Pernah Jadi Penjaga Kantin, Siapa Sangka Pria Ini Ternyata Pelatih Legendaris Prajurit Kopassus
loading...
A
A
A
Menurut Wardi, pada awal-awal pendidikan, materi yang diajarkan bukan langsung pelajaran Komando, tetapi P5 yakni Penghormatan Tentara, Peraturan Disiplin Tentara (PDT), Peraturan Urusan Dalam (PUD), Peraturan Dasar Garnisun (PDG), dan Peraturan Penghormatan Tentara (PPT).
Wardi yang seorang bintara merasa keberatan mengajar PDT karena materi itu biasanya disampaikan oleh perwira. Alhasil dia pun dipindah menjadi pelatih hutan gunung di kaki Gunung Jayagiri. Beberapa waktu dia dipanggil komandan batalyon dan diminta kembali mengajar PDT.
Tapi, Wardi sekali lagi menjelaskan dirinya berkeberatan karena materi itu umumnya diajarkan oleh perwira. Atas penolakan tersebut, jadilah dia dipindah untuk mengelola toko di kantin pusat pendidikan Kopassus.
Mengajar dan Diajar Benny Moerdani
Setelah empat tahun menjadi pelatih, Wardi mengajukan diri untuk ikut Pendidikan Komando. Dia tak ingin mendapatkan brevet hanya dari sekadar menjadi guru, tetapi tak pernah merasakan sendiri beratnya pendidikan itu.
Menjadi unik karena Wardi yang semula pelatih akhirnya berstatus siswa. Saat itu dia dilatih oleh pelatih muda dari angkatan kedua komando generasi Leonardus Benyamin Moerdani, Dading Kalbuadi, dan kawan-kawan. Ini unik lantaran Benny Moerdani sebelumnya murid-murid Wardi.
Jenderal TNI Leonardus Benny (LB) Moerdani/Foto: Wikipedia
“Saya tidak mendapat keistimewaan dan harus menjalani semua latihan. Saya minta izin kepada Pak Idjon Djanbi (komandan jenderal pertama RPKAD) untuk bisa ikut pendidikan Komando,” tutur Wardi.
Dia menuturkan, pendidikan kala itu belum di Karang Bolong, Cilacap. Para prajurit Komando ditempa di Situ Lembang, Ancol hingga Merak. Memang ada latihan di laut Cilacap, tetapi belum seperti sekarang. Wardi sebagai pelatih paham bahasa Inggris, Perancis, Belanda, dan Jepang.
Sejarah Kopassus
Wardi yang seorang bintara merasa keberatan mengajar PDT karena materi itu biasanya disampaikan oleh perwira. Alhasil dia pun dipindah menjadi pelatih hutan gunung di kaki Gunung Jayagiri. Beberapa waktu dia dipanggil komandan batalyon dan diminta kembali mengajar PDT.
Tapi, Wardi sekali lagi menjelaskan dirinya berkeberatan karena materi itu umumnya diajarkan oleh perwira. Atas penolakan tersebut, jadilah dia dipindah untuk mengelola toko di kantin pusat pendidikan Kopassus.
Mengajar dan Diajar Benny Moerdani
Setelah empat tahun menjadi pelatih, Wardi mengajukan diri untuk ikut Pendidikan Komando. Dia tak ingin mendapatkan brevet hanya dari sekadar menjadi guru, tetapi tak pernah merasakan sendiri beratnya pendidikan itu.
Menjadi unik karena Wardi yang semula pelatih akhirnya berstatus siswa. Saat itu dia dilatih oleh pelatih muda dari angkatan kedua komando generasi Leonardus Benyamin Moerdani, Dading Kalbuadi, dan kawan-kawan. Ini unik lantaran Benny Moerdani sebelumnya murid-murid Wardi.
Jenderal TNI Leonardus Benny (LB) Moerdani/Foto: Wikipedia
“Saya tidak mendapat keistimewaan dan harus menjalani semua latihan. Saya minta izin kepada Pak Idjon Djanbi (komandan jenderal pertama RPKAD) untuk bisa ikut pendidikan Komando,” tutur Wardi.
Dia menuturkan, pendidikan kala itu belum di Karang Bolong, Cilacap. Para prajurit Komando ditempa di Situ Lembang, Ancol hingga Merak. Memang ada latihan di laut Cilacap, tetapi belum seperti sekarang. Wardi sebagai pelatih paham bahasa Inggris, Perancis, Belanda, dan Jepang.
Sejarah Kopassus