6 Bencana Paling Banyak Memakan Korban Jiwa: Erupsi Gunung Semeru hingga Dampak Siklon Seroja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sepanjang tahun 2021, bencana alam silih berganti melanda Indonesia. Bencana berupa gempa, banjir, longsor, hingga gunung meletus tersebut membuat warga terluka dan mengungsi, merusak bangunan dan rumah warga, hingga menimbulkan korban jiwa.
Dari sejumlah bencana yang melanda Tanah Air tersebut, SINDOnews merangkum enam bencana dengan korban jiwa paling banyak. Data didapatkan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Berikut ini 6 bencana paling banyak memakan korban jiwa yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2021:
1. Gempa Bumi di Sulawesi Barat
Pada awal tahun 2021, tepatnya tanggal 14 Januari 2021, Indonesia dilanda gempa yang menimbulkan dampak yang cukup besar. Gempa besar ini diawali oleh gempa pembuka dengan magnitudo 5,9 SR pada tanggal 14 Januari pada pukul 13.35 WIB.
Menurut BMKG, gempa pertama tersebut berada pada lokasi : 2.99 LS, 118.89 BT (Kedalaman 10 KM), 4 KM Barat Laut Majene-Sulbar.
Gempa Sulawesi Barat menelan korban sebanyak 101 jiwa meninggal dunia, 3 jiwa hilang, 95.157 jiwa mengungsi yang terbagi menjadi 20 titik pengungsian (29.119 jiwa) di Majene, 230 titik pengungsian (60.505 jiwa) di Mamuju, dan 107 titik pengungsian (5.433 jiwa) di Polewali Mandar. Gempa juga mengakibatkan total 11.124 jiwa terluka dengan rincian 5.562 jiwa luka berat, 278 jiwa luka sedang, dan 5.284 jiwa luka ringan.
Kerugian materil yang diakibatkan oleh gempa Sulawesi Barat antara lain kerusakan rumah dengan total sebanyak 16.293 yang terdiri dari rumah rusak berat, sedang, dan ringan. Di Kabupaten Majene terdapat 1.782 rumah berat, 1.140 rumah rusak sedang, 1.177 rumah rusak ringan, di Kabupaten Mamasa terdapat 47 rumah rusak berat, 139 rumah rusak sedang, dan 580 rumah rusak ringan. Kabupaten Mamuju memiliki kerusakan terbanyak dengan 2.054 rumah rusak berat, 3.843 rumah rusak berat, dan 5.526 rumah rusak ringan.
2. Tanah Longsor di Sumedang, Jawa Barat
Sabtu 9 Januari 2021 pukul 16.00 WIB, terjadi longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.Bencana longsor yterjadi 2 (dua) kali di lokasi yang sama dengan longsor susulan yang datang selang waktu 3 jam setelah kejadian longsor pertama yaitu pukul 19.00 WIB.
Dampak bencana akibat longsor yang terjadi di Sumedang, Jawa Barat ini, Tim SAR Gabungan Longsor Sumedang berhasil menemukan seluruh korban jiwa sebanyak 40 orang. Selain itu, sebenyak 25 orang luka-luka dan 1.119 orang mengungsi.
3. Banjir Kalimantan Selatan
Banjir di Kalimantan Selatan terjadi pada 12 Januari 2021 meluas di 11 kabupaten/kota yang terdampak yakni Kabupaten Tapin, Banjar, Kota Banjar Baru, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Barito Kuala, Tanah Laut, Kota Banjarmasin.
Gubernur Kalimantan Selatan mengeluarkan status tanggap darurat Nomor : 188.44/058/KUM/2021 yang berlaku terhitung mulai tanggal 14 Januari 2021 sampai dengan 27 Januari 2021.
Kemudian diperpanjang dengan SK Gubernur Kalimantan Selatan No : 188.04/085/KUM/2021 tentang Perpanjangan SK Tanggap Darurat Bencana Banjir, Tanah Longsor, Puting Beliung, dan Gelombang Pasang di Provinsi Kalsel, terhitung 28 Januari 2021 sampai dengan 3 Februari 2021.
Dampak banjir, 24 orang meninggal, 100 ribu lebih jiwa mengungsi, dan 600 ribu jiwa lebih terdampak. Selain itu, kerusakan dan kerugian materiil senilai Rp1,127 triliun.
4. Longsor di Nganjuk
Tim SAR melakukan proses pencarian dan evakuasi korban longsor di Selopuro , Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (18/2/2021). Foto/SAR Jatim
Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur yang terjadi pada tanggal 14 Februari 2021 mengakibatkan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. Pada pukul 18.30 WIB, terjadi banjir yang melanda 16 desa dan kelurahan yang tersebar di 4 kecamatan. Selain itu juga terjadi tanah longsor di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur.
Dampak dari kejadian tanah longsor yang terjadi di Desa Ngetos dilaporkan sebanyak 19 orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, 2 orang ditemukan dalam kondisi luka-luka, dan 18 orang mengalami luka saat menyelamatkan diri dari tanah yang longsor.
Dari kejadian ini, 54 KK/186 jiwa terdampak, 142 jiwa di antaranya mengungsi di depan SDN Ngetos. Selain itu, 8 rumah mengalami kerusakan dengan kategori berat sebagai akibat dari dampak kejadian bencana ini.
5. Siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur
Siklon Seroja terbentuk pada 3 April 2021 di perairan Pulau Sawu di wilayah selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada 6 April 2021 pukul 02.00 WITA (01.00 WIB), Siklon Seroja terus bergerak dengan kecepatan 14 km/jam ke arah barat daya barat, menjauhi garis pantai Indonesia.
Berdasarkan laporan Pusdalops BNPB ada beberapa bencana yang terjadi sebagai dampak dari terbentuknya Siklon Seroja. Bencana tersebut meliputi angin kencang, gelombang pasang, banjir, banjir rob, banjir bandang dan tanah longsor.
Bencana-bencana tersebut terjadi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan antara hari Jumat sampai Minggu pada 2-4 April 2021. Ada dua provinsi yang terdampak bencana yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Banjir bandang dan tanah longsor menjadi bencana yang paling banyak menyebabkan korban meninggal. Total korban meninggal 184 orang, dengan rincian 182 orang di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan dua orang di Provinsi Nusa Tenggara Barat tepatnya di Kabupaten Bima.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Flores menjadi kabupaten dengan jumlah korban meninggal terbanyak. Setidaknya 72 orang dilaporkan meninggal akibat bencana ini.
Kabupaten Lembata dan Kabupaten Alor menjadi urutan ke 2 dalam jumlah korban meninggal dengan jumlah kematian 46 orang di Kabupaten Lembata dan 29 orang di Kabupaten Alor. Selain korban meninggal, korban luka total tercatat 124 orang luka berat, 20 orang luka sedang, 33 orang luka ringan dan 47 orang hilang.
Kerusakan bangunan rumah sejumlah 6.407 rumah rusak berat, 7.231 rumah rusak sedang dan 39.895 rumah rusak ringan. Selain rumah, fasilitas umum dan sosial juga rusak terkena amukan bencana. Total ada 3.116 fasilitas umum dan sosial yang terdampak.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara menetapkan status tanggap darurat Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui surat keputusan No. 118/KEP/HK/2021. Status tanggap darurat ini terhitung tanggal 6 April hingga 5 Mei 2021 atas bencana angin siklon tropis, banjir bandang, tanah longsor, dan gelombang pasang.
6. Erupsi Gunung Semeru
Erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur terjadi pada 4 Desember 2021. Gunung Semeru yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur itu mengeluarkan guguran awan panas sekitar pukul 15.00 WIB.
Koordinator Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto membeberkan kronologi meletusnya Gunung Semeru. Kata Kristianto, sebelum erupsi, Gunung Semeru sempat mengeluarkan lahar pada pukul 13.30 WIB.
"Erupsi Semeru berupa awan panas guguran, tanggal 4 Desember 2021, diawali dengan kejadian laharan pada pukul 13.30 WIB," kata Kristianto.
Daerah yang terdampak antara lain Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro, Lumajang. Berdasarkan data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Erupsi Gunung Semeru per 21 Desember 2021 pukul 18.00 WIB, korban meninggal bertambah 1 jiwa sehingga total meninggal dunia akibat erupsi menjadi 51 jiwa.
"Penambahan korban tersebut dari warga yang sebelumnya dirawat akibat luka bakar. Selain jumlah korban meninggal, Posko mencatat 5 potongan tubuh ditemukan di lokasi terdampak," ujar Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Rabu (22/12/2021).
Sementara itu, lanjut dia, jumlah warga mengungsi berjumlah 10.395 jiwa, yang tersebar di 410 titik pengungsian. Pengungsian terkonsentrasi di tiga kecamatan yaitu Pasirian 17 titik dengan 1.746 jiwa, Candipuro 21 titik 4.645 jiwa, dan Pronojiwo 8 titik 1.077 jiwa.
Sebaran titik pengungsi juga teridentifikasi di Kabupaten Lumajang. Sedangkan di luar kabupaten tersebut, pengungsian berada di Kabupaten Malang 9 titik 341 jiwa, Blitar 1 titik 3 jiwa, Jember 3 titik 13 jiwa dan Probolinggo 1 titik 11 jiwa. "Posko terus memutakhirkan data pengungsian akibat dampak erupsi Semeru," ujarnya.
Dari sejumlah bencana yang melanda Tanah Air tersebut, SINDOnews merangkum enam bencana dengan korban jiwa paling banyak. Data didapatkan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Berikut ini 6 bencana paling banyak memakan korban jiwa yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2021:
1. Gempa Bumi di Sulawesi Barat
Pada awal tahun 2021, tepatnya tanggal 14 Januari 2021, Indonesia dilanda gempa yang menimbulkan dampak yang cukup besar. Gempa besar ini diawali oleh gempa pembuka dengan magnitudo 5,9 SR pada tanggal 14 Januari pada pukul 13.35 WIB.
Menurut BMKG, gempa pertama tersebut berada pada lokasi : 2.99 LS, 118.89 BT (Kedalaman 10 KM), 4 KM Barat Laut Majene-Sulbar.
Gempa Sulawesi Barat menelan korban sebanyak 101 jiwa meninggal dunia, 3 jiwa hilang, 95.157 jiwa mengungsi yang terbagi menjadi 20 titik pengungsian (29.119 jiwa) di Majene, 230 titik pengungsian (60.505 jiwa) di Mamuju, dan 107 titik pengungsian (5.433 jiwa) di Polewali Mandar. Gempa juga mengakibatkan total 11.124 jiwa terluka dengan rincian 5.562 jiwa luka berat, 278 jiwa luka sedang, dan 5.284 jiwa luka ringan.
Kerugian materil yang diakibatkan oleh gempa Sulawesi Barat antara lain kerusakan rumah dengan total sebanyak 16.293 yang terdiri dari rumah rusak berat, sedang, dan ringan. Di Kabupaten Majene terdapat 1.782 rumah berat, 1.140 rumah rusak sedang, 1.177 rumah rusak ringan, di Kabupaten Mamasa terdapat 47 rumah rusak berat, 139 rumah rusak sedang, dan 580 rumah rusak ringan. Kabupaten Mamuju memiliki kerusakan terbanyak dengan 2.054 rumah rusak berat, 3.843 rumah rusak berat, dan 5.526 rumah rusak ringan.
2. Tanah Longsor di Sumedang, Jawa Barat
Sabtu 9 Januari 2021 pukul 16.00 WIB, terjadi longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.Bencana longsor yterjadi 2 (dua) kali di lokasi yang sama dengan longsor susulan yang datang selang waktu 3 jam setelah kejadian longsor pertama yaitu pukul 19.00 WIB.
Dampak bencana akibat longsor yang terjadi di Sumedang, Jawa Barat ini, Tim SAR Gabungan Longsor Sumedang berhasil menemukan seluruh korban jiwa sebanyak 40 orang. Selain itu, sebenyak 25 orang luka-luka dan 1.119 orang mengungsi.
3. Banjir Kalimantan Selatan
Banjir di Kalimantan Selatan terjadi pada 12 Januari 2021 meluas di 11 kabupaten/kota yang terdampak yakni Kabupaten Tapin, Banjar, Kota Banjar Baru, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Barito Kuala, Tanah Laut, Kota Banjarmasin.
Gubernur Kalimantan Selatan mengeluarkan status tanggap darurat Nomor : 188.44/058/KUM/2021 yang berlaku terhitung mulai tanggal 14 Januari 2021 sampai dengan 27 Januari 2021.
Kemudian diperpanjang dengan SK Gubernur Kalimantan Selatan No : 188.04/085/KUM/2021 tentang Perpanjangan SK Tanggap Darurat Bencana Banjir, Tanah Longsor, Puting Beliung, dan Gelombang Pasang di Provinsi Kalsel, terhitung 28 Januari 2021 sampai dengan 3 Februari 2021.
Dampak banjir, 24 orang meninggal, 100 ribu lebih jiwa mengungsi, dan 600 ribu jiwa lebih terdampak. Selain itu, kerusakan dan kerugian materiil senilai Rp1,127 triliun.
4. Longsor di Nganjuk
Tim SAR melakukan proses pencarian dan evakuasi korban longsor di Selopuro , Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (18/2/2021). Foto/SAR Jatim
Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur yang terjadi pada tanggal 14 Februari 2021 mengakibatkan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor. Pada pukul 18.30 WIB, terjadi banjir yang melanda 16 desa dan kelurahan yang tersebar di 4 kecamatan. Selain itu juga terjadi tanah longsor di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur.
Dampak dari kejadian tanah longsor yang terjadi di Desa Ngetos dilaporkan sebanyak 19 orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, 2 orang ditemukan dalam kondisi luka-luka, dan 18 orang mengalami luka saat menyelamatkan diri dari tanah yang longsor.
Dari kejadian ini, 54 KK/186 jiwa terdampak, 142 jiwa di antaranya mengungsi di depan SDN Ngetos. Selain itu, 8 rumah mengalami kerusakan dengan kategori berat sebagai akibat dari dampak kejadian bencana ini.
5. Siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur
Siklon Seroja terbentuk pada 3 April 2021 di perairan Pulau Sawu di wilayah selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada 6 April 2021 pukul 02.00 WITA (01.00 WIB), Siklon Seroja terus bergerak dengan kecepatan 14 km/jam ke arah barat daya barat, menjauhi garis pantai Indonesia.
Berdasarkan laporan Pusdalops BNPB ada beberapa bencana yang terjadi sebagai dampak dari terbentuknya Siklon Seroja. Bencana tersebut meliputi angin kencang, gelombang pasang, banjir, banjir rob, banjir bandang dan tanah longsor.
Bencana-bencana tersebut terjadi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan antara hari Jumat sampai Minggu pada 2-4 April 2021. Ada dua provinsi yang terdampak bencana yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Banjir bandang dan tanah longsor menjadi bencana yang paling banyak menyebabkan korban meninggal. Total korban meninggal 184 orang, dengan rincian 182 orang di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan dua orang di Provinsi Nusa Tenggara Barat tepatnya di Kabupaten Bima.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Flores menjadi kabupaten dengan jumlah korban meninggal terbanyak. Setidaknya 72 orang dilaporkan meninggal akibat bencana ini.
Kabupaten Lembata dan Kabupaten Alor menjadi urutan ke 2 dalam jumlah korban meninggal dengan jumlah kematian 46 orang di Kabupaten Lembata dan 29 orang di Kabupaten Alor. Selain korban meninggal, korban luka total tercatat 124 orang luka berat, 20 orang luka sedang, 33 orang luka ringan dan 47 orang hilang.
Kerusakan bangunan rumah sejumlah 6.407 rumah rusak berat, 7.231 rumah rusak sedang dan 39.895 rumah rusak ringan. Selain rumah, fasilitas umum dan sosial juga rusak terkena amukan bencana. Total ada 3.116 fasilitas umum dan sosial yang terdampak.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara menetapkan status tanggap darurat Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui surat keputusan No. 118/KEP/HK/2021. Status tanggap darurat ini terhitung tanggal 6 April hingga 5 Mei 2021 atas bencana angin siklon tropis, banjir bandang, tanah longsor, dan gelombang pasang.
6. Erupsi Gunung Semeru
Erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur terjadi pada 4 Desember 2021. Gunung Semeru yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur itu mengeluarkan guguran awan panas sekitar pukul 15.00 WIB.
Koordinator Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kristianto membeberkan kronologi meletusnya Gunung Semeru. Kata Kristianto, sebelum erupsi, Gunung Semeru sempat mengeluarkan lahar pada pukul 13.30 WIB.
"Erupsi Semeru berupa awan panas guguran, tanggal 4 Desember 2021, diawali dengan kejadian laharan pada pukul 13.30 WIB," kata Kristianto.
Daerah yang terdampak antara lain Kecamatan Pronojiwo dan Kecamatan Candipuro, Lumajang. Berdasarkan data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Erupsi Gunung Semeru per 21 Desember 2021 pukul 18.00 WIB, korban meninggal bertambah 1 jiwa sehingga total meninggal dunia akibat erupsi menjadi 51 jiwa.
"Penambahan korban tersebut dari warga yang sebelumnya dirawat akibat luka bakar. Selain jumlah korban meninggal, Posko mencatat 5 potongan tubuh ditemukan di lokasi terdampak," ujar Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Rabu (22/12/2021).
Sementara itu, lanjut dia, jumlah warga mengungsi berjumlah 10.395 jiwa, yang tersebar di 410 titik pengungsian. Pengungsian terkonsentrasi di tiga kecamatan yaitu Pasirian 17 titik dengan 1.746 jiwa, Candipuro 21 titik 4.645 jiwa, dan Pronojiwo 8 titik 1.077 jiwa.
Sebaran titik pengungsi juga teridentifikasi di Kabupaten Lumajang. Sedangkan di luar kabupaten tersebut, pengungsian berada di Kabupaten Malang 9 titik 341 jiwa, Blitar 1 titik 3 jiwa, Jember 3 titik 13 jiwa dan Probolinggo 1 titik 11 jiwa. "Posko terus memutakhirkan data pengungsian akibat dampak erupsi Semeru," ujarnya.
(zik)