Akuakultur dan Perubahan Iklim
loading...
A
A
A
Keempat, segmentasi pengembangan riset sistem dan manajemen teknologi akuakultur. Segmentasi ini untuk menghasilkan sistem budidaya yang berkelanjutan serta efisien berdasarkan tiga indikator (ekonomi, lingkungan dan sosial) (Valenti et al. 2018). Ini menjadi penting, agar dari segi ekonomi akuakultur efisien dalam menggunakan sumber daya keuangan dan kelayakan ekonomi sehingga menciptakan ketahanan dan memiliki kemampuan untuk melakukan reinvestasi. Begitu juga indikator lingkungan, bagaimana akuakultur dapat mengurangi buangan limbah dan aman bagi keanekaragaman hayati di lokasi budidaya. Terakhir indikator sosial, akuakultur diharapkan dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat (lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, pendapatan yang layak dan mampu diakses oleh pembudidaya skala kecil).
Kelima, segmentasi pengembangan riset manajemen lingkungan akuakultur. Lingkungan menjadi salah satu faktor kunci dalam menghadapi perubahan iklim. Fokus riset untuk menemukan metode rekayasa lingkungan yang tepat agar dampak perubahan iklim dapat dikurangi. Disamping itu, bagaimana kegiatan akuakultur tetap mampu menghasilkan produksi yang tinggi dengan penggunaan sumber daya terbatas (lahan dan air).
Keenam, segmentasi pengembangan riset kebijakan akuakultur nasional. Disini pemerintah bersama perguruan tinggi (akademisi, peneliti) dan pengusaha merumuskan secara konprehensif terkait kebijakan yang nantinya memayungi dan mengawal pelaksanaan pengembangan pondasi akuakultur Indonesia secara berkelanjutan. Output yang diharapkan berupa kebijakan pendanaan riset yang berkelanjutan (tidak berhenti ketika pergantian menteri mapuan presiden terjadi), penentuan lokasi strategis (Indonesia Barat, Tengah dan Timur) dan sudah diatur dalam RTRW serta jauh dari pemukinan, dukungan infrastruktur (kolaborasi pengusaha dengan pemerintah), penentuan komoditas ekonomis penting, implementasi skala pilot project, dan keterlibatan pembudidaya kecil.
Hemat penulis, pemerintah harus belajar dari kasus udang windu agar udang vaname dan komoditas lain tidak mengalami nasib yang sama. Potensi akuakultur Indonesia jika tidak memiliki pondasi yang kuat akan menjadi keniscayaan semata. Memang prosesnya tidak langsung mendatangkan peningkatan produksi dan keuntungan. Namun kita harus paham, dampak perubahan iklim tidak memandang seberapa besar potensi akuakultur yang dimiliki suatu negara, namun justru seberapa kuat pondasi akuakultur suatu negara untuk bertahan dan adaptif terhadap dampak perubahan iklim.
Akuakultur Indonesia akan dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, menciptakan ketahanan pangan, memberikan pendapatan yang layak dan dapat diakses oleh pembudidaya skala kecil dengan biaya rendah jika memiliki pondasi yang kuat. Semoga.
Kelima, segmentasi pengembangan riset manajemen lingkungan akuakultur. Lingkungan menjadi salah satu faktor kunci dalam menghadapi perubahan iklim. Fokus riset untuk menemukan metode rekayasa lingkungan yang tepat agar dampak perubahan iklim dapat dikurangi. Disamping itu, bagaimana kegiatan akuakultur tetap mampu menghasilkan produksi yang tinggi dengan penggunaan sumber daya terbatas (lahan dan air).
Keenam, segmentasi pengembangan riset kebijakan akuakultur nasional. Disini pemerintah bersama perguruan tinggi (akademisi, peneliti) dan pengusaha merumuskan secara konprehensif terkait kebijakan yang nantinya memayungi dan mengawal pelaksanaan pengembangan pondasi akuakultur Indonesia secara berkelanjutan. Output yang diharapkan berupa kebijakan pendanaan riset yang berkelanjutan (tidak berhenti ketika pergantian menteri mapuan presiden terjadi), penentuan lokasi strategis (Indonesia Barat, Tengah dan Timur) dan sudah diatur dalam RTRW serta jauh dari pemukinan, dukungan infrastruktur (kolaborasi pengusaha dengan pemerintah), penentuan komoditas ekonomis penting, implementasi skala pilot project, dan keterlibatan pembudidaya kecil.
Hemat penulis, pemerintah harus belajar dari kasus udang windu agar udang vaname dan komoditas lain tidak mengalami nasib yang sama. Potensi akuakultur Indonesia jika tidak memiliki pondasi yang kuat akan menjadi keniscayaan semata. Memang prosesnya tidak langsung mendatangkan peningkatan produksi dan keuntungan. Namun kita harus paham, dampak perubahan iklim tidak memandang seberapa besar potensi akuakultur yang dimiliki suatu negara, namun justru seberapa kuat pondasi akuakultur suatu negara untuk bertahan dan adaptif terhadap dampak perubahan iklim.
Akuakultur Indonesia akan dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, menciptakan ketahanan pangan, memberikan pendapatan yang layak dan dapat diakses oleh pembudidaya skala kecil dengan biaya rendah jika memiliki pondasi yang kuat. Semoga.
(bmm)