Muktamar NU dan Kesejahteraan Nahdliyin

Rabu, 22 Desember 2021 - 13:18 WIB
loading...
A A A
Kedua, alih fungsi lahan pertanian dan wilayah pesisir untuk kepentingan perumahan, pembangunan destinasi rekreasi berbayar, mal, jalan tol, dan fasilitas umum lainnya telah berimbas pada kian menyusutnya lahan pertanian dan perikanan produktif yang menjadi ladang penghidupan nahdliyin. Kementerian Pertanian (Januari 2020) mencatat sebanyak 60.000 hektare lahan pertanian beralih peruntukan setiap tahunnya. Perubahan penggunaan lahan ini, sebagaimana disebut di dalam laporan IPCC (2021), berdampak pada pelepasan emisi karbon yang berujung pada pemanasan global. Fenomena ini berakibat pada pergeseran awal musim hujan dan intensitas curah hujan dengan keragaman dan deviasi yang semakin tinggi, serta peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, seperti banjir dan kekeringan.

Setali tiga uang, dalam satu dasawarsa terakhir, proyek privatisasi dan komersialisasi di kawasan pesisir meningkat drastis seiring berkembangnya tren pembangunan kawasan wisata bahari berbayar. Situasi ini diperparah oleh adanya kebijakan impor komoditas pangan, seperti beras, bawang merah, dan garam; serta terlampau kuatnya cengkeraman oligarki di lapangan politik dan ekonomi yang mematikan mata pencaharian kaum nahdliyin.

Di sektor perikanan, nelayan tradisional juga menghadapi ancaman paceklik sumber daya. Seperti diketahui, FAO (2018) menyebutkan bahwa tingkat eksploitasi sumber daya ikan yang tidak terkontrol dan memuncak antara tahun 1970-1980 ditengarai menjadi penyebab utama menurunnya tren produksi perikanan tangkap di dunia. Hal ini berimbas pada merosot tajamnya tingkat keberlanjutan biologis (biologically sustainable levels) stok sumber daya ikan, dari 90% (1974) menjadi 66,9% (2015).

Setali tiga uang, tingkat ketidakberlanjutan biologis (biologically unsustainable levels) stok sumber daya ikan justru meningkat, yakni 10% pada tahun 1974 menjadi 33,1% pada 2015. Tak mengherankan apabila sejumlah spesies ikan dilaporkan kian sulit ditemukan oleh nelayan dalam 8 tahun terakhir. Di Kabupaten Lombok Timur, misalnya, nelayan menyebut adanya sejumlah spesies ikan yang terbilang langka sejak tahun 2010, di antaranya adalah ikan selangat (Anadonstoma chacunda). Belum lagi keserbaterbatasan yang dialami oleh petambak garam dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Tak ayal, situasi ini turut memperburuk kehidupan sosial dan ekonomi nahdliyin yang berprofesi sebagai petani, nelayan, dan petambak garam.

Guna mengatasi tantangan di atas, langkah strategis yang perlu dilakukan oleh elite pemimpin NU, sejak pengurus ranting hingga PBNU, adalah dengan mengontekstualisasikan kembali Khittah 1984 ke dalam bentuk program kerja konkret dan terukur yang diorientasikan untuk mengatasi problem sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh nahdliyin.

Pertama, belajar dari koreksi kebijakan ekspor benur lobster yang dilakukan oleh LBM-PBNU di pengujung 2020 sejatinya menunjukkan betapa strategisnya peran NU di lapangan politik dan ekonomi. Ke depan, peran seperti ini perlu ditindaklanjuti dengan memastikan bahwa perubahan kebijakan yang dihasilkan dapat dioperasionalisasikan di tingkat akar rumput.

Terlebih lagi, jam’iyyah diniyah terbesar ini telah memanen ilmuwan dan intelektual muda dari pelbagai perguruan tinggi terbaik di dunia dan kini tersebar di 274 perguruan tinggi yang dimiliki oleh NU atau lembaga nasional dan internasional lainnya. Potensi ini mesti digerakkan bersama dengan jejaring sosial-ekonomi nahdliyin untuk menjalin inisiatif kolaborasi dengan pemerintah. Dengan meminjam ungkapan Imam Syafi’i, NU mesti terlibat dalam upaya mempertahankan yang baik dan berijtihad melahirkan inisiatif sosial-ekonomi baru guna meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan nahdliyin yang berprofesi sebagai petani, nelayan, dan petambak garam.

Berbarengan dengan itu, NU mesti pro-aktif merangkul yang lain untuk mengedepankan sikap keberagamaan yang menjunjung tinggi prinsip persaudaraan, toleransi, dan keadilan sosial di dalam praksis kehidupan berbangsa dan bernegara. Di sinilah letak betapa strategisnya Muktamar NU di Bandar Lampung. Selamat bermuktamar!

(bmm)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1672 seconds (0.1#10.140)