Potret Lawas Ketum PBNU Gus Yahya saat Kuliah di UGM, Senyumnya Khas

Jum'at, 24 Desember 2021 - 21:09 WIB
loading...
Potret Lawas Ketum PBNU...
Yahya Cholil Staquf (tengah) tersenyum lebar saat Rapat Anggota Komisariat (RAK) HMI UGM pada 1985. FOTO/DOK.RAK HMI UGM
A A A
JAKARTA - KH Yahya Cholil Staquf atau populer disapa Gus Yahya telah ditetapkan sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU ) masa khidmat 2021-2026. Cucu KH Bisri Mustofa, penyusun Kitab Tafsir Al Ibris itu, mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan di Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama di Lampung Tengah, Jumat (24/12/2021).

Lahir dan besar di lingkungan pesantren, karena ayahnya, KH Muhammad Cholil Bisri merupakan pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin di Leteh, Rembang, Jawa Tengah, nyatanya Gus Yahya juga mengenyam pendidikan umum. Kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu kuliah di Fakultas Ilmu dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM).

Saat menjadi mahasiswa, Gus Yahya juga dikenal aktif di organisasi ekstra kampus, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kegiatannya di organisasi kemahasiswaan bisa diketahui dari foto-foto yang beredar dan diterima SINDOnews.

Potret Lawas Ketum PBNU Gus Yahya saat Kuliah di UGM, Senyumnya Khas

Yahya Cholil Staquf saat menjadi Ketua RAKHMI FISIPOL UGM. FOTO/DOK RAK UGM

Dalam satu foto, Gus Yahya terlihat sedang memberikan sambutan dalam Rapat Anggota Komisariat (RAK) HMI UGM pada 1985. Saat itu, dia dipercaya sebagai Ketua Komisariat Fisipol UGM. Gus Yahya terlihat cukup rapi, mengenakan kemeja lengan pendek abu-abu dan dimasukkan ke dalam celana kain lengkap dengan ikat pinggang berwarna coklat. Rambutnya yang ikal mengikuti tren saat itu.

Baca juga: Breaking News: KH Yahya Cholil Staquf Terpilih sebagai Ketua Umum PBNU 2021-2026

Pada foto selanjutnya, Gus Yahya terlihat tersenyum lebar menyaksikan dua rekannya bersalaman sambil menyerahkan map dalam RAK HMI UGM. Senyuman itu terlihat sangat khas milik Gus Yahya hingga saat ini.

Sementara pada potret ketiga, Gus Yahya bersama para anggota Badan Perwakilan UGM yang diketuai Arif Afandi, mantan Wali Kota Surabaya. Penampilan delapan orang anggota Badan Perwakilan UGM, termasuk Gus Yahya terlihat klimis. Mengenakan kemeja lengan pendek warna putih dimasukkan ke dalam celana kain lengkap dengan dasi yang menggantung di leher.

Potret Lawas Ketum PBNU Gus Yahya saat Kuliah di UGM, Senyumnya Khas

Yahya Cholil Staquf (tiga dari kiri) pernah menjadi anggota Badan Perwakilan Mahasiswa UGM yang diketuai mantan Wakil Wali Kota Surabaya Arif Afandi. FOTO/Dok Arief Afandi

Saat kuliah di FISIP UGM Gus Yahya sering diajak ayah dan pamannya, KH Mustofa Bisri ikut acara-acara NU. Salah satunya pada 1987, Gus Mus mengajaknya ikut pertemuan para ulama di Jakarta. Di forum inilah, Gus Yahya bertemu langsung dan berbincang panjang lebar dengan Gus Dur.

"Saya beruntung, karena paman dekat dengan Gus Dur. Setiap ketemu paman, ngobrol tentang Gus Dur. Terutama saat Gus Dur jadi ketua umum. Obrolan saya dengan paman ini diceritakannya ke Gus Dur. Akhirnya Gus Dur juga tahu tentang saya," kata Gus Yahya dikutip dari situs remis NU, Jumat (24/12/2021).

Baca juga: Momen Pergulatan Gus Yahya Menjadi Kader hingga Menjadi Ketum PBNU

Dari pertemuan itu, Gus Yahya menjadi dekat dengan Gus Dur. Hingga akhirnya Gus Yahya ditunjuk menjadi juru bicara ketika Gus Dur menjadi Presiden ke-4 RI pada 1999-2001. Gus Yahya sering bertugas menemani Gus Dur saat tidak ada tamu negara.

Di luar hubungan kerja, Gus Dur juga kerap membicarakan banyak hal dengan Gus Yahya, dari mulai fikih, kaidah fikih, ushul fikih, politik, dan kadang strategi perang.

"Gus Dur sangat fikih semisal dalam membuat kebijakan selalu menyampaikan ke saya bahwa kebijakan ini karena kaidah ini. Saya belajar banyak dengannya," tuturnya. Diakui Gus Yahya, Gus Dur adalah salah satu yang menjadikannya kader NU yang moderat dan demokratis. Gus Dur mampu mempengaruhi pola pikirnya hingga saat ini. Menurutnya, jika tidak bertemu Gus Dur mungkin saja ia sudah ikut Front Pembela Islam (FPI) karena wawasan dan cara berpikirnya saat itu hampir sama dengan organisasi tersebut. "Saya kira seluruh kepribadian saya hari ini dibentuk oleh Kiai Ali Maksum dan Gus Dur. Secara wawasan saya merasa dibentuk dan diubah Gus Dur," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1114 seconds (0.1#10.140)