Surat Tak Direspons, Dubes Ukraina: Pak Jokowi dan Bu Retno, Kenapa Anda Diam?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin mengabarkan dirinya sudah mengirimkan surat resmi dan terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Namun, dia mengaku belum menerima respons apa pun dari pemerintah Indonesia.
"Saya memang berharap bisa bertemu langsung dengan Presiden Jokowi, tapi saya memaklumi betapa sibuknya Presiden, terlebih dengan agenda G20 yang sedang berjalan," ujar Vasyl dalam wawancara eksklusif dengan MNC Portal Indonesia (MPI) di Jakarta, Senin(7/3/2022).
Namun, Vasyl menyayangkan tidak ada respons yang diterimanya hingga saat ini, baik informal dan formal. Vasyl juga mengaku memiliki kontak Menlu Retno. "Bu Retno, sudah saya telpon, saya WhatsApp, sama sekali tidak ada jawaban, dan telpon tidak diangkat," ungkap Vasyl.
Vasyl mengatakan, ada beberapa hal yang diinginkan oleh Ukraina dari Indonesia. Jika Indonesia memang tidak bisa mengirimkan dukungan militer, diharapkan ada bantuan bentuk lain yang bisa diberikan untuk rakyat Ukraina.
"Yang pertama adalah dukungan moral, seperti misalnya kecaman terhadap aksi Rusia, kami tidak melihat kata-kata yang kuat dari pemerintah. Pernyataan yang diterbitkan di laman Kemlu, menurut saya, sedikit lemah, karena kata-kata seperti "hentikan perang", "kami mau kedamaian dan stabilitas", itu sama persis dengan omongan Vladimir Putin," tegas Vasyl.
Vasyl mengungkapkan seharusnya siapa nama agresor dalam konflik ini, entah itu Putin atau Rusia, disebutkan dan dikecam. Kedua, Ukraina berharap adanya bantuan kemanusiaan dari Indonesia.
"Ukraina butuh bantuan kemanusiaan, dan sudah dikirimkan dari Eropa, tapi masih kami butuh banyak. Khususnya medis, karena apapun yang terkait dengan rumah sakit dan obat-obatan. Seperti misalnya putri saya di Ukraina beberapa hari lalu terkena pneumonia, dan dia bersama istri saya tidak bisa menemukan antibiotik karena semua apotik dan penyedia obat tutup, dan ada kendala pengiriman dari gudang farmasi karena situasi perang," jelas Vasyl.
Vasyl mengatakan, jika memang Indonesia tidak bisa menyumbangkan perlengkapan dan peralatan militer, Ukraina berharap akan perlengkapan untuk sipil. "Apapun, bahkan selimut, karena temperatur di sana itu 0 derajat celcius, dan rumah-rumah warga di sana hancur, mereka hanya tinggal di tenda-tenda," ungkapnya.
"Saya memang berharap bisa bertemu langsung dengan Presiden Jokowi, tapi saya memaklumi betapa sibuknya Presiden, terlebih dengan agenda G20 yang sedang berjalan," ujar Vasyl dalam wawancara eksklusif dengan MNC Portal Indonesia (MPI) di Jakarta, Senin(7/3/2022).
Namun, Vasyl menyayangkan tidak ada respons yang diterimanya hingga saat ini, baik informal dan formal. Vasyl juga mengaku memiliki kontak Menlu Retno. "Bu Retno, sudah saya telpon, saya WhatsApp, sama sekali tidak ada jawaban, dan telpon tidak diangkat," ungkap Vasyl.
Vasyl mengatakan, ada beberapa hal yang diinginkan oleh Ukraina dari Indonesia. Jika Indonesia memang tidak bisa mengirimkan dukungan militer, diharapkan ada bantuan bentuk lain yang bisa diberikan untuk rakyat Ukraina.
"Yang pertama adalah dukungan moral, seperti misalnya kecaman terhadap aksi Rusia, kami tidak melihat kata-kata yang kuat dari pemerintah. Pernyataan yang diterbitkan di laman Kemlu, menurut saya, sedikit lemah, karena kata-kata seperti "hentikan perang", "kami mau kedamaian dan stabilitas", itu sama persis dengan omongan Vladimir Putin," tegas Vasyl.
Vasyl mengungkapkan seharusnya siapa nama agresor dalam konflik ini, entah itu Putin atau Rusia, disebutkan dan dikecam. Kedua, Ukraina berharap adanya bantuan kemanusiaan dari Indonesia.
"Ukraina butuh bantuan kemanusiaan, dan sudah dikirimkan dari Eropa, tapi masih kami butuh banyak. Khususnya medis, karena apapun yang terkait dengan rumah sakit dan obat-obatan. Seperti misalnya putri saya di Ukraina beberapa hari lalu terkena pneumonia, dan dia bersama istri saya tidak bisa menemukan antibiotik karena semua apotik dan penyedia obat tutup, dan ada kendala pengiriman dari gudang farmasi karena situasi perang," jelas Vasyl.
Vasyl mengatakan, jika memang Indonesia tidak bisa menyumbangkan perlengkapan dan peralatan militer, Ukraina berharap akan perlengkapan untuk sipil. "Apapun, bahkan selimut, karena temperatur di sana itu 0 derajat celcius, dan rumah-rumah warga di sana hancur, mereka hanya tinggal di tenda-tenda," ungkapnya.
(cip)