Airlangga Berpeluang Buka Poros Berhadapan Koalisi PDIP-Gerindra
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 membuka peluang koalisi PDIP-Gerindra. Dalam hal ini pasangan Prabowo-Puan Maharani berhadapan dengan koalisi Airlangga Hartarto yang didukung partai politik (parpol) lain.
yang belakangan ini digadang-gadangkan berpasangan dengan elite partai lain.
"Golkar misalnya bisa masuk ke PKB dan Demokrat, karena ketum mereka juga mengincar. Bahkan PPP juga di situ, kan mulai dijodoh-jodohin tuh Airlangga-Cak Imin atau Airlangga-Suharso," ujarnya.
Prayitno menyebutkan, tiga partai yang secara tradisi memasang calonnya dalam setiap pilpres, termasuk nantinya di 2024.
Ketiganya yakni PDIP, Gerindra dan Golkar yang saat ini merupakan tiga besar partai politik dengan jumlah kursi signifikan di parlemen.
"PDIP sudah bisa maju sendiri, Golkar dan gerindra tinggal cari satu atau dua partai lagi untuk menggenapi ambang batas presiden, dan dua partai ini punya tradisi maju," jelasnya.
Ia mengatakan, partai lain di luar ketiga partai ini tentu akan kesulitan karena perolehan suara partai mereka kecil, dan elektabilitas ketum tidak signifikan.
Dia mencontohkan, ketua Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang tidak terlampau signifikan suaranya, hanya di kisaran angka 5 persen. Angka ini berbeda jauh dengan ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Airlangga boleh kecil elektabilitasnya, tapi partainya besar, artinya ada bargaining position. AHY serba tanggung, partainya juga tidak sampai dua digit, bargainnya itu tidak VIP, tapi kalau Golkar, PDIP, Gerindra, itu bargainnya VIP," ungkapnya.
Prayitno mengatakan ketiga partai ini terbuka lebar untuk berkoalisi dengan partai lain yang memiliki kursi di parlemen. Pengecualian hanya di PDIP yang sepertinya sudah "mengharamkan" berkoalisi dengan Partai Demokrat dan PKS.
Ia juga mengatakan, nama-nama kepala daerah yang populer seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil saat ini dalam kondisi galau.
Ketiganya boleh populer dan hebat namun tetap sia-sia jika tidak punya dukungan parpol. "Ganjar, Anies, RK bisa masuk untuk jadi cawapres mendongkrak elektabilitas Prabowo dan Airlangga. Karena ketiga partai besar itu pasti mematok kadernya capres," jelasnya.
Prayitno memprediksi pasangan capres dan cawapres akan terbentuk di hari hari terakhir pendaftaran Pilpres 2024. Dua faktor yang memungkinkan itu terjadi adalah dukungan realistis partai menggenapi ambang batas presiden.
"Kedua adalah mencari pasangan yang bisa menggerek elektabilitas masing-masing capres," tutupnya.
yang belakangan ini digadang-gadangkan berpasangan dengan elite partai lain.
"Golkar misalnya bisa masuk ke PKB dan Demokrat, karena ketum mereka juga mengincar. Bahkan PPP juga di situ, kan mulai dijodoh-jodohin tuh Airlangga-Cak Imin atau Airlangga-Suharso," ujarnya.
Prayitno menyebutkan, tiga partai yang secara tradisi memasang calonnya dalam setiap pilpres, termasuk nantinya di 2024.
Ketiganya yakni PDIP, Gerindra dan Golkar yang saat ini merupakan tiga besar partai politik dengan jumlah kursi signifikan di parlemen.
"PDIP sudah bisa maju sendiri, Golkar dan gerindra tinggal cari satu atau dua partai lagi untuk menggenapi ambang batas presiden, dan dua partai ini punya tradisi maju," jelasnya.
Ia mengatakan, partai lain di luar ketiga partai ini tentu akan kesulitan karena perolehan suara partai mereka kecil, dan elektabilitas ketum tidak signifikan.
Dia mencontohkan, ketua Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang tidak terlampau signifikan suaranya, hanya di kisaran angka 5 persen. Angka ini berbeda jauh dengan ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Airlangga boleh kecil elektabilitasnya, tapi partainya besar, artinya ada bargaining position. AHY serba tanggung, partainya juga tidak sampai dua digit, bargainnya itu tidak VIP, tapi kalau Golkar, PDIP, Gerindra, itu bargainnya VIP," ungkapnya.
Prayitno mengatakan ketiga partai ini terbuka lebar untuk berkoalisi dengan partai lain yang memiliki kursi di parlemen. Pengecualian hanya di PDIP yang sepertinya sudah "mengharamkan" berkoalisi dengan Partai Demokrat dan PKS.
Ia juga mengatakan, nama-nama kepala daerah yang populer seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil saat ini dalam kondisi galau.
Ketiganya boleh populer dan hebat namun tetap sia-sia jika tidak punya dukungan parpol. "Ganjar, Anies, RK bisa masuk untuk jadi cawapres mendongkrak elektabilitas Prabowo dan Airlangga. Karena ketiga partai besar itu pasti mematok kadernya capres," jelasnya.
Prayitno memprediksi pasangan capres dan cawapres akan terbentuk di hari hari terakhir pendaftaran Pilpres 2024. Dua faktor yang memungkinkan itu terjadi adalah dukungan realistis partai menggenapi ambang batas presiden.
"Kedua adalah mencari pasangan yang bisa menggerek elektabilitas masing-masing capres," tutupnya.
(maf)