Bercelana Pendek dan Kaos Oblong, Jenderal Pemberani Ini Lerai Bentrok Kopassus vs Marinir
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tak ada yang meragukan sosok Jenderal (Purn) Leonardus Benyamin (LB) Moerdani atau dikenal Benny Moerdani sebagai prajurit pemberani. Sudah ikut berperang sejak usia 13 tahun, membuat Benny Moerdani kenyang dengan pengalaman tempur.
Mulai dari perang melawan penjajah di masa Revolusi Kemerdekaan hingga penumpasan pemberontakan bersenjata di berbagai daerah seperti PRRI/Permesta, DI/TII, pembebasan Irian Barat, Ganyang Malaysia di pedalaman Kalimantan, hingga penumpasan G30/S/PKI. Bahkan, Benny Moerdani berani menyabung nyawa ketika melerai bentrok antara dua pasukan elite TNI.
Dikisahkan pada 1964 dikutip dari buku berjudul “Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani, Dia Tidak Bisa Dibeli dengan Uang”, Benny Moerdani mengisi waktu luangnya dengan bermain tenis di daerah Senayan. Berpangkat Mayor, Benny Moerdani yang menjabat Komandan Batalyon I Resimen Para Komando Angkatan Dart (RPKAD) sekarang dikenal sebagai Kopassus ini memang gemar bermain tenis untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
Sepulang dari main tenis, dia kaget melihat konvoi truk berisi pasukan RPKAD. Konvoi tersebut tidak menggunakan seragam. Namun Benny Moerdani tahu mereka adalah pasukan elite meski berasal dari Batalyon II.
Sesampainya di kantor, Benny Moerdani baru sadar setelah diberi tahu petugas piket bahwa konvoi RPKAD itu hendak menyerbu Korps Komando Operasi (KKO TNI AL) yang sekarang disebut sebagai Marinir. "Pak anak-anak semua keluar," teriak petugas piket di pintu depan.
Tak berpikir panjang, Benny Moerdani menginjak rem dan memutar balik mobilnya untuk mengikuti rombongan konvoi truk tersebut. Selidik punya selidik, pertempuran ternyata sudah terjadi di kawasan Kramat dan Senen.
Warga sipil termasuk yang menjadi korban. Semua panik. Di rumah sakit, sejumlah korban juga sudah masuk ruang perawatan. Ketika melihat seseorang digotong masuk RSPAD, Benny Moerdani mengikuti.
Di rumah sakit, pria yang pernah menjadi jenderal kesayangan Presiden Soeharto tersebut sempat bertemu Kapten dr Ben Mboi bekas anak buahnya Pasukan Naga saat operasi di Irian. Mboi segera memberi penjelasan singkat tentang keributan tersebut. Beberapa RPKAD berkelahi dengan Tjakrabirawa eks KKO TNI AL, korban jatuh pada kedua pihak.
"Saya tengok ke ruang perawatan. Kira-kira ada tiga RPKAD dan 10 KK0 ngglethak. Terbaring berlumuran darah dikerumuni para petugas kesehatan," ujar Benny dalam buku Benny Tragedi Seorang Loyalis karya Julius Pour dikutip, Kamis (23/12/2021).
Lantas, apa yang dilakukan Benny Moerdani kemudian? Kaya akan pengalaman di medan tempur, membuat dia cepat mengambil tindakan. Benny Moerdani kemudian memutuskan mendatangi markas KKO di kawasan Kwitang.
Belum sempat mengganti seragam, dia datang hanya mengenakan setelan pakaian tenis. Celana pendek dan kaus oblong. Bahkan, Benny Moerdani sama sekali tidak membawa senjata.
Datang bermodalkan keberanian, Benny Moerdani memiliki niat untuk mendamaikan dua satuan pasukan elite ini. Dalam pikirannya bagaimana caranya agar bentrokan ini tidak meluas dan memakan banyak korban.
Di markas KKO, sudah siap pasukan untuk berperang. Dari kejauhan sebagian personel KKO heran menyaksikan seorang sipil berpakaian olahraga berani masuk ke markas pasukan elite yang sedang siap tempur.
Namun di KKO, ternyata masih banyak mantan anak buah Benny Moerdani ketika berperang di Irian Jaya sehingga kedatangannya mudah dikenali. Ketika melangkah masuk Markas KKO, Benny mencari komandan yang berada di lokasi.
Mengenali sosok Benny Moerdani, seorang perwira KKO keluar. Kebetulan yang muncul Mayor KKO Saminu, Komandan Batalyon II Resimen Tjakrabirawa. Saminu merupakan teman Benny Moerdani sejak remaja dan sama-sama asal Solo.
"Piye iki Ben, kok malah dadi ngene kabeh," keluh Saminu.
"Sudahlah, jaga pasukanmu, jangan keluar asrama. Saya akan tertibkan anak-anak yang di sana. Kalau kamu diserang, silakan saja, mau tembak atau apa, terserah. Tapi saya minta jangan ada anggotamu keluar asrama," pinta Benny.
Namun informasi yang beredar, mantan Panglima ABRI itu ditangkap KKO. Hal yang membuat pasukan RPKAD makin marah. Sehingga mereka segera menyiapkan serangan ke markas KKO.
Namun, ketika pasukan RPKAD bersiap menyerang, tidak ada seorang prajurit KKO pun yang berada di luar. Suasana sepi. Tiba-tiba muncul lah Benny Moerdani dan berteriak-teriak.
"Sudah, sudah. Pulang kalian semua," teriak Benny. Pasukan RPKAD pun kebingungan. Mereka yang kebingungan segera didorong Benny Moerdani masuk ke dalam truk. Dia memerintahkan mereka segera kembali ke Cijantung.
Warga yang berkerumun bingung, siapa pria bercelana pendek yang berani menghentikan bentrok berdarah ini. Bahkan berani teriak-teriak menyuruh semua anggota RPKAD naik truk. Pertikaian kedua pasukan elite itupun serta-merta berhenti. Hanya Benny Moerdani yang pernah melakukan keberanian gila semacam itu. Nyalinya luar biasa.
Lihat Juga: Satgas Yonif 6 Marinir Gelar Komsos di Sokamu, Anak-anak Gembira Terima Peralatan Olahraga
Mulai dari perang melawan penjajah di masa Revolusi Kemerdekaan hingga penumpasan pemberontakan bersenjata di berbagai daerah seperti PRRI/Permesta, DI/TII, pembebasan Irian Barat, Ganyang Malaysia di pedalaman Kalimantan, hingga penumpasan G30/S/PKI. Bahkan, Benny Moerdani berani menyabung nyawa ketika melerai bentrok antara dua pasukan elite TNI.
Dikisahkan pada 1964 dikutip dari buku berjudul “Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani, Dia Tidak Bisa Dibeli dengan Uang”, Benny Moerdani mengisi waktu luangnya dengan bermain tenis di daerah Senayan. Berpangkat Mayor, Benny Moerdani yang menjabat Komandan Batalyon I Resimen Para Komando Angkatan Dart (RPKAD) sekarang dikenal sebagai Kopassus ini memang gemar bermain tenis untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
Sepulang dari main tenis, dia kaget melihat konvoi truk berisi pasukan RPKAD. Konvoi tersebut tidak menggunakan seragam. Namun Benny Moerdani tahu mereka adalah pasukan elite meski berasal dari Batalyon II.
Sesampainya di kantor, Benny Moerdani baru sadar setelah diberi tahu petugas piket bahwa konvoi RPKAD itu hendak menyerbu Korps Komando Operasi (KKO TNI AL) yang sekarang disebut sebagai Marinir. "Pak anak-anak semua keluar," teriak petugas piket di pintu depan.
Tak berpikir panjang, Benny Moerdani menginjak rem dan memutar balik mobilnya untuk mengikuti rombongan konvoi truk tersebut. Selidik punya selidik, pertempuran ternyata sudah terjadi di kawasan Kramat dan Senen.
Warga sipil termasuk yang menjadi korban. Semua panik. Di rumah sakit, sejumlah korban juga sudah masuk ruang perawatan. Ketika melihat seseorang digotong masuk RSPAD, Benny Moerdani mengikuti.
Di rumah sakit, pria yang pernah menjadi jenderal kesayangan Presiden Soeharto tersebut sempat bertemu Kapten dr Ben Mboi bekas anak buahnya Pasukan Naga saat operasi di Irian. Mboi segera memberi penjelasan singkat tentang keributan tersebut. Beberapa RPKAD berkelahi dengan Tjakrabirawa eks KKO TNI AL, korban jatuh pada kedua pihak.
"Saya tengok ke ruang perawatan. Kira-kira ada tiga RPKAD dan 10 KK0 ngglethak. Terbaring berlumuran darah dikerumuni para petugas kesehatan," ujar Benny dalam buku Benny Tragedi Seorang Loyalis karya Julius Pour dikutip, Kamis (23/12/2021).
Lantas, apa yang dilakukan Benny Moerdani kemudian? Kaya akan pengalaman di medan tempur, membuat dia cepat mengambil tindakan. Benny Moerdani kemudian memutuskan mendatangi markas KKO di kawasan Kwitang.
Belum sempat mengganti seragam, dia datang hanya mengenakan setelan pakaian tenis. Celana pendek dan kaus oblong. Bahkan, Benny Moerdani sama sekali tidak membawa senjata.
Datang bermodalkan keberanian, Benny Moerdani memiliki niat untuk mendamaikan dua satuan pasukan elite ini. Dalam pikirannya bagaimana caranya agar bentrokan ini tidak meluas dan memakan banyak korban.
Di markas KKO, sudah siap pasukan untuk berperang. Dari kejauhan sebagian personel KKO heran menyaksikan seorang sipil berpakaian olahraga berani masuk ke markas pasukan elite yang sedang siap tempur.
Namun di KKO, ternyata masih banyak mantan anak buah Benny Moerdani ketika berperang di Irian Jaya sehingga kedatangannya mudah dikenali. Ketika melangkah masuk Markas KKO, Benny mencari komandan yang berada di lokasi.
Mengenali sosok Benny Moerdani, seorang perwira KKO keluar. Kebetulan yang muncul Mayor KKO Saminu, Komandan Batalyon II Resimen Tjakrabirawa. Saminu merupakan teman Benny Moerdani sejak remaja dan sama-sama asal Solo.
"Piye iki Ben, kok malah dadi ngene kabeh," keluh Saminu.
"Sudahlah, jaga pasukanmu, jangan keluar asrama. Saya akan tertibkan anak-anak yang di sana. Kalau kamu diserang, silakan saja, mau tembak atau apa, terserah. Tapi saya minta jangan ada anggotamu keluar asrama," pinta Benny.
Namun informasi yang beredar, mantan Panglima ABRI itu ditangkap KKO. Hal yang membuat pasukan RPKAD makin marah. Sehingga mereka segera menyiapkan serangan ke markas KKO.
Namun, ketika pasukan RPKAD bersiap menyerang, tidak ada seorang prajurit KKO pun yang berada di luar. Suasana sepi. Tiba-tiba muncul lah Benny Moerdani dan berteriak-teriak.
"Sudah, sudah. Pulang kalian semua," teriak Benny. Pasukan RPKAD pun kebingungan. Mereka yang kebingungan segera didorong Benny Moerdani masuk ke dalam truk. Dia memerintahkan mereka segera kembali ke Cijantung.
Warga yang berkerumun bingung, siapa pria bercelana pendek yang berani menghentikan bentrok berdarah ini. Bahkan berani teriak-teriak menyuruh semua anggota RPKAD naik truk. Pertikaian kedua pasukan elite itupun serta-merta berhenti. Hanya Benny Moerdani yang pernah melakukan keberanian gila semacam itu. Nyalinya luar biasa.
Lihat Juga: Satgas Yonif 6 Marinir Gelar Komsos di Sokamu, Anak-anak Gembira Terima Peralatan Olahraga
(kri)