Pernah Jadi Penjaga Kantin, Siapa Sangka Pria Ini Ternyata Pelatih Legendaris Prajurit Kopassus

Minggu, 19 Desember 2021 - 05:30 WIB
loading...
Pernah Jadi Penjaga Kantin, Siapa Sangka Pria Ini Ternyata Pelatih Legendaris Prajurit Kopassus
Latihan berat di medan ganas menjadi santapan prajurit baret merah saat mengikuti pendidikan komando. Foto: Pen Kopassus
A A A
JAKARTA - Siapa tak mengenal Komando Pasukan Khusus ( Kopassus )? Satuan elite TNI AD ini tak hanya disegani dunia karena kemampuan tempurnya, tetapi juga kecakapan dalam bidang antiteror.

Kehebatan para prajurit Korps Baret Merah tak lepas dari berbagai penugasan operasi dan medan peperangan. Selain itu, spesifikasi mumpuni juga lahir dari pendidikan komando maha berat yang menempa fisik dan psikis.

Tidak dimungkiri generasi awal Kopassus yang dulu dikenal dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) itu dilahirkan dari tangan dingin pelatih. Salah satu instruktur generasi pertama tersebut yakni Kapten (Purn) Wardi.

Menariknya, Wardi ternyata pernah menjadi penjaga toko di kantin Pusat Pendidikan Kopassus. Bagaimana ceritanya?

Tolak Melatih

Wardi sesungguhnya prajurit bintara (onder officier) RPKAD. Dia dipanggil Kapten Sandihardjo dan ditunjuk sebagai pelatih komando, tepatnya pada 1951. Total 42 pelatih pada generasi pertama, kala itu.

Wardi menceritakan, pelatihan para prajurit Komando dilakukan saat Indonesia masih mengalami banyak gejolak dan pemberontakan kelompok kanan maupun kiri pada 1950-an. Saat itu, salah satu fokus prajurit komando yakni meredam gerakan radikal dan separatis yang merongrong keselamatan NKRI.

“Awalnya rekrutmen pertama melatih Batalyon 11, lalu gelombang kedua Batalyon 317 dan gelombang ketiga dikenal dengan BSH atau Barisan Sakit Hati dari satuan TNI di Cirebon,” kata Wardi dalam buku ‘Kopassus untuk Indonesia: Profesionalisme Prajurit Kopassus’ karya Iwan Santosa dan EA Natanegara, dikutip Minggu (19/12/2021).

Pernah Jadi Penjaga Kantin, Siapa Sangka Pria Ini Ternyata Pelatih Legendaris Prajurit Kopassus

Kapten (Purn) Wardi.

Pada generasi awal RPKAD tersebut, diktat materi pendidikan berbahasa Inggris dan Belanda. Materi itu diterjemahkan dan disampaikan kepada para siswa Komando. Pada 1952, pendidikan pasukan baret merah ini dipindahkan ke Batujajar, Jawa Barat.

Menurut Wardi, pada awal-awal pendidikan, materi yang diajarkan bukan langsung pelajaran Komando, tetapi P5 yakni Penghormatan Tentara, Peraturan Disiplin Tentara (PDT), Peraturan Urusan Dalam (PUD), Peraturan Dasar Garnisun (PDG), dan Peraturan Penghormatan Tentara (PPT).

Wardi yang seorang bintara merasa keberatan mengajar PDT karena materi itu biasanya disampaikan oleh perwira. Alhasil dia pun dipindah menjadi pelatih hutan gunung di kaki Gunung Jayagiri. Beberapa waktu dia dipanggil komandan batalyon dan diminta kembali mengajar PDT.

Tapi, Wardi sekali lagi menjelaskan dirinya berkeberatan karena materi itu umumnya diajarkan oleh perwira. Atas penolakan tersebut, jadilah dia dipindah untuk mengelola toko di kantin pusat pendidikan Kopassus.

Mengajar dan Diajar Benny Moerdani

Setelah empat tahun menjadi pelatih, Wardi mengajukan diri untuk ikut Pendidikan Komando. Dia tak ingin mendapatkan brevet hanya dari sekadar menjadi guru, tetapi tak pernah merasakan sendiri beratnya pendidikan itu.

Menjadi unik karena Wardi yang semula pelatih akhirnya berstatus siswa. Saat itu dia dilatih oleh pelatih muda dari angkatan kedua komando generasi Leonardus Benyamin Moerdani, Dading Kalbuadi, dan kawan-kawan. Ini unik lantaran Benny Moerdani sebelumnya murid-murid Wardi.

Pernah Jadi Penjaga Kantin, Siapa Sangka Pria Ini Ternyata Pelatih Legendaris Prajurit Kopassus

Jenderal TNI Leonardus Benny (LB) Moerdani/Foto: Wikipedia

“Saya tidak mendapat keistimewaan dan harus menjalani semua latihan. Saya minta izin kepada Pak Idjon Djanbi (komandan jenderal pertama RPKAD) untuk bisa ikut pendidikan Komando,” tutur Wardi.

Dia menuturkan, pendidikan kala itu belum di Karang Bolong, Cilacap. Para prajurit Komando ditempa di Situ Lembang, Ancol hingga Merak. Memang ada latihan di laut Cilacap, tetapi belum seperti sekarang. Wardi sebagai pelatih paham bahasa Inggris, Perancis, Belanda, dan Jepang.

Sejarah Kopassus

Untuk diketahui, cikal bakal Kopassus bermula pada 16 April 1952 saat Panglima Tentara Territorium III/Siliwangi Kolonel AE Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Pembentukan Kesko ini didasari pengalamannya bertempur menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 1950.

Ketika itu Kawilarang membentuk operasi tempur yang dikomandani Letkol Slamet Riyadi. Operasi ini, menurut laman situs resmi Kopassus, memang sukses memadamkan RMS. Tetapi, harus dibayar mahal karena korban dari TNI tak sedikit.

Setelah dikaji, pasukan musuh dengan kekuatan relatif kecil ternyata mampu menggagalkan serangan TNI yang lebih besar. Apa penyebabnya? Berdasarkan analisis, kekuatan musuh bukan terletak pada perlengkapan yang memadai, tetapi pada pengalaman, kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.

“Peristiwa ini mengilhami Kolonel Slamet Riyadi untuk membentuk satuan pemukul yang dapat digerakkan cepat dan tepat guna menghadapi pertempuran di medan berat sekali pun,” tulis Kopassus.

Ketika Slamet Riyadi gugur dalam pertempuran di Ambon, gagasan itu diteruskan AE Kawilarang. Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Terirorium III No 55/Instr/PDS/52 tertanggal 16 April 1952 terbentuk lah Kesatuan Komando Teritorium III. Komandan pertama Kesko TT yakni Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan prajurit komando Inggris Nomor 10 (Inter Allied) Commando dan Regiment Speciale Troepen KNIL.

Seiring waktu, satuan ini mengalami berbagai perubahan. Pada 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah KSAD. Pada 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari Komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).

Pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur. Pada 12 Desember 1966 RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD).

Nama Puspassus AD cuma bertahan 5 tahun. Pada 17 Februari 1971, Puspassus AD berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Seiring reorganisasi di tubuh ABRI, sejak 26 Desember 1986 Kopassandha berubah menjadi Kopassus hingga kini.
(rca)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1554 seconds (0.1#10.140)