Kekuatan Anies akan Naik ketika Diserang
loading...
A
A
A
Bambang Istianto,
Direktur Eksekutif Center for Public Policy Studies (CPPS)
Beberapa pekan ini konstelasi politik nasional diramaikan dengan pernyataan tendesius Giring Ganesha atau Giring eks Nidji, Plt Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menyebut bahwa jangan pilih pemimpin pembohong. Hal tersebut dikatakan Giring saat memperingati Hari Ulang Tahun ke-7 PSI yang dihadiri Presiden Joko Widodo .
Meski Giring sendiri tidak gamblang menjelaskan siapa yang dimaksud pembohong itu, namun asumsi publik sudah dapat menangkap bahwa orang yang dimaksud oleh politisi muda yang baru masuk panggung politik itu adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan .
Terkait dengan pidato politik Giring saat memperingati Hari Ulang Tahun ke-PSI itu, saya menilai pernyataan itu sebenarnya biasa saja. Namun, karena diucapkan di depan Jokowi sehingga menjadi perhatian publik.
Saya berpandangan bahwa dengan sindiran Giring terhadap Anies, tidak akan mempengaruhi elektabilitas orang nomor satu di DKI Jakarta itu turun. Justru Giring sendiri tengah mempertontonkan kelemahan pribadinya sebagai politisi muda yang tidak memahami dialektika politik.
Sebagai sosok pemimpin yang rendah hati dan low profile seperti gaya Jokowi ketika awal datang ke Ibu Kota, elektabilitas Anies malah akan terdongkrak. Sebab, karakter santun dan humble sangat disukai oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, jika tren kepemimpinan Anies semakin populer maka peluang maju pada Pilpres 2024 kian terbuka.
Meski PSI berusaha membendung laju elektabilitas Anies, dengan berbagai upaya serangan dan opini yang dilakukan, hal itu akan sia-sia. Bahkan, beberapa kali setiap mantan vokalis Nidji menyerang Anies secara personal, netizen justru ramai-ramai membela Anies.
Sebab, psikopolitik masyarakat Indonesia, setiap tokoh yang dicoba dibunuh karakternya tanpa dasar dan apalagi didasari oleh sentimen pribadi pada umumnya tokoh tersebut semakin kuat.
Karena itu saya menyarankan, sebagai politisi muda seperti Giring seyogianya elegan dalam berpolitik. Selain itu, mengedepankan intelektualnya sebagai ketua partai, dibanding menebar kebencian secara personal.
Tapi saya menilai bahwa karakter orang panggung pada umumnya hanya sensasi saja setelah itu ditinggalkan oleh penontonnya. Sedang Anies akan terus melenggang dan semakin kuat tak terbendung.
Direktur Eksekutif Center for Public Policy Studies (CPPS)
Beberapa pekan ini konstelasi politik nasional diramaikan dengan pernyataan tendesius Giring Ganesha atau Giring eks Nidji, Plt Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menyebut bahwa jangan pilih pemimpin pembohong. Hal tersebut dikatakan Giring saat memperingati Hari Ulang Tahun ke-7 PSI yang dihadiri Presiden Joko Widodo .
Meski Giring sendiri tidak gamblang menjelaskan siapa yang dimaksud pembohong itu, namun asumsi publik sudah dapat menangkap bahwa orang yang dimaksud oleh politisi muda yang baru masuk panggung politik itu adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan .
Terkait dengan pidato politik Giring saat memperingati Hari Ulang Tahun ke-PSI itu, saya menilai pernyataan itu sebenarnya biasa saja. Namun, karena diucapkan di depan Jokowi sehingga menjadi perhatian publik.
Saya berpandangan bahwa dengan sindiran Giring terhadap Anies, tidak akan mempengaruhi elektabilitas orang nomor satu di DKI Jakarta itu turun. Justru Giring sendiri tengah mempertontonkan kelemahan pribadinya sebagai politisi muda yang tidak memahami dialektika politik.
Sebagai sosok pemimpin yang rendah hati dan low profile seperti gaya Jokowi ketika awal datang ke Ibu Kota, elektabilitas Anies malah akan terdongkrak. Sebab, karakter santun dan humble sangat disukai oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, jika tren kepemimpinan Anies semakin populer maka peluang maju pada Pilpres 2024 kian terbuka.
Meski PSI berusaha membendung laju elektabilitas Anies, dengan berbagai upaya serangan dan opini yang dilakukan, hal itu akan sia-sia. Bahkan, beberapa kali setiap mantan vokalis Nidji menyerang Anies secara personal, netizen justru ramai-ramai membela Anies.
Sebab, psikopolitik masyarakat Indonesia, setiap tokoh yang dicoba dibunuh karakternya tanpa dasar dan apalagi didasari oleh sentimen pribadi pada umumnya tokoh tersebut semakin kuat.
Karena itu saya menyarankan, sebagai politisi muda seperti Giring seyogianya elegan dalam berpolitik. Selain itu, mengedepankan intelektualnya sebagai ketua partai, dibanding menebar kebencian secara personal.
Tapi saya menilai bahwa karakter orang panggung pada umumnya hanya sensasi saja setelah itu ditinggalkan oleh penontonnya. Sedang Anies akan terus melenggang dan semakin kuat tak terbendung.
(zik)