Model Pers Berkelanjutan
loading...
A
A
A
Model pers berkelanjutan harus diperkuat paling tidak dalam dua hal. Pertama, memperkuat kapasitas sumberdaya manusia yang menjadi insan pers. Tuntutan perubahan yang cepat, wajib direspons oleh industri media dengan menguatkan pengetahuan, skill dan sikap para jurnalis yang akan memproduksi, mereporduksi, mendistribusikan informasi hingga mengukur atau mengonfirmasi respons khalayak. Salah satu unsur kerja jurnalis yang paling dekat berpengaruh ke kontens media, tentu saja insan persnya itu sendiri.
Menurut Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese dalam bukunya Mediating the Message: Theories of Influence on Mass Media Content (1991:121), ada lima faktor yang biasanya membentuk hierarki pengaruh dalam media terutama memengaruhi teks yakni individu pekerja media, rutinitas kerja media, level organisasi seperti ownership, level ekstramedia (narasumber, pengiklan dan pemerintah), serta level ideologi. Model pers berkelanjutan tak cukup hanya mengandalkan kemauan mengadaptasi perubahan, tetapi sumberdaya manusia yang menjadi pilar utamanya diabaikan baik dari sisi kompetensi maupun kesejahteraan mereka.
Kedua, memperkuat ekosistem pers terutama di dimensi regulasi dan tatakelola kelembagaan media arus utama saat migrasi ke digital dengan praktik konvergensi. Kepastian aturan yang melindungi peran dan fungsi pers, serta rambu-rambu kerja pers multiplaform yang tetap mengindahkan asas kerja pers bertanggungjawab menjadi kebutuhan. Hal ini penting agar pers tetap bisa memosisikan diri dengan jelas dan tegas di era keberlimpahan informasi, berbeda dengan media sosial yang sifatnya personal.
Puncak peringatan Hari Pers Naisonal (HPN) 2022 yang berlangsung 9 Februari di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), seyogianya tidak sekadar menjadi pertemuan rutin yang bersifat seremonial, melainkan menjadi ajang perjumpaan dalam merumuskan dan menguatkan model pers berkelanjutan secara komprehensif. Selamat Hari Pers Nasional, terus berkontribusi menguatkan peradaban komunikasi di Indonesia.
Menurut Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese dalam bukunya Mediating the Message: Theories of Influence on Mass Media Content (1991:121), ada lima faktor yang biasanya membentuk hierarki pengaruh dalam media terutama memengaruhi teks yakni individu pekerja media, rutinitas kerja media, level organisasi seperti ownership, level ekstramedia (narasumber, pengiklan dan pemerintah), serta level ideologi. Model pers berkelanjutan tak cukup hanya mengandalkan kemauan mengadaptasi perubahan, tetapi sumberdaya manusia yang menjadi pilar utamanya diabaikan baik dari sisi kompetensi maupun kesejahteraan mereka.
Kedua, memperkuat ekosistem pers terutama di dimensi regulasi dan tatakelola kelembagaan media arus utama saat migrasi ke digital dengan praktik konvergensi. Kepastian aturan yang melindungi peran dan fungsi pers, serta rambu-rambu kerja pers multiplaform yang tetap mengindahkan asas kerja pers bertanggungjawab menjadi kebutuhan. Hal ini penting agar pers tetap bisa memosisikan diri dengan jelas dan tegas di era keberlimpahan informasi, berbeda dengan media sosial yang sifatnya personal.
Puncak peringatan Hari Pers Naisonal (HPN) 2022 yang berlangsung 9 Februari di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), seyogianya tidak sekadar menjadi pertemuan rutin yang bersifat seremonial, melainkan menjadi ajang perjumpaan dalam merumuskan dan menguatkan model pers berkelanjutan secara komprehensif. Selamat Hari Pers Nasional, terus berkontribusi menguatkan peradaban komunikasi di Indonesia.
(bmm)