SDM yang Efisien dan Efektif Pasca Pandemi
loading...
A
A
A
Pada organisasi di mana manusia yang bekerja tidak memerlukan peralatan (variabel kedua) yang spesifik dan bersifat stasioner (tidak dapat dipindahkan), pengurangan densitas pekerja dalam suatu ruangan bisa jadi tidak menjadi masalah besar.
Tetapi, jika peralatan tersebut memiliki spesifikasi yang hanya ada dalam ruang kerja itu dan tidak dapat dipindahkan ke tempat lain secara cepat dan mudah, pilihan yang tersedia hanyalah menambah alat-alat itu di tempat lain agar dihasilkan produktivitas yang sama dengan sebelum pandemi. Alternatif lainnya adalah menambah jam kerja operasi dengan cara pembagian kelompok kerja yang berbeda untuk bekerja pada shift berbeda.
Dalam situasi pandemi yang berlangsung lebih dari tiga bulan dan pendapatan organisasi menurun drastis, menginvestasikan peralatan atau teknologi tertentu untuk menambah lini produksi adalah sesuatu mustahil. Maka itu, pilihannya adalah mengatur jam bekerja secara lebih efektif dan produktif.
Pengaturan jam kerja yang baru dalam skala luas, sesungguhnya juga memberikan keuntungan lain ketika jam bekerja para pegawai di kantor-kantor, korporasi, pabrik, dan juga dapat berubah menyesuaikan dengan lini produksi yang tersedia. Dengan begitu, para pekerja juga yang harus keluar dari rumah tinggal mereka menuju kantor dan kawasan-kawasan produksi juga bisa diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi penumpukan pada jam-jam tertentu.
Sebelum adanya pandemi, jam 06.00-09.00 di pagi hari dan 17.00-20.00 di sore hari adalah jam-jam paling sibuk sehingga penumpukan manusia di tempat-tempat publik dan sarana transportasi publik adalah sesuatu yang tidak terelakkan.
Kerumitan pengelolaan SDM pascapandemi, sesungguhnya memang memerlukan otorisasi yang lebih luas dari pengambil kebijakan dan pengelola kewenangan mulai dari level masing-masing organisasi sampai dengan pengambil atau pengelola kebijakan pada struktur pelayanan masyarakat. Meskipun tidak mudah dan terlihat kompleks, menghasilkan produktivitas SDM yang relatif sama atau mendekati produktivitas sebelum masa pandemi tetaplah dimungkinkan.
Paling penting adalah kompleksitas tersebut disadari, dikelola, dan dikendalikan. Teknologi yang tersedia sudah memungkinkan untuk melakukan hal itu.
Tetapi, jika peralatan tersebut memiliki spesifikasi yang hanya ada dalam ruang kerja itu dan tidak dapat dipindahkan ke tempat lain secara cepat dan mudah, pilihan yang tersedia hanyalah menambah alat-alat itu di tempat lain agar dihasilkan produktivitas yang sama dengan sebelum pandemi. Alternatif lainnya adalah menambah jam kerja operasi dengan cara pembagian kelompok kerja yang berbeda untuk bekerja pada shift berbeda.
Dalam situasi pandemi yang berlangsung lebih dari tiga bulan dan pendapatan organisasi menurun drastis, menginvestasikan peralatan atau teknologi tertentu untuk menambah lini produksi adalah sesuatu mustahil. Maka itu, pilihannya adalah mengatur jam bekerja secara lebih efektif dan produktif.
Pengaturan jam kerja yang baru dalam skala luas, sesungguhnya juga memberikan keuntungan lain ketika jam bekerja para pegawai di kantor-kantor, korporasi, pabrik, dan juga dapat berubah menyesuaikan dengan lini produksi yang tersedia. Dengan begitu, para pekerja juga yang harus keluar dari rumah tinggal mereka menuju kantor dan kawasan-kawasan produksi juga bisa diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi penumpukan pada jam-jam tertentu.
Sebelum adanya pandemi, jam 06.00-09.00 di pagi hari dan 17.00-20.00 di sore hari adalah jam-jam paling sibuk sehingga penumpukan manusia di tempat-tempat publik dan sarana transportasi publik adalah sesuatu yang tidak terelakkan.
Kerumitan pengelolaan SDM pascapandemi, sesungguhnya memang memerlukan otorisasi yang lebih luas dari pengambil kebijakan dan pengelola kewenangan mulai dari level masing-masing organisasi sampai dengan pengambil atau pengelola kebijakan pada struktur pelayanan masyarakat. Meskipun tidak mudah dan terlihat kompleks, menghasilkan produktivitas SDM yang relatif sama atau mendekati produktivitas sebelum masa pandemi tetaplah dimungkinkan.
Paling penting adalah kompleksitas tersebut disadari, dikelola, dan dikendalikan. Teknologi yang tersedia sudah memungkinkan untuk melakukan hal itu.
(poe)