Harta Gurkha Ditemukan TNI, Saksi Bisu Indonesia Permalukan Pasukan Elite Inggris

Minggu, 03 Oktober 2021 - 05:28 WIB
loading...
A A A
Dalam berbagai medan pertempuran, TNI berhasil membuat Rejimen Askar Melayu Diraja yang dibantu Inggris, Australia, Selandia baru kewalahan. Dalam buku biografi Benny Moerdani berjudul “Tragedi Seorang Loyalis” karya Julius Pour diceritakan bagaimana para sukarelawan dibantu TNI menangkap 12 orang dalam pertempuran di Kampung Long Jawi pada awal September.

Pertempuran juga terjadi di Kampung Sakilkilo dan Batugar, Sabah. Dalam pertempuran tersebut, satu peleton pasukan TNKU bersama TNI berhasil menewaskan sekitar 20 tentara Inggris dan Gurkha. Tidak hanya itu, pasukan Kujang 328/II Siliwangi juga berhasil menawan 34 pasukan Gurkha yang menyusup ke daerah Kapuas, Sambas.

Pertempuran antara kedua pasukan juga pecah di Kalabakan pada 29 Desember 1963. Pasukan kecil KKO yang dipimpin Kopral Rebani dan Kopral Subroto berhasil menyusup hingga 50 meter sebelum Sabah. Kontak tembak antara pasukan KKO dengan pasukan Rejimen Askar Melayu Diraja tak terelakan. Dalam pertempuran sengit itu, 18 anggota Rejimen Askar Melayu Diraja tewas. Satu dari 18 orang tentara Malaysia yang tewas ternyata adalah Komandan Kompi Mayor Zainal Abidin yang cukup disegani.

Harta Gurkha Ditemukan TNI, Saksi Bisu Indonesia Permalukan Pasukan Elite Inggris


Sayangnya, dalam perjalanan kembali usai menjalankan misi perahu yang ditumpangi Kopral Rebani dan Kopral Subroto beserta anggotanya dicegat pasukan Gurkha. Pertempuran tak seimbang pun terjadi. Pasukan Gurkha yang menaiki kapal perang dengan persenjataan lengkap dan modern sementara KKO hanya menggunakan perahu biasa. Dalam pertempuran itu, keduanya gugur sebagai kusuma bangsa. Selama konfrontasi tersebut, Inggris tercatat mengerahkan 17.000 pasukan ke perbatasan Indonesia-Malaysia.

"Ya saya sempat membaca literatur di Museum Gurkha di Inggris soal pertempuran antara pasukan Korp Baret Merah (RPKAD) dengan Pasukan Gurkha yang merupakan tentara bayaran asal Nepal di sekitar Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK)," kata mantan Asisten Intel Kopassus ini yang kini menjabat sebagai Asisten Intel Kodam XIV/Hasanuddin Kolonel Inf Muhammad Aidi.

Menjelang akhir 1965, pascatragedi G30S/PKI situasi perpolitikan nasional berubah drastis. Tampuk kepemimpinan nasional berganti dari Presiden Soekarno kepada Soeharto. Pada 28 Mei 1966 dalam konferensi di Bangkok Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik dan normalisasi hubungan antara kedua negara. Perjanjian perdamaian kedua negara ditandatangani pada 11 Agustus.
(cip)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2032 seconds (0.1#10.140)