Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban
loading...
A
A
A
Masyarakat muslim di Mesir dan Yaman telah melaksanakan tradisi menghidupkan malam Nishfu Sya’ban. Ritual peribadatan Nishfu Sya’ban kemudian masuk ke Indonesia, khususnya ke wilayah masyarakat Betawi yang menurut perkiraan dibawa oleh para ulama atau habib dari Yaman sehingga wajar jika ritual peribadatan Nishfu Sya`ban di Betawi khususnya tidak jauh berbeda dengan yang ada di Yaman.
Di masyarakat Betawi, peringatan Nishfu Sya'ban seakan telah menjadi acara wajib seperti halnya Maulidan dan Rajaban yang dilakukan di masjid dan musala setelah salat magrib.
Berdasarkan penjelasan beberapa literatur tentang Nishfu Sya’ban, dapat disimpulkan bahwa ekspresi kegembiraan menyambut malam Nishfu Sya’ban yang sudah menjadi tradisi di kalangan mayoritas muslimin saat ini dapat ditoleransi selama tidak menyimpang dari manhaj ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunah. Hal itu bahkan dianjurkan, sebab menjadi bagian dari syiar yang diharapkan dapat menumbuhkan motivasi serta kesiapan mental berupa semangat dan kesungguhan untuk meraih ampunan Allah swt.
Di masyarakat Betawi, peringatan Nishfu Sya'ban seakan telah menjadi acara wajib seperti halnya Maulidan dan Rajaban yang dilakukan di masjid dan musala setelah salat magrib.
Berdasarkan penjelasan beberapa literatur tentang Nishfu Sya’ban, dapat disimpulkan bahwa ekspresi kegembiraan menyambut malam Nishfu Sya’ban yang sudah menjadi tradisi di kalangan mayoritas muslimin saat ini dapat ditoleransi selama tidak menyimpang dari manhaj ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunah. Hal itu bahkan dianjurkan, sebab menjadi bagian dari syiar yang diharapkan dapat menumbuhkan motivasi serta kesiapan mental berupa semangat dan kesungguhan untuk meraih ampunan Allah swt.
(bmm)