Pahlawan Tanpa Panggung dan Jubah

Jum'at, 05 November 2021 - 22:25 WIB
loading...
Pahlawan Tanpa Panggung...
Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 tahap pertama kepada pedagang Pasar Inpres di Gedung Gor Kemayoran, Jakarta, Jumat, (30/07/2021). FOTO/DOK.SINDOnews/SUTIKNO
A A A
JAKARTA - Apa yang terpikirkan saat mendengar kata pahlawan ? Kebanyakan orang mungkin akan terlintas tentang para bapak bangsa maupun orang-orang terdahulu yang berjuang memerdekakan negara dari tangan penjajah. Sebagian lagi bisa jadi akan terpikir tentang superhero layaknya di film-film box office Hollywood yakni sosok hebat yang mengenakan jubah maupun baju zirah dengan kekuatan super. Mereka senantiasa hadir ketika kejahatan merajalela.
Pahlawan Tanpa Panggung dan Jubah

Sejumlah tenaga kesehatan mengikuti vaksinasi dosis pertama vaksin COVID-19 Sinovac di Istora Senayan, Jakarta, Kamis 4 Februari 2021. FOTO/DOK.MPI/ARIF JULIANTO



Tapi bayangan itu sama sekali tak terlintas di benak Tumini. Nenak dua cucu itu menunjuk sejumlah perempuan berbaju putih yang sibuk berlalu lalang. “Mereka itu pahlawan,” ucapnya ditemui SINDOnews di sebuah Puskesmas di kawasan Pamulang Timur, Tangerang Selatan, Banten, belum lama ini.

Tumini duduk di deretan kursi antrean yang sengaja dibuat berjarak oleh pihak Puskesmas. Bersamanya pagi itu ratusan orang menunggu untuk disuntik vaksin Covid-19. Rata-rata manula. Puskesmas Pamulang Timur sedang menggencarkan vaksinasi Covid-19 demi mencegah penyebaran lebih luas virus corona.

Perempuan yang ditunjuk Tumini tak lain para perawat dan vaksinator yang sedang bertugas. Terdapat pula dokter yang siaga untuk menjalankan misi mulia itu. Tak berlebihan sepertinya kala Tumini menilai mereka sebagai pahlawan. “Kalau ada apa-apa (terkena Covid-19) ya orang-orang seperti mereka kan yang bisa menolong kita,” tuturnya lirih.

Melawan Badai Corona

Wabah itu datang begitu cepat. Mula-mula santer di Wuhan, Provinsi Hubei, China, namun sejurus kemudian melanda dunia. Nyaris tidak ada negara yang luput dari virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.

Tak dimungkiri situasi global mulai dilanda kepanikan. Berbagai upaya ditempuh untuk membendung penyebaran virus yang menyerang sistem pernapasan tersebut. Tak urung Amerika Serikat, Brasil dan juga China menjadi negara dengan jumlah orang terkonformasi positif tertinggi. Eropa tak kalah parah, semuanya memerah.

Badai itu akhirnya menerjang pula Indonesia. Tepat 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Tanah Air. Kasus terkonformasi positif itu merupakan dua orang perempuan (ibu dan anak) warga Depok, Jawa Barat. Mereka terpapar dari warga Jepang yang tinggal di Indonesia.

“Ternyata orang yang telah terkena Virus Corona ini berhubungan dengan dua orang, seorang ibu yang umurnya 64 tahun, dan putrinya 31 tahun. Dicek dan tadi pagi saya mendapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Sejak kemunculan tersebut, hari ke hari kasus terkonfirmasi positif terus bertambah. Berdasarkan penelusuran (tracing) ditemukan orang-orang baru yang terpapar. Bermula dari dua orang, lantas berlipat menjadi 4 dan terus menggelembung jadi ratusan, ribuan hingga jutaan.

Data termutakhir Kementerian Kesehatan pada 5 November 2021, jumlah kasus terkonfirmasi positif secara akumulasi di Indonesia telah mencapai 4.247.320 orang, bertambah 518 dibanding hari sebelumnya.

Sisi baiknya kasus kesembuhan juga bertambah 648 orang sehingga total mencapai 4.092.586. Namun jumlah orang meninggal dunia juga bertambah 19 orang sehingga keseluruhan menjadi 143.519 orang. Kasus Covid-19 menyebar di seluruh provinsi Indonesia.

Gelombang kedua atau ketika varian Delta menghantam, Indonesia bak porak-poranda. Ibarat orang baru menghela napas setelah gelombang pertama, semua sendi kehidupan terutama sektor kesehatan kembali kelimpungan.



Nyaris semua tempat perawatan di rumah sakit maupun fasilitas kesehatan penuh. Oksigen sebagai penyambung hidup bagi mereka yang terpapar bahkan langka. Tak mengherankan jumlah kematian meledak. Penuhnya rumah sakit sampai-sampai menjadikan pasien dirawat di tenda darurat di pelataran RS,

“Semua kamar penuh. Kami terpaksa menerima keadaan ini,” tutur Agus, warga Bekasi yang menemani orangtuanya dirawat di tenda darurat RSUD Bekasi, dengan nada putus asa. Karena bersinggungan erat dengan pasien, Agus juga dinyatakan positif.
Hantaman varian Delta itu tak urung membuat para tenaga kesehatan kembali terseok-seok. Dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya menjadi garda terdepan untuk menyelamatkan pasien. Tanpa jubah berkibar layaknya superhero di film-film, kepahlawanan mereka mewujud.

Presiden Jokowi menggambarkan para dokter telah memberikan segalanya untuk menyelamatkan Indonesia. Para dokter, perawat dan lainnya tetap siaga meski wabah itu juga menjadi ancaman bagi mereka.

“Bagaimanapun situasi pandemi yang kita hadapi, saya tahu, para dokter dan tenaga kesehatan tetap siaga,” kata Jokowi dalam peringatan Hari Dokter Nasional (24/10/2021). “Mereka telah memberi bukti dengan menyumbang keahlian, pikiran, dan tenaga, bahkan bertaruh nyawa untuk menyelamatkan bangsa ini,” ujarnya.

Bagi dokter maupun perwat, menangani pasien Covid-19 bukannya tanpa tantangan. Di tengah tugas mulia yang mahaberat itu, mereka justru menerima stigma negatif dari masyarakat. Adapula caci dan maki karena justru dianggap menyebar virus.

"Stigma yang negatif tentang perawat Covid-19 mulai dari diusir dari rumah kontrakan, kemudian anak dari perawat juga diasingkan dengan anak tetangganya," kata Nurdiansyah, perawat yang turut menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Minggu (19/4/2020).

Ujian berat bernama pandemi Covid ini tak cuma meluluhlantakkan sektor kesehatan. Ekonomi juga terpuruk. Pandemi telah menjadikan semua aktivitas nyaris berubah total. Tak urung pertumbuhan ekonomi Indonesia turut melambat.

Data Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q1-2021 terkontraksi 0,7% karena dipengaruhi oleh kenaikan Covid-19 setelah periode Nataru. Kemudian pertumbuhan ekonomi Q2-2021 menguat 7,1% ketika kasus Covid-19 terkendali. Pertumbuhan Q3-2021 kembali mengalami perlambatan ke 3,5% karena adanya lonjakan kasus varian Delta.

Obat Ampuh Bernama Pentahelix

Tidak ada satu pun negara digdaya melawan virus. Mereka yang berlabel adikuasa pun tumbang. Amerika Serikat mencatatkan rekor sebagai negara dengan jumlah kasus positif Covid-19 dan kematian terbanyak di dunia, berdasarkan data worldometer.

Begitu pula Rusia, India, Brasil, Prancis hingga Inggris, semuanya menghadapi masalah sama: menyelamatkan warga negara yang terpapar, sekaligus mencegah orang sehat tak terinfeksi. Problematika senada yang juga mesti dihadapi Indonesia.

Pandemi tak dimungkiri sempat membuat Tanah Air limbung. Penyebaran yang begitu cepat menjadikan semua orang tergagap-gagap pada mulanya. Rumah sakit, tenaga kesehatan, dan pemerintah pusat pontang-panting menangani.

Pahlawan Tanpa Panggung dan Jubah


Namun, gerak cepat pemerintah terbukti ampuh untuk mencegah wabah menjalar lebih luas. Selain protap standar berupa tracing, test dan treatment atau 3T yang diiringi seruan penerapan protokol kesehatan, pemerintah segera safari mencari vaksin.

Sejarah itu tercipta pada Rabu 13 Januari 2021. Presiden Jokowi menjadi orang pertama disuntik vaksin Covid-19 di Istana Negara, Jakarta. Suntikan ini sekaligus menandai dimulainya vaksinasi nasional untuk memutus matarantai penyebaran virus Corona sekaligus mengejar tercapainya kekebalan komunal atau herd immunity.

Vaksinasi sejatinya hanyalah salah satu ikhtiar untuk menangani pandemi ini. Menangkis Covid-19 tak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah. Kerja kolaboratif, kolosal, dan spartan dari seluruh pihak menjadi kunci penanganan dan pemulihan.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menegaskan, dibutuhkan peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk mencegah dan menangani pandemi. Satgas, kata dia, mengedepankan pentahelix untuk mengantisipasi lonjakan kasus,



Pentahelix berarti kekuatan pemerintah, kekuatan komunitas/masyarakat, kekuatan para akademisi, kekuatan dunia usaha dan kekuatan media yang bersinergi untuk mengatasi Covid-19. Hal ini akan diterapkan dengan prinsip 3K yakni komunikasi, koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah dan satgas serta pemangku kepentingan terkait lainnya.

“Satgas menyusun strategi pengendalian kasus termasuk memastikan ketersediaan fasilitas dan manajemen kasus dengan memanfaatkan fasilitas karantina terpusat,” tutur Wiku.

Presiden Jokowi mengingatkan, Bangsa Indonesia akan kuat dan besar apabila semua elemen mampu mengambil peran untuk menjadikan negara ini lebih baik lagi. Karena itu dia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu-padu dan satu langkah untuk menghadapi cobaan pandemi ini.

"Mari kita tunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang kuat. Bukan hanya mampu menghadapi perang terhadap Covid-19 serta tantangan bangsa lainnya, tetapi bangsa yang mampu memanfaatkan kesulitan menjadi sebuah lompatan kemajuan," kata Kepala Negara.

Hal senada disampaikan Ketua MPR Bambang Soesatyo. Menurut dia, pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya telah menggerus sendi-sendi kehidupan dan mengoreksi banyak pencapaian yang telah diraih selama 76 tahun kemerdekaan Indonesia. Kendati demikian, dia mengajak masyarakat tetap bersyukur karena di balik musibah itu terdapat hikmah, antara lain menguatnya ikatan solidaritas kebangsaan.

Mengutip Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2021, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia, dengan tingkat sukarelawan negara lebih banyak tiga kali lipat dari rata-rata global.

Lebih dari itu, kata dia, usai 9 bulan perekonomian terpukul oleh dampak pandemi Covid-19, Indonesia dapat melepaskan diri dari jurang resesi. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 juga tumbuh positif pada level 7,07%.

Dia mengingatkan, semua komponen bangsa harus mampu berkontribusi untuk menghindari terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air dengan berdisiplin mematuhi protokol kesehatan. Dan dengan optimisme bersama, Indonesia bisa terus mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang tangguh dan terus bertumbuh.

“Berbekal semangat soliditas dan solidaritas kebangsaan yang kita miliki, kita harus optimis menatap masa depan. Semangat optimisme ini harus menjadi landasan kita berpijak untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh,” tutur Bamsoet.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1334 seconds (0.1#10.140)