Pilih Aktivitas Minim Risiko

Kamis, 11 Juni 2020 - 06:23 WIB
loading...
Pilih Aktivitas Minim Risiko
Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Angka kasus Covid-19 masih saja tinggi. Potensi gelombang kedua pun sangat mungkin terjadi. Di tengah ancaman ini, masyarakat dituntut berpikir positif dan bertindak cerdas dengan memilih aktivitas harian yang minim risiko.

Untuk meminimalkan potensi paparan Covid-19, masyarakat diajak untuk sebisa mungkin mengurangi kegiatan yang bersifat interaksi langsung dengan orang banyak. Untuk itu, tetap mematuhi aturan menjaga jarak (physical distancing) dan memakai masker menjadi syarat utama agar tidak sampai terserang virus corona.

Ada beberapa aktivitas yang direkomendasikan para ahli kesehatan pada saat pandemi Covid-19 saat ini. Di antaranya bermain tenis, jalan kaki, atau berlari. Aktivitas bersepeda bersama, menurut para ahli kesehatan di Michigan Amerika Serikat (AS) tersebut, bahkan masih tergolong aman.

Adapun aktivitas yang perlu dihindari karena sangat berisiko terpapar Covid-19 antara lain di gym, kolam renang, dan bermain bola basket. Para ahli mencatat mendatangi bar termasuk aktivitas paling berisiko. Data secara lengkap hasil penelitian ahli kesehatan di Michigan selengkapnya lihat info grafis.

Mengapa bar menjadi tempat paling berisiko? Konsumen yang mabuk kepayang kemungkinan tidak akan sadar dengan keadaan sekitar. Selain itu, konsumen juga tidak mungkin mengenakan masker saat berada di dalam bar. “Setelah meneguk beberapa gelas, konsumen akan kehilangan kesadaran. Saat itulah masalah dimulai,” ujar Nasir Hussain, ahli penyakit menular dari Henry Ford Macomb. (Baca: Bocoran dari Saudi, Haji Bisa Dibatasi 20% Kuota Per Negara atau Batal)

Seperti bar, tempat lain yang paling berisiko tinggi menularkan virus juga konser musik. Sekalipun konser digelar di luar ruangan dan bukan di stadion, penumpukan massa di satu titik dapat meningkatkan risiko penyebaran Covid-19. Selain itu, para penonton juga kemungkinan mabuk dan bernyanyi.

Stadion olahraga juga lokasi yang tidak aman. Meski lebih rendah dari tempat konser dan bar, stadion tetap dapat menjadi sarang penyebaran virus. Begitu pun dengan pusat kebugaran, taman, tempat ibadah, dan acara prasmanan.

Para ahli memberikan nilai 8 atau mendekati terburuk yakni poin 10 karena empat lokasi itu menjadi pusat penumpukan masa, kecuali jika dikelola dengan protokol kesehatan secara ketat. “Saat berolahraga, manusia akan mengeluarkan sekreasi dan menarik napas berat. Mengenakan masker akan sangat sulit,” kata Husain.

Langkah pencegahan yang dilakukan adalah mulai dari pembatasan orang, pembatasan sosial, dan pengenaan masker. Tapi, implementasi hal itu diakui tidak mudah. (Baca juga: Mantan Pembalap RaupRp178 Juta Per Hari Gara-gara Terjun di Film Dewasa)

Sebagian laporan menyebutkan penyebaran Covid-19 juga terjadi di gereja. Matthew Sims, ahli penyakit menular dari Beaumont Health, mengatakan risiko penyebaran virus di tempat ibadah dapat dikurangi dengan mengatur tempat duduk, mengenakan masker, dan bersih. Aktivitas seperti bernyanyi juga diimbau dihindari.

Para ahli sepakat sebagian besar aktivitas rekreasional di luar ruangan memiliki risiko rendah, kecuali olahraga seperti basket. Para pemain basket setidaknya akan melakukan kontak fisik untuk menghadang lawan. Mereka juga tidak mungkin merasa nyaman menggunakan masker selama bermain di lapangan.

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas dr Reisa Broto Asmoro mengakui bahwa jaga jarak atau physical distancing bisa menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85%. “Agar kita semua tetap produktif, kami mengajak semua pihak untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru dengan tetap menjaga protokol kesehatan,” kata Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, kemarin.

Protokol kesehatan, kata Reisa, harus diterapkan dan dipatuhi di semua sektor. Dia mengungkapkan, dari sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah Lancet menunjukkan bahwa physical distancing atau jaga jarak yang aman adalah sampai 1 meter. Jaga jarak merupakan langkah pencegahan terbaik dalam menurunkan transmission rateatau angka penularan. “Terutama ketika berada di ruang publik seperti transportasi umum,” ungkapnya. (Baca juga: Langgar Karantina di Spanyol, Pangeran Belgia Didenda Rp167 Juta)

Reisa mengatakan, Covid-19 menular melalui droplets atau percikkan air liur, maka wajib bagi masyarakat untuk menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi. Serta, hindari kerumunan yang membatasi ruang gerak. “Ingat jaga jarak tadi yang aman minimal 1 meter dari orang lain. Jika hal ini tidak dapat dilakukan, pertimbangkan untuk menggunakan transportasi lain,” tegasnya.

Merujuk jurnal ilmiah Lancet, jika masing-masing menaati protokol ini, maka angka penularan komunitas dapat ditekan sampai hampir ke angka nol. Dengan begitu, adaptasi kebiasaan baru menuju aman Covid-19 dan produktif akan semakin cepat dan mudah dilakukan.

Presiden Joko Widodo Jokowi memperingatkan bahwa ancaman Covid-19 akan terus ada. Hal ini terjadi karena kondisi perkembangan Covid-19 masih dinamis. Ini ditandai degan ada daerah yang kasus barunya turun, tapi juga ada daerah yang kasus barunya meningkat. Demikian pula ada daerah yang juga kasusnya sudah nihil.

Dia memperingatkan bahwa jangan sampai terjadi gelombang kedua Covid-19. Dia meminta jajarannya waspada. “Jangan sampai terjadi gelombang kedua, the second wave. Jangan sampai terjadi lonjakan. Ini yang ingin saya ingatkan kepada kita semuanya,” ungkapnya saat berkunjung ke Kantor Gugus Tugas di Graha BNPB kemarin.

Menurutnya, situasi ini akan terus dihadapi sampai vaksin ditemukan. Bahkan sampai benar-benar dapat dipastikan vaksin tersebut bisa digunakan secara efektif. “Karena kalau vaksinnya sudah ketemu, itu masih harus ada uji klinis, uji lapangan, kemudian juga masih harus diproduksi yang memerlukan waktu. Oleh sebab itu, kita harus beradaptasi dengan Covid-19,” tuturnya.

Bersepeda Makin Digemari

Pada saat pandemi, minat orang untuk berolahraga bersepeda meningkat. Di Jakarta misalnya, peningkatan aktivitas ini tak hanya terlihat di pagi atau sore hari. Namun, di malam hari orang banyak bersepeda dengan berkeliling jalan-jalan utama Ibu Kota. Gambaran tak jauh beda juga terlihat di daerah seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan.

M Lutfi (30) pekerja yang tinggal di Pondok Kopi, Jakarta Timur, kini aktif bersepeda ke kantornya di bilangan Ciniru, Jakarta Selatan. Meski bersepeda, bukan tanpa kekhawatiran Lutfi menjalani aktivitas barunya untuk perjalanan ke kantornya ini. “Saya pakai masker buff, sebisa mungkin hindari kerumunan. Makanya, saya sengaja berangkat jam 04.50 yang belum ramai dan pulang habis isya. Jadi enggak terlalu padat jalanan,” kata pria yang bersepeda sejak 2009 ini.

Dari kacamata mata medis sendiri, apakah aman bersepeda di masa pandemi? Dokter spesialis kedokteran olahraga dr Michael Triangto SpKO mengungkapkan, sebenarnya bersepeda tidaklah sepenuhnya aman. “Tentu lebih aman bila berada di rumah, bersepeda statis contohnya. Tapi, kalau pun mau tetap berolahraga di luar, maka harus perhatikan aturan kesehatan. Misalnya pilih tempat yang memungkinkan tidak bertemu dengan orang lain,” kata dr Michael. (Lihat Videonya: Tak Percaya Terpapar Corona, Keluarga Pasien Bersitegang dengan Polisi)

Bersepeda di luar terlebih dengan orang yang tidak dikenal maka risiko terjangkit virus meningkat menjadi risiko sedang. Untuk masker, dr Michael menyarankan agar saat bersepeda menggunakan masker medis dengan tiga lapis atau masker kain yang juga tiga lapis sesuai anjuran WHO.

Dr Michael menilai, bersepeda sendiri lebih baik daripada ikut rombongan. Selain menekan risiko tertular, bersepeda sendiri juga bisa mengukur kemampuan diri. Jika tidak sanggup, maka bisa berhenti dulu.

Dikutip dari Bicycling.com, David Nieman, profesor dari Appalachian State University, juga menganjurkan agar bersepeda sendiri. “Ketika berkumpul dan seseorang bersin lalu droplets-nya mengenai permukaan yang disentuh orang lain lalu ia menyentuh wajah, akan terinfeksi virus,” ungkapnya. (Muh Shamil/Binti Mufarida/Dita Angga/Sri Noviarni)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1258 seconds (0.1#10.140)