Bumerang
loading...
A
A
A
Sam Edy Yuswanto
Penulis lepas, mukim di Kebumen
Masa depan dengan karier dan sederet pencapaian yang cemerlang tentu menjadi impian banyak orang. Nyaris tak ada seorang pun yang menginginkan masa depannya suram tanpa kepastian. Karenanya, tak heran bila setiap orang akan selalu berlomba-lomba mengejar segala hal yang diinginkannya, sehingga kelak bisa memiliki masa depan yang cerah dan membanggakan.
Bicara tentang masa depan, Zulfa Nura dalam buku ini menguraikan bahwa semua orang punya gambaran dan mimpi yang diharapkannya soal masa depan. Entah itu kebahagiaan, kesuksesan jabatan, kenyamanan hidup, keberhasilan hubungan, tingkatan finansial, atau sebuah pencapaian. Bahkan, bagi orang yang tak memiliki cita-cita atau mimpi pun pasti juga berharap masa depannya, setidaknya, akan tetap baik-baik saja.
Masa depan yang penuh dengan ketidakpastian akan membuat sebagian orang dihantui banyaknya pertanyaan-pertanyaan kecemasan, keraguan dan mungkin juga rasa waswas. Manusia cenderung takut pada hal yang tak diketahui. Masa depan yang tidak dapat diprediksi tentu menjadi sumber kekhawatiran tersendiri bagi sebagian orang. Bagi mereka yang hidup dengan rasa pesimis, ketidakpastian akan selalu berakhir dengan ending negatif di pikiran mereka.
Perasaan-perasaan semacam itu (cemas, tidak mampu, takut gagal, dll. dengan apa yang belum terjadi di masa depan) terkadang memang baik untuk membuat kita lebih berhati-hati dalam banyak hal. Juga membuat kita lebih banyak perhitungan dan berpikir lebih matang untuk melakukan sesuatu. Hanya saja, ketika semua perasaan itu muncul berlebihan, maka ia akan menjadi bumerang yang menyakitkan (halaman 24).
Sebenarnya tak hanya perasaan cemas, waswas atau khawatir berlebihan yang dapat menjadi bumerang bagi setiap orang, tetapi sikap percaya diri dan optimistis yang terlalu berlebihan juga dapat menjadi bumerang yang dapat membuat sebagian orang merasa down dan terpuruk bila kelak apa yang diinginkan tak sesuai ekspektasi.
Pikiran positif atau negatif bila porsinya terlalu berlebihan, tetap saja tak akan berakhir baik. Banyak orang terjebak dengan skenario masa depannya sendiri. Maka ketika akhirnya dihantam realitas yang jauh sekali dari ekspektasi, ia akan merasa hancur. Skenario masa depan yang terlihat sempurna sering kali membuat seseorang ditampar lebih keras oleh kenyataan yang selalu menaik-turunkan alur kehidupannya. Terbang terlalu tinggi ketika sayap kita tak cukup kuat akan membuat kita jatuh dengan lebih sakit, karena kita belum bersiap (halaman 28-29).
Menyeimbangkan Emosi
Manusia adalah makhluk yang memiliki beragam emosi dan perasaan. Hal itulah yang akan menentukan bagaimana mereka akan bereaksi terhadap sesuatu. Keterlibatan emosi sebagai aspek dalam kehidupan manusia adalah hal yang wajar.
Emosi yang kita miliki mempunyai peran penting dalam menentukan reaksi kita atas sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita. Sebuah peristiwa dapat membuat kita merasakan emosi yang tidak hanya satu, tapi beragam. Tak ada salahnya merasa menyesal, marah, kecewa, sedih, atau sekadar merasakan perasaaan tidak baik-baik saja. Itu hal yang normal dan wajar. Emosi memang diperlukan, selama porsinya pas dan tidak berlebihan (halaman 31).
Penulis lepas, mukim di Kebumen
Masa depan dengan karier dan sederet pencapaian yang cemerlang tentu menjadi impian banyak orang. Nyaris tak ada seorang pun yang menginginkan masa depannya suram tanpa kepastian. Karenanya, tak heran bila setiap orang akan selalu berlomba-lomba mengejar segala hal yang diinginkannya, sehingga kelak bisa memiliki masa depan yang cerah dan membanggakan.
Bicara tentang masa depan, Zulfa Nura dalam buku ini menguraikan bahwa semua orang punya gambaran dan mimpi yang diharapkannya soal masa depan. Entah itu kebahagiaan, kesuksesan jabatan, kenyamanan hidup, keberhasilan hubungan, tingkatan finansial, atau sebuah pencapaian. Bahkan, bagi orang yang tak memiliki cita-cita atau mimpi pun pasti juga berharap masa depannya, setidaknya, akan tetap baik-baik saja.
Masa depan yang penuh dengan ketidakpastian akan membuat sebagian orang dihantui banyaknya pertanyaan-pertanyaan kecemasan, keraguan dan mungkin juga rasa waswas. Manusia cenderung takut pada hal yang tak diketahui. Masa depan yang tidak dapat diprediksi tentu menjadi sumber kekhawatiran tersendiri bagi sebagian orang. Bagi mereka yang hidup dengan rasa pesimis, ketidakpastian akan selalu berakhir dengan ending negatif di pikiran mereka.
Perasaan-perasaan semacam itu (cemas, tidak mampu, takut gagal, dll. dengan apa yang belum terjadi di masa depan) terkadang memang baik untuk membuat kita lebih berhati-hati dalam banyak hal. Juga membuat kita lebih banyak perhitungan dan berpikir lebih matang untuk melakukan sesuatu. Hanya saja, ketika semua perasaan itu muncul berlebihan, maka ia akan menjadi bumerang yang menyakitkan (halaman 24).
Sebenarnya tak hanya perasaan cemas, waswas atau khawatir berlebihan yang dapat menjadi bumerang bagi setiap orang, tetapi sikap percaya diri dan optimistis yang terlalu berlebihan juga dapat menjadi bumerang yang dapat membuat sebagian orang merasa down dan terpuruk bila kelak apa yang diinginkan tak sesuai ekspektasi.
Pikiran positif atau negatif bila porsinya terlalu berlebihan, tetap saja tak akan berakhir baik. Banyak orang terjebak dengan skenario masa depannya sendiri. Maka ketika akhirnya dihantam realitas yang jauh sekali dari ekspektasi, ia akan merasa hancur. Skenario masa depan yang terlihat sempurna sering kali membuat seseorang ditampar lebih keras oleh kenyataan yang selalu menaik-turunkan alur kehidupannya. Terbang terlalu tinggi ketika sayap kita tak cukup kuat akan membuat kita jatuh dengan lebih sakit, karena kita belum bersiap (halaman 28-29).
Menyeimbangkan Emosi
Manusia adalah makhluk yang memiliki beragam emosi dan perasaan. Hal itulah yang akan menentukan bagaimana mereka akan bereaksi terhadap sesuatu. Keterlibatan emosi sebagai aspek dalam kehidupan manusia adalah hal yang wajar.
Emosi yang kita miliki mempunyai peran penting dalam menentukan reaksi kita atas sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita. Sebuah peristiwa dapat membuat kita merasakan emosi yang tidak hanya satu, tapi beragam. Tak ada salahnya merasa menyesal, marah, kecewa, sedih, atau sekadar merasakan perasaaan tidak baik-baik saja. Itu hal yang normal dan wajar. Emosi memang diperlukan, selama porsinya pas dan tidak berlebihan (halaman 31).