Tergesa-gesa ‘New Normal’

Minggu, 31 Mei 2020 - 11:17 WIB
loading...
A A A
Ketiga, kemampuan uji/tes Covid-19 yang belum memadai dan merata di daerah. Presiden pernah memberikan target uji spesimen 10 ribu per hari, namun hingga akhir Mei 2020 baru 2 kali bisa sesuai target. Para ahli epidemiologi berpendapat penyajian data secara real time dari jumlah tes yang memadai akan menghadirkan kurva Covid-19 yang obyektif sebagai dasar untuk menilai apakah trend perkembangan virus.

Keempat, kesenjangan jumlah SDM dan sarana prasarana kesehatan di daerah. Pada tahun 2018, rasio jumlah tempat tidur rumah sakit (RS) hanya 1 dibanding 1000 penduduk, sementara dari 10 ribu Puskesmas yang ada baru 33 persen yang dianggap memadai. Di sisi yang lain sejumlah RS di daerah masih mengeluhkan kurangnya alat pelindung diri (APD). Jumlah ruang isolasi RS di sejumlah daerah juga masih kurang sementara fasilitas penanganangan Covid-19 juga dikeluhkan sejumlah dokter masih minim. Dan juga patut menjadi catatan hingga pertengahan Mei 2020 terdapat 55 tenaga medis dinyatakan meninggal akibat Covid-19.

Kelima, tingkat kesadaran dan kedisiplinan masyarakat mengikuti protokol kesehatan masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan PSBB di berbagai daerah yang tidak optimal dan banyak terjadi pelanggaran.

Dengan berbagai persoalan mendasar yang masih mengemuka di atas, sesungguhnya dapat dinilai seberapa siap New Normal/pelonggaran PSBB diberlakukan. Apalagi jika melihat adanya ancaman munculnya gelombang kedua penyebaran virus sebagaimana terjadi di Korea Selatan dan Jepang setelah dilakukan kebijakan pelonggaran.

Jujur dan Disiplin Menentukan Keberhasilan
Pada masa pandemi ini, kita sering mendengar kata jujur dan disiplin. Para dokter minta agar pasien bersikap jujur, karena ada beberapa kejadian pasien menularkan Covid-19 kepada tenaga medis karena tidak jujur. Jubir Pemerintah pun setiap hari mengingatkan masyarakat bahwa kunci pengendalian Covid-19 adalah kedisiplinan menjalankan protokol. Kita tentu sepakat, jujur dan disiplin menjadi kunci dalam menghadapi Covid-19.

Oleh sebab itu seyogyanya pemerintah juga bersikap jujur dan transparan menyampaikan data dan situasi penanganan Covid-19 sebelum menjalankan New Normal. Pemerintah juga semestinya disiplin menjalankan kebijakan yang sudah dibuat. Kurangi wacana yang membingungkan masyarakat dan juga pernyataan yang bernada meremehkan bahaya virus Corona. Sikap jujur dan disiplin pemerintah tentu akan punya dampak kuat kepada semangat seluruh komponen bangsa menghadapi pandemi.
(kri)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1119 seconds (0.1#10.140)