Amerika dan China Dinilai Punya Kepentingan di Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Amerika Serikat (AS) dan China dinilai punya kepentingan dalam Pilpres 2024 . Hal tersebut dikemukakan oleh Analis Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago.
Pangi berpendapat bahwa selalu ada kepentingan negara Amerika Serikat dan China dalam kontestasi pilpres di Indonesia. “Ini seperti sulit dibuktikan, tapi bisa kita rasakan, bagaimana 2 negara ini punya kepentingan dan agenda besar menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis mereka,” kata Pangi Syarwi Chaniago kepada SINDOnews, Sabtu (19/2/2022).
Menurut Pangi, Amerika maupun China butuh Indonesia. Pangi menilai itu wajar karena Indonesia adalah negara besar dan kekayaan alamnya melimpah. Maka, kedua negara itu dinilainya sangat ketergantungan dengan Indonesia.
“Jadi, saya pikir wajar AS dan China punya kepentingan di setiap pilpres Indonesia, kita bisa lihat 2 periode Jokowi berkuasa, bagaimana intimnya hubungan Indonesia dengan China, kita bisa lihat, negara ini seperti adik kakak, sementara pada saat yang sama AS belum tentu happy, wajar kita ingin bilang kiblat Indonesia di rezim Jokowi adalah China, bukan AS,” katanya.
Sehingga, dia meyakini Amerika Serikat akan berupaya merebut kembali pengaruhnya di Pilpres 2024. “Mereka (AS, red) p asti punya agenda agar kepentingan national (national interest) terhadap Indonesia,” ungkapnya.
Dia melihat Amerika merasa terganggu dan kurang nyaman dengan rezim saat ini. “Karena China lebih dominan dan banyak agenda besarnya yang berjalan mulus dengan mitra strategisnya Negara Indonesia,” tuturnya.
Hal senada dikatakan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. “Pengaruh itu sesuatu yang tidak dapat dihindari, baik secara langsung maupun tidak,” kata Dedi kepada SINDOnews secara terpisah.
Dedi mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan sumber daya ekonomi yang besar. Sehingga, negara lain terutama yang memiliki kekuatan besar di dunia akan punya kepentingan terhadap pilpres di Indonesia.
“Terutama soal ekonomi, karena siapa yang akan memimpin Indonesia punya pengaruh terhadap kebijakan luar negeri, termasuk pengaruh pada relasi Amerika atau China. Untuk itu, dua negara itu jelas ikut serta dalam upaya memupuk harapan agar tokoh yang dapat menguntungkan mereka bisa memenangi pilpres,” pungkas Dedi.
Sementara itu, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab mengatakan bahwa kepemimpinan nasional bisa menentukan arah mana politik luar negeri akan bersinggungan erat. “Apakah AS atau China. Makanya, tidak heran kalau negara-negara ini punya kepentingan di pilpres nanti,” kata Fadhli kepada SINDOnews secara terpisah.
Menurut dia, bukan sekadar kepentingan politik elektoral sebetulnya. “Lebih dari itu, ideologi, budaya, ekonomi, dan banyak aspek. Karena bangsa ini, besar, kaya, melimpah ruah, siapapun yang kuat akan punya kepentingan di republik ini, bukan hanya AS dan China. Seperti perawan cantik dan menarik, Indonesia itu digilai banyak pria, makanya negara-negara akan menebar pengaruhnya untuk menggolkan kepentingannya,” pungkasnya.
Manajer Pendidikan Pemilih pada Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Muhammad Hanif mengatakan bahwa pada dasarnya setiap negara yang memiliki peranan dan kekuatan cukup besar atau adidaya, pasti memiliki kepentingan kepada negara lainnya. “Tidak lepas Indonesia juga demikian,” kata Hanif.
Artinya, kata dia, Indonesia yang memiliki kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang cukup banyak dan sumber daya alam (SDA) yang melimpah akan menjadi modal dan kekuatan bagi negara lain jika menjalin hubungan secara erat. “Berkaitan dengan pilpres, ada indikasi bahwa negara tersebut memiliki kepentingan, dua negara superior ini sedang menunjukkan kekuatannya masing-masing, sehingga imbasnya pasti akan ke pilpres Indonesia yang nantinya kemungkinan ada intervensi dari kedua negara tersebut,” katanya
Menurut dia, bentuk intervensinya macam-macam. Lebih lanjut dia mengatakan jika dilihat dari jejak digital sejumlah pendapat para pengamat, pilpres sebelumnya juga disinyalir ada intervensi dari kedua negara tersebut.
“Jadi, akan ada kemungkinan bahwa kedua negara tersebut akan ada kepentingan pada pilpres Indonesia nanti karena Indonesia memiliki posisi strategis untuk menguatkan kedua negara tersebut,” pungkasnya.
Pangi berpendapat bahwa selalu ada kepentingan negara Amerika Serikat dan China dalam kontestasi pilpres di Indonesia. “Ini seperti sulit dibuktikan, tapi bisa kita rasakan, bagaimana 2 negara ini punya kepentingan dan agenda besar menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis mereka,” kata Pangi Syarwi Chaniago kepada SINDOnews, Sabtu (19/2/2022).
Menurut Pangi, Amerika maupun China butuh Indonesia. Pangi menilai itu wajar karena Indonesia adalah negara besar dan kekayaan alamnya melimpah. Maka, kedua negara itu dinilainya sangat ketergantungan dengan Indonesia.
“Jadi, saya pikir wajar AS dan China punya kepentingan di setiap pilpres Indonesia, kita bisa lihat 2 periode Jokowi berkuasa, bagaimana intimnya hubungan Indonesia dengan China, kita bisa lihat, negara ini seperti adik kakak, sementara pada saat yang sama AS belum tentu happy, wajar kita ingin bilang kiblat Indonesia di rezim Jokowi adalah China, bukan AS,” katanya.
Sehingga, dia meyakini Amerika Serikat akan berupaya merebut kembali pengaruhnya di Pilpres 2024. “Mereka (AS, red) p asti punya agenda agar kepentingan national (national interest) terhadap Indonesia,” ungkapnya.
Dia melihat Amerika merasa terganggu dan kurang nyaman dengan rezim saat ini. “Karena China lebih dominan dan banyak agenda besarnya yang berjalan mulus dengan mitra strategisnya Negara Indonesia,” tuturnya.
Hal senada dikatakan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. “Pengaruh itu sesuatu yang tidak dapat dihindari, baik secara langsung maupun tidak,” kata Dedi kepada SINDOnews secara terpisah.
Dedi mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan sumber daya ekonomi yang besar. Sehingga, negara lain terutama yang memiliki kekuatan besar di dunia akan punya kepentingan terhadap pilpres di Indonesia.
“Terutama soal ekonomi, karena siapa yang akan memimpin Indonesia punya pengaruh terhadap kebijakan luar negeri, termasuk pengaruh pada relasi Amerika atau China. Untuk itu, dua negara itu jelas ikut serta dalam upaya memupuk harapan agar tokoh yang dapat menguntungkan mereka bisa memenangi pilpres,” pungkas Dedi.
Sementara itu, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab mengatakan bahwa kepemimpinan nasional bisa menentukan arah mana politik luar negeri akan bersinggungan erat. “Apakah AS atau China. Makanya, tidak heran kalau negara-negara ini punya kepentingan di pilpres nanti,” kata Fadhli kepada SINDOnews secara terpisah.
Menurut dia, bukan sekadar kepentingan politik elektoral sebetulnya. “Lebih dari itu, ideologi, budaya, ekonomi, dan banyak aspek. Karena bangsa ini, besar, kaya, melimpah ruah, siapapun yang kuat akan punya kepentingan di republik ini, bukan hanya AS dan China. Seperti perawan cantik dan menarik, Indonesia itu digilai banyak pria, makanya negara-negara akan menebar pengaruhnya untuk menggolkan kepentingannya,” pungkasnya.
Manajer Pendidikan Pemilih pada Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Muhammad Hanif mengatakan bahwa pada dasarnya setiap negara yang memiliki peranan dan kekuatan cukup besar atau adidaya, pasti memiliki kepentingan kepada negara lainnya. “Tidak lepas Indonesia juga demikian,” kata Hanif.
Baca Juga
Artinya, kata dia, Indonesia yang memiliki kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang cukup banyak dan sumber daya alam (SDA) yang melimpah akan menjadi modal dan kekuatan bagi negara lain jika menjalin hubungan secara erat. “Berkaitan dengan pilpres, ada indikasi bahwa negara tersebut memiliki kepentingan, dua negara superior ini sedang menunjukkan kekuatannya masing-masing, sehingga imbasnya pasti akan ke pilpres Indonesia yang nantinya kemungkinan ada intervensi dari kedua negara tersebut,” katanya
Menurut dia, bentuk intervensinya macam-macam. Lebih lanjut dia mengatakan jika dilihat dari jejak digital sejumlah pendapat para pengamat, pilpres sebelumnya juga disinyalir ada intervensi dari kedua negara tersebut.
“Jadi, akan ada kemungkinan bahwa kedua negara tersebut akan ada kepentingan pada pilpres Indonesia nanti karena Indonesia memiliki posisi strategis untuk menguatkan kedua negara tersebut,” pungkasnya.
(rca)