Tak Disangka! Bocah Pencuci Truk Ini Jadi Jenderal Kostrad hingga Dipercaya Andika Perkasa
loading...
A
A
A
Susilo menuturkan, bukan tanpa alasan dirinya kerap tak masuk sekolah. Tanpa sepengetahuan ibunya, dia sering bekerja untuk menambah penghasilan keluarga.
Tentara yang mengawali karier sebagai Pama Kostrad itu mengisahkan, tak jauh dari tempat tinggalnya, persisnya di kawasan Binangun, menjadi tempat pemberhentian truk. Di situlah dia mencari nafkah tambahan.
“Ikut saya sama anak-anak situ untuk mencuci mobil (truk). Kadang-kadang sampai malam, karena di rumah hanya dua kamar. Bayangkan tujuh anak dengan dua kamar, jadi kadang-kadang saya mengalah,” tuturnya.
Brigjen TNI Susilo bersama istri tercinta, Ny Tini Susilo. Foto/Dispenad
Lantas bagaimana Susilo bisa menjadi tentara? Semula, tak terbayang dirinya bakal berkarier di militer. Teman di SMAN 1 Lasem lah yang mengubah jalan hidupnya. Begitu lulus SMA, oleh temannya sebangku itu dia diajak masuk Akabri (kini Akmil).
Lucunya, ketika itu Susilo tak tahu Akabri. Maklum anak desa ditambah saat itu akses informasi sangat jarang. Koran, kata dia, bahkan tak selalu ada di desanya. Justru yang dia tahu hanya Marinir.
“Saya tanya, Akabari itu bagaimana,” kata Susilo. Sang sahabat tadi lantas menunjukkan sebuah foto bergambar deretan siswa Taruna. Kebetulan kakak temannya tadi sedang menempuh pendidikan di Akabri.
Dasar tak pernah tahu Akabri, saat melihat foto siswa Taruna berseragam PDH cokelat, Susilo tak percaya mereka calon tentara. “Saya bilang, ini polisi,” kata dia, seraya tersenyum.
Dalam perkembangannya Susilo lantas mendaftar Akabri. Dia pun diterima dan mengikuti pendidikan di Lembah Tidar, Magelang hingga akhirnya berkarier di TNI AD.
Tentara yang mengawali karier sebagai Pama Kostrad itu mengisahkan, tak jauh dari tempat tinggalnya, persisnya di kawasan Binangun, menjadi tempat pemberhentian truk. Di situlah dia mencari nafkah tambahan.
“Ikut saya sama anak-anak situ untuk mencuci mobil (truk). Kadang-kadang sampai malam, karena di rumah hanya dua kamar. Bayangkan tujuh anak dengan dua kamar, jadi kadang-kadang saya mengalah,” tuturnya.
Brigjen TNI Susilo bersama istri tercinta, Ny Tini Susilo. Foto/Dispenad
Lantas bagaimana Susilo bisa menjadi tentara? Semula, tak terbayang dirinya bakal berkarier di militer. Teman di SMAN 1 Lasem lah yang mengubah jalan hidupnya. Begitu lulus SMA, oleh temannya sebangku itu dia diajak masuk Akabri (kini Akmil).
Lucunya, ketika itu Susilo tak tahu Akabri. Maklum anak desa ditambah saat itu akses informasi sangat jarang. Koran, kata dia, bahkan tak selalu ada di desanya. Justru yang dia tahu hanya Marinir.
“Saya tanya, Akabari itu bagaimana,” kata Susilo. Sang sahabat tadi lantas menunjukkan sebuah foto bergambar deretan siswa Taruna. Kebetulan kakak temannya tadi sedang menempuh pendidikan di Akabri.
Dasar tak pernah tahu Akabri, saat melihat foto siswa Taruna berseragam PDH cokelat, Susilo tak percaya mereka calon tentara. “Saya bilang, ini polisi,” kata dia, seraya tersenyum.
Dalam perkembangannya Susilo lantas mendaftar Akabri. Dia pun diterima dan mengikuti pendidikan di Lembah Tidar, Magelang hingga akhirnya berkarier di TNI AD.