Imlek di Tahun Toleransi

Senin, 31 Januari 2022 - 10:00 WIB
loading...
Imlek di Tahun Toleransi
Serian Wijatno/FOTO/KORAN SINDO
A A A
Serian Wijatno
Ketua Harian Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

Pemerintah melalui pernyataan Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas telah mencanangkan tahun 2022 sebagai tahun toleransi . Ini karena kerukunan dan toleransi masyarakat Indonesia dikagumi berbagai negara.

Buktinya, menurut Menteri Yaqut, Majelis Hukama Al-Muslimin, organisasi independen yang beranggotakan cendekiawan Muslim dari berbagai dunia dan berpusat di Abu Dhabi-Uni Emirat Arab, telah berkunjung untuk menyampaikan keinginannya belajar tentang toleransi masyarakat Indonesia.

Itulah salah satu bukti bahwa toleransi Indonesia menjadi barometer masyarakat dunia. Karena itu, narasi tentang toleransi di Indonesia perlu digaungkan agar dipahami masyarakat dunia.

Dengan dicanangkannya tahun 2022 ini menjadi Tahun Toleransi, maka perayaan Imlek 2573 menjadi Imlek pertama yang dirayakan di Tahun Toleransi ini. Apa maknanya? Maknanya adalah agar Imlek tahun ini lebih meningkatkan semangat toleransinya kepada semua anak bangsa negeri ini tanpa memandang suku, agama, adat dan budaya serta warna kulit.

Meskipun kita tahu bahwa makna Imlek itu sarat dengan pesan toleransi, welas asih kepada sesama, serta saling bahu membahu antar sesama dalam mewujudkan kebersamaan. Pesan dan semangat itu sangat terasa sekali di negara kita sejak lama. Betapa tidak, perayaan Imlek selalu ditandai dengan semangat berbagi kepada sesama. Begitu juga dengan semangat toleransi, sungguh-sungguh terimplementasi.

Soal toleransi yang tinggi ini, bagi kami warga Muslim Tionghoa juga sudah tidak asing lagi. Mengapa demikian? Karena Nabi Muhammad SAW sendiri sebagai panutan dan junjungan kami telah memberikan banyak contoh akan toleransi.

Nabi Muhammad SAW adalah sosok nyata bagaimana menggunakan "rasa" dalam beragama dikaitkan dengan hubungan antar sesama yang berbeda.

Contohnya, suatu ketika nabi sedang berkumpul bersama para sahabatnya. Kemudian ada sekelompok orang lewat sambil memanggul jenazah yang beragama Yahudi. Lalu Nabi secara spontan berdiri sebagai bentuk hormat. Tapi tindakan Nabi itu justru mendapat "protes" dari sahabatnya.

"Wahai Nabi, kenapa engkau berdiri, bukankah jenazah itu seorang Yahudi?" tanya para sahabat. Tapi apa jawab Nabi? "Betul, meski dia Yahudi, setidaknya ia adalah seorang manusia yang perlu kita muliakan," jawab Nabi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1414 seconds (0.1#10.140)