Survei: Publik Optimistis Kondisi Politik di 2022 Lebih Baik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mayoritas publik optimistis kondisi politik di 2022 akan sangat baik. Hal tersebut merupakan salah satu hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang diumumkan hari ini.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan 35,3% responden menilai kondisi politik sekarang baik atau sangat baik. Sedangkan yang menilai buruk atau sangat buruk sebanyak 22% responden.
Kemudian, 33% menilai sedang dan yang tidak jawab 9,6%. Adapun tren persepsi publik, kata dia, bisa bandingkan pada survei sebelum Covid-19 September 2019, yang menyatakan baik ada 41%, pada Desember 2021 menjadi 35,3% atau ada penurunan sentimen positif terhadap politik nasional.
Sebaliknya, yang menyatakan buruk atau sangat buruk dari 14,5% (survei September 2019) menjadi 22%. “Kondisi politik belum pulih sebelum ke posisi sebelum Covid-19,” katanya dalam rilis survei publik yang bertajuk ‘Ekonomi-Politik 2021 dan Harapan 2022: Opini Publik Nasional’ secara daring, Minggu (26/12/2021).
Namun, lanjut Deni, publik memiliki optimisme untuk kondisi politik nasional di tahun mendatang yakni 56,6% yang menyatakan akan lebih baik atau jauh lebih baik. Angka ini lebih banyak dibanding yang mengatakan akan buruk atau akan sangat buruk yang jumlahnya hanya 9,5%, yang menyatakan sedang 21,5%, dan tidak menjawab 12,4%.
“Publik pada umumnya optimistis kondisi politik tahun depan akan sangat baik atau akan baik,” kata Deni.
Untuk kondisi ekonomi, Deni menjelaskan, ada 31,9% warga yang menilai kondisi ekonomi sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding tahun lalu. Sementara yang menilai lebih baik atau jauh lebih baik 36,3%.
“Dan 27% menilai tidak ada perubahan. Sedikit lebih banyak yang menilai kondisi sekarang lebih baik atau jauh lebih baik dibanding tahun lalu,” kata Deni.
Adapun trennya jika dibandingkan survei Juni 2019 atau sebelum ada wabah Covid-19, Deni memaparkan, sebelum wabah Covid-19, yang menilai kondisi ekonomi nasional lebih buruk atau jauh lebih buruk 17,5%, pada Desember 2021 ada 31,9% atau ada kenaikan dari sebelum Covid. Tapi, dalam setahun terakhir dari Oktober 2020-Desember 2021, terlihat sentimen negatif terhadap ekonomi nasional dari 60,3% menjadi 31,9%.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan 35,3% responden menilai kondisi politik sekarang baik atau sangat baik. Sedangkan yang menilai buruk atau sangat buruk sebanyak 22% responden.
Kemudian, 33% menilai sedang dan yang tidak jawab 9,6%. Adapun tren persepsi publik, kata dia, bisa bandingkan pada survei sebelum Covid-19 September 2019, yang menyatakan baik ada 41%, pada Desember 2021 menjadi 35,3% atau ada penurunan sentimen positif terhadap politik nasional.
Sebaliknya, yang menyatakan buruk atau sangat buruk dari 14,5% (survei September 2019) menjadi 22%. “Kondisi politik belum pulih sebelum ke posisi sebelum Covid-19,” katanya dalam rilis survei publik yang bertajuk ‘Ekonomi-Politik 2021 dan Harapan 2022: Opini Publik Nasional’ secara daring, Minggu (26/12/2021).
Namun, lanjut Deni, publik memiliki optimisme untuk kondisi politik nasional di tahun mendatang yakni 56,6% yang menyatakan akan lebih baik atau jauh lebih baik. Angka ini lebih banyak dibanding yang mengatakan akan buruk atau akan sangat buruk yang jumlahnya hanya 9,5%, yang menyatakan sedang 21,5%, dan tidak menjawab 12,4%.
“Publik pada umumnya optimistis kondisi politik tahun depan akan sangat baik atau akan baik,” kata Deni.
Untuk kondisi ekonomi, Deni menjelaskan, ada 31,9% warga yang menilai kondisi ekonomi sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding tahun lalu. Sementara yang menilai lebih baik atau jauh lebih baik 36,3%.
“Dan 27% menilai tidak ada perubahan. Sedikit lebih banyak yang menilai kondisi sekarang lebih baik atau jauh lebih baik dibanding tahun lalu,” kata Deni.
Adapun trennya jika dibandingkan survei Juni 2019 atau sebelum ada wabah Covid-19, Deni memaparkan, sebelum wabah Covid-19, yang menilai kondisi ekonomi nasional lebih buruk atau jauh lebih buruk 17,5%, pada Desember 2021 ada 31,9% atau ada kenaikan dari sebelum Covid. Tapi, dalam setahun terakhir dari Oktober 2020-Desember 2021, terlihat sentimen negatif terhadap ekonomi nasional dari 60,3% menjadi 31,9%.