Menimbang Calon Ketua Umum PBNU, Kiai Said atau Gus Yahya
loading...
A
A
A
Sosok Gus Yahya sering dikaitkan dengan kedekatannya dengan Yahudi. Kunjungannya ke Israel pada 2018 menjadi jejak digital Gus Yahya yang disorot warga NU. Saat itu Gus Yahya memegang posisi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Kunjungan Gus Yahya tersebut memicu penolakan dari berbagai kalangan. "Kalau temannya Yahudi berarti dia cocok dan satu visi dengan Yahudi. Padahal Yahudi sudah lama ingin menguasai NU," kata mantan Ketua PCNU Kota Surabaya, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim.
Terakhir, beredar di media online surat per 22 September 2021 yang mengatasnamakan PBNU. Surat tersebut berisikan bahwa Gus Yahya dengan mengatasnamakan NU menyampaikan undangan kepada perhimpunan Yahudi AS, untuk menyelenggarakan dialog antaragama tahun depan, dalam rangka kepemimpinan G20 Indonesia.
Surat menggunakan kop dan mengatasnamakan NU bertentangan dengan Surat Edaran Ketua Umum PBNU yang menyatakan bahwa untuk sementara kerja sama dengan Kelompok Yahudi harus dihentikan. Selain itu, surat tersebut juga tidak sah karena jika hendak mengatasnamakan NU, surat harus ditandatangani oleh 4 orang.
Pergerakan Gus Yahya sebagai calon Ketua Umum PBNU tak sampai di situ. Dia diduga memanfaatkan jaringan Kementerian Agama hingga tingkat kecamatan untuk memuluskan pencalonannya. Bahkan baru-baru ini dikabarkan adanya pemesanan hotel besr-besaran di Lampung, bertepatan dengan agenda Muktamar NU.
"Kita semua tahu 23-25 Desember ada kegiatan Muktamar NU yang ke-34, ada oknum mengatasnamakan Kemenag melakukan booking hotel besar-besaran di Lampung bertepatan dengan agenda Muktamar," kata Wakil Ketua PWNU Lampung M Irfandi. Setidaknya ada sejumlah hotel yang terkonfirmasi dipesan oleh Kemenag, dengan total kamar 550 kamar. Pemesanan kamar tersebut membuat framing bahwa adanya intervensi atau sabotase yang dilakukan negara/pemerintah dalam pelaksanaan Muktamar Nu ke-34.
Terlepas dari kotroversi keduanya, hasil survei mendapatkan bahwa PW/PCNU di seluruh Indonesia mendambakan:
● Sosok pemimpin/ketua umum yang dapat mengayomi semua anggota NU dan piawai dalam menghadapi dinamika organisasi. Angkanya sangat signifikan, sebesar 83% responden.
● Sebanyak 52% responden mendambakan sosok yang memiliki kealiman/ilmu agama yang tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan membaca/mengkaji kitab kuning.
Pada akhirnya, PBNU memang membutuhkan sosok ideal yang dapat memenuhi semua aspirasi warga NU. Dapat dipastikan ada satu dari segudang kader NU yang pantas untuk maju.
Kunjungan Gus Yahya tersebut memicu penolakan dari berbagai kalangan. "Kalau temannya Yahudi berarti dia cocok dan satu visi dengan Yahudi. Padahal Yahudi sudah lama ingin menguasai NU," kata mantan Ketua PCNU Kota Surabaya, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim.
Terakhir, beredar di media online surat per 22 September 2021 yang mengatasnamakan PBNU. Surat tersebut berisikan bahwa Gus Yahya dengan mengatasnamakan NU menyampaikan undangan kepada perhimpunan Yahudi AS, untuk menyelenggarakan dialog antaragama tahun depan, dalam rangka kepemimpinan G20 Indonesia.
Surat menggunakan kop dan mengatasnamakan NU bertentangan dengan Surat Edaran Ketua Umum PBNU yang menyatakan bahwa untuk sementara kerja sama dengan Kelompok Yahudi harus dihentikan. Selain itu, surat tersebut juga tidak sah karena jika hendak mengatasnamakan NU, surat harus ditandatangani oleh 4 orang.
Pergerakan Gus Yahya sebagai calon Ketua Umum PBNU tak sampai di situ. Dia diduga memanfaatkan jaringan Kementerian Agama hingga tingkat kecamatan untuk memuluskan pencalonannya. Bahkan baru-baru ini dikabarkan adanya pemesanan hotel besr-besaran di Lampung, bertepatan dengan agenda Muktamar NU.
"Kita semua tahu 23-25 Desember ada kegiatan Muktamar NU yang ke-34, ada oknum mengatasnamakan Kemenag melakukan booking hotel besar-besaran di Lampung bertepatan dengan agenda Muktamar," kata Wakil Ketua PWNU Lampung M Irfandi. Setidaknya ada sejumlah hotel yang terkonfirmasi dipesan oleh Kemenag, dengan total kamar 550 kamar. Pemesanan kamar tersebut membuat framing bahwa adanya intervensi atau sabotase yang dilakukan negara/pemerintah dalam pelaksanaan Muktamar Nu ke-34.
Terlepas dari kotroversi keduanya, hasil survei mendapatkan bahwa PW/PCNU di seluruh Indonesia mendambakan:
● Sosok pemimpin/ketua umum yang dapat mengayomi semua anggota NU dan piawai dalam menghadapi dinamika organisasi. Angkanya sangat signifikan, sebesar 83% responden.
● Sebanyak 52% responden mendambakan sosok yang memiliki kealiman/ilmu agama yang tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan membaca/mengkaji kitab kuning.
Pada akhirnya, PBNU memang membutuhkan sosok ideal yang dapat memenuhi semua aspirasi warga NU. Dapat dipastikan ada satu dari segudang kader NU yang pantas untuk maju.
(abd)