Universitas Indonesia Diyakini Tak Diuntungkan dengan Perilaku Ade Armando
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah , Saleh Partaonan Daulay menilai Ade Armando tidak perlu didengar dan diperdulikan. Sebab, kata dia, Ade Armando di banyak kesempatan selalu mencari sensasi dan perhatian.
Dia melanjutkan, tidak jelas apa target dan tujuannya Ade Armando banyak mencaci dan menyudutkan orang. Bahkan, dengan bahasa-bahasa yang tidak sopan. (Baca juga: Pemuda Muhammadiyah: Ade Armando Jangan Over Acting)
“Ade ini terlalu usil. Banyak mencampuri urusan orang. Kelihatannya dia mau membela pemerintah. Tetapi tidak jelas apa posisinya di dalam pemerintahan. Tidak jelas juga dia merepresentasikan siapa,” ujar Saleh dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/6/2020).
Dia mengatakan banyak orang yang menyayangkan kelakuan Ade Armando ini. "Sebagai akademisi dari universitas besar, tidak seharusnya dia berperilaku seperti itu. Secara institusi, Universitas Indonesia tempat dia mengajar dipastikan tidak diuntungkan dengan tindakan dan perilaku seperti itu. Sudah selayaknya, Ade Armando ini diperingatkan,” tegas Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
"Sebetulnya, kasihan dengan Ade ini. Sudah lama dia melakukan aksi seperti ini. Mungkin berharap diajak gabung di pemerintahan. Tetapi anehnya, tidak masuk-masuk. Mungkin dinilai tidak ada juga yang spesial dari dia,” sambung Anggota Komisi IX DPR RI ini.
Saleh menilai sebenarnya Ade Armando tidak berani-berani amat. Sebab, dalam setiap postingan Ade Armando selalu dia ukur sehingga tidak masuk ranah hukum. Jadi, lanjut dia, Ade Armando leluasa menghina orang dan mencerca orang tanpa harus dikenai sanksi hukum.
“Aneh, Ade Armando mengkritik Din Syamsuddin. Rasanya tidak level. Seakan, dia lebih sayang pada Indonesia ini daripada Din Syamsuddin. Dia harus membaca dan mempelajari jam terbang Din Syamsuddin. Dia selalu merepresentasikan Indonesia di banyak forum. Tidak hanya nasional, bahkan di forum internasional dan global,” tuturnya.
Saleh pun menilai kritik Ade Armando kepada Din Syamsuddin sangat tidak kontekstual. Saleh melihat bahwa pemerintah sekalipun tidak keberatan dengan diskusi yang dihadiri juga oleh Din Syamsuddin, Webinar Nasional yang digelar Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (Mahutama) dan Kolegium Jurist Institute (KJI) bertajuk Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di era Pandemi COVID-19 kemarin siang.
Dia menilai diskusi itu bagian dari penyampaian gagasan dan pemikiran di ruang publik dan itu diakui dan dilindungi undang-undang. (Baca juga: Din Syamsuddin: Kebebasan Berpendapat Itu Hak Manusia )
“Kalau Ade ini, forumnya ya di sosmed aja. Bahkan kelihatannya, ruang dia sangat terbatas di FB. Dia selalu memposting yang membuat orang kesal dan jengkel. Dia sangat senang kalau banyak orang yang komentar. Kayaknya, dia dapat kepuasan spritual dari situ,” pungkasnya.
Dia melanjutkan, tidak jelas apa target dan tujuannya Ade Armando banyak mencaci dan menyudutkan orang. Bahkan, dengan bahasa-bahasa yang tidak sopan. (Baca juga: Pemuda Muhammadiyah: Ade Armando Jangan Over Acting)
“Ade ini terlalu usil. Banyak mencampuri urusan orang. Kelihatannya dia mau membela pemerintah. Tetapi tidak jelas apa posisinya di dalam pemerintahan. Tidak jelas juga dia merepresentasikan siapa,” ujar Saleh dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/6/2020).
Dia mengatakan banyak orang yang menyayangkan kelakuan Ade Armando ini. "Sebagai akademisi dari universitas besar, tidak seharusnya dia berperilaku seperti itu. Secara institusi, Universitas Indonesia tempat dia mengajar dipastikan tidak diuntungkan dengan tindakan dan perilaku seperti itu. Sudah selayaknya, Ade Armando ini diperingatkan,” tegas Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
"Sebetulnya, kasihan dengan Ade ini. Sudah lama dia melakukan aksi seperti ini. Mungkin berharap diajak gabung di pemerintahan. Tetapi anehnya, tidak masuk-masuk. Mungkin dinilai tidak ada juga yang spesial dari dia,” sambung Anggota Komisi IX DPR RI ini.
Saleh menilai sebenarnya Ade Armando tidak berani-berani amat. Sebab, dalam setiap postingan Ade Armando selalu dia ukur sehingga tidak masuk ranah hukum. Jadi, lanjut dia, Ade Armando leluasa menghina orang dan mencerca orang tanpa harus dikenai sanksi hukum.
“Aneh, Ade Armando mengkritik Din Syamsuddin. Rasanya tidak level. Seakan, dia lebih sayang pada Indonesia ini daripada Din Syamsuddin. Dia harus membaca dan mempelajari jam terbang Din Syamsuddin. Dia selalu merepresentasikan Indonesia di banyak forum. Tidak hanya nasional, bahkan di forum internasional dan global,” tuturnya.
Saleh pun menilai kritik Ade Armando kepada Din Syamsuddin sangat tidak kontekstual. Saleh melihat bahwa pemerintah sekalipun tidak keberatan dengan diskusi yang dihadiri juga oleh Din Syamsuddin, Webinar Nasional yang digelar Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (Mahutama) dan Kolegium Jurist Institute (KJI) bertajuk Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di era Pandemi COVID-19 kemarin siang.
Dia menilai diskusi itu bagian dari penyampaian gagasan dan pemikiran di ruang publik dan itu diakui dan dilindungi undang-undang. (Baca juga: Din Syamsuddin: Kebebasan Berpendapat Itu Hak Manusia )
“Kalau Ade ini, forumnya ya di sosmed aja. Bahkan kelihatannya, ruang dia sangat terbatas di FB. Dia selalu memposting yang membuat orang kesal dan jengkel. Dia sangat senang kalau banyak orang yang komentar. Kayaknya, dia dapat kepuasan spritual dari situ,” pungkasnya.
(kri)