Gotong Royong Membangun Perspektif Petani Swadaya Menuju Keberlanjutan
loading...
A
A
A
"Kolaborasi dan kemitraan seperti ini dipercaya mampu meningkatkan kapasitas petani dan koperasi sebagai ujung tombak implementasi program ditingkatan masyarakat,” ungkap Ketua Koperasi Kakao Serta Semaya Samaniya, I Ketut Wiadnyana.
Selain di Kabupaten Jembrana, Bali, Koperasi Wanita Masagena yang berlokasi di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan berinovasi dalam menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan.Pola ini membantu petani untuk mengubah praktek sebelumnya yang memerlukan biaya yang tinggi dan produksi yang kurang optimal.
"Jika dilihat lebih dalam, praktik pertanian berkelanjutan sebenarnya akan memberikan nilai tambah bagi petani. Posisi tawar petani akan semakin menguat, dan pasar-pasar internasional yang mengedepankan isu keberlanjutan juga akan terbuka lebar,” kata Ketua Koperasi Wanita Masagena, Ayu Antariksa Rombe.
Pendekatan yang ditempuh Koperasi Masagena adalah membangun relasi personal dan komitmen bekerja sama denganpetani. Pihak industri pengolahan kakao di sisi lain, juga berkomitmen terhadap pengembangan kakao yang berkelanjutan.
Direktur Bidang Korporat dari Mars, Jeffrey Haribowo yang berpartisipasi sebagai narasumber dalam sesi diskusi menggarisbawahi, kakao adalah komoditas yang memerlukan perawatan intensif. Untuk itulah kenapa 90% kakao di seluruh dunia dikembangkan oleh pekebun rakyat. Termasuk, di Indonesia.
"Kami ada karena petani dan selama keberadaan kami di Indonesia kami melihat dan mendengar langsung tantangan yang kompleks dihadapi oleh para petani kakao," tuturnya.
Dari situlah, lahir strategi Cocoa for Generations yang memiliki dua pilar utama, yakni Responsible Cocoa Today dan Sustainable Cocoa Tomorrow.Melalui strategi ini, Mars berkomitmen untuk mendorong perubahan jangka panjang pada rantai pasokan kakao, membuka peluang baru bagi petani, keluarga mereka dan masyarakat sekitar, sembari memastikan perlindungan sumber daya hutan dan perlindungan anak.
Pemerintah Indonesia memiliki kemampuan besar dalam mengolah komoditas lokal. Upaya yang dilakukan sejauh ini adalah mempromosikan komoditas tersebut ke pasar Internasional, mendorong sertifikasi komoditas produksi petani kecil dan mandiri, serta meningkatkan pemberdayaan dan kapasitas daya saing teknis petani kecil dan swadaya dalam konteks koperasi. Sehingga, mereka dapat mengakses pasar Internasional.
"Korporasi Petani Kecil menjadi payung bagi petani kecil binaan sesuai dengan standar Good Agriculture Practice dan peraturan terkait perdagangan yang bertanggung jawab dan produksi yang berkelanjutan," ujar Direktur Ekspor Hasil Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Asep Asmara.
Pertumbuhan pasar internasional dan perdagangan komoditas berkelanjutan saat ini membuka banyak peluang untuk perusahaan petani kecil dengan menerapkan sistem jual-beli produk bersertifikat mutu internasional. Baca juga: 21.344 Petani Diajak Merintis Ekosistem dari Hulu ke Hilir
Selain di Kabupaten Jembrana, Bali, Koperasi Wanita Masagena yang berlokasi di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan berinovasi dalam menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan.Pola ini membantu petani untuk mengubah praktek sebelumnya yang memerlukan biaya yang tinggi dan produksi yang kurang optimal.
"Jika dilihat lebih dalam, praktik pertanian berkelanjutan sebenarnya akan memberikan nilai tambah bagi petani. Posisi tawar petani akan semakin menguat, dan pasar-pasar internasional yang mengedepankan isu keberlanjutan juga akan terbuka lebar,” kata Ketua Koperasi Wanita Masagena, Ayu Antariksa Rombe.
Pendekatan yang ditempuh Koperasi Masagena adalah membangun relasi personal dan komitmen bekerja sama denganpetani. Pihak industri pengolahan kakao di sisi lain, juga berkomitmen terhadap pengembangan kakao yang berkelanjutan.
Direktur Bidang Korporat dari Mars, Jeffrey Haribowo yang berpartisipasi sebagai narasumber dalam sesi diskusi menggarisbawahi, kakao adalah komoditas yang memerlukan perawatan intensif. Untuk itulah kenapa 90% kakao di seluruh dunia dikembangkan oleh pekebun rakyat. Termasuk, di Indonesia.
"Kami ada karena petani dan selama keberadaan kami di Indonesia kami melihat dan mendengar langsung tantangan yang kompleks dihadapi oleh para petani kakao," tuturnya.
Dari situlah, lahir strategi Cocoa for Generations yang memiliki dua pilar utama, yakni Responsible Cocoa Today dan Sustainable Cocoa Tomorrow.Melalui strategi ini, Mars berkomitmen untuk mendorong perubahan jangka panjang pada rantai pasokan kakao, membuka peluang baru bagi petani, keluarga mereka dan masyarakat sekitar, sembari memastikan perlindungan sumber daya hutan dan perlindungan anak.
Pemerintah Indonesia memiliki kemampuan besar dalam mengolah komoditas lokal. Upaya yang dilakukan sejauh ini adalah mempromosikan komoditas tersebut ke pasar Internasional, mendorong sertifikasi komoditas produksi petani kecil dan mandiri, serta meningkatkan pemberdayaan dan kapasitas daya saing teknis petani kecil dan swadaya dalam konteks koperasi. Sehingga, mereka dapat mengakses pasar Internasional.
"Korporasi Petani Kecil menjadi payung bagi petani kecil binaan sesuai dengan standar Good Agriculture Practice dan peraturan terkait perdagangan yang bertanggung jawab dan produksi yang berkelanjutan," ujar Direktur Ekspor Hasil Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Asep Asmara.
Pertumbuhan pasar internasional dan perdagangan komoditas berkelanjutan saat ini membuka banyak peluang untuk perusahaan petani kecil dengan menerapkan sistem jual-beli produk bersertifikat mutu internasional. Baca juga: 21.344 Petani Diajak Merintis Ekosistem dari Hulu ke Hilir