Orkestra Keolahragaan Nasional (Renungan Haornas 2021)
loading...
A
A
A
Agus Kristiyanto
Profesor Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga dari FKOR Universitas Sebelas Maret Surakarta, Tim Reviewer DBON, Tim Ahli Sport Development Index Pusat
PERINGATAN Hari Olahraga Nasional (Haornas) Tahun 2021 mengambil tema taktis dan strategis: “Desain Besar Olahraga Nasional untuk Indonesia Maju”. Sebuah tema yang tentu saja dimaksudkan untuk dapat menjadi pemantik energi besar berkemajuan. Kemajuan dalam bidang olahraga sekaligus memajukan kehidupan bangsa melalui olahraga. Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) menjadi sebuah formula dan “cara pandang bersama” betapa olahraga memang harus direncanakan secara sistemik dan sistematis, by design.
Terlepas dari kekurangan yang mungkin masih ada, terwujudnya DBON merupakan sesuatu yang pantas untuk diapresiasi tinggi oleh seluruh pihak. Sebuah karya besar “baru” yang telah tercipta melalui serangkaian tahap perencanaan, Focus Group Discussion (FGD), serap aspirasi, diseminasi, sosialisasi, hingga tahap revisi berjenjang berlanjut. Artinya, menjadi tugas bagi setiap komponen bangsa untuk kemudian berani mengambil peran terbaiknya dalam mewujudkan atmosfer berkemajuan keolahragaan nasional ke depan.
Keolahragaan nasional merupakan sebuah gambar besar yang multidimensional. Bahkan dapat diumpamakan sebagai sebuah orkestra besar yang wajib dipersyarati arti pentingnya nilai-nilai harmoni, sinergitas, dan semangat kooperatif. Keolahragaan tidak bisa dimaknai sebagai sebuah arti kebanggaan yang bernilai instan ‘sim salabim” dalam proses pencapaian performa terbaiknya. Keolahragaan juga bukan merupakan proses simplifikasi tahap-tahap superteknis berlatih dengan aneka dalih pemfokusan. Keolahragaan juga bukan sebuah produk daya saing yang diwarnai oleh aneka klaim ego-sektoral.
Orkestra keolahragaan nasional sebagaimana telah diwujudkan dalam bentuk DBON, memiliki arti penting bahwa sikap-sikap atomistik harus segera diakhiri. Setiap pihak yang berkepentingan (stakeholder) olahraga sudah saatnya memulai membangun keolahragaan dengan “melihat langit yang sama”. Seperti apa kiranya yang terjadi pada Tahun 2032, bahkan Tahun 2045 sangat tergantung dari apa yang mulai dikerjakan saat ini. Sebuah mindset dasar perlu disusun untuk melandasi suasana responsif bagi keberlangsungan capaian DBON. Butuh penataan eksosistem keolahragaan yang sehat.
Ekosistem Keolahragaan yang Sehat
Sebuah keniscayaan bahwa mengawal perjalanan proses pembangunan olahraga wajib menghadirkan dan menuangkan formula lengkap yang mengekosistem. Interaksi antarkomponen dan sumberdaya keolahragaan dipastikan dalam wujud kiprah kebersamaan yang sinergi, harmoni, dan saling melengkapi serta saling memperkuat. Melipat-gandakan kekuatan “indah” bagai kontribusi aneka peralatan instrumen musik yang berpadu apik dalam sebuah panggung orkestra. Memang, perlu prioritas capaian sesuai dengan semangat penciptaan ekosistem keolahragaan yang sehat. Namun, jangan kemudian seolah “panggung orkestra” hanya akan didominasi oleh pertunjukan “alat musik” tertentu.
Pertama, DBON wajib dimaknai sebagai sebuah rencana strategis utuh bagi bangsa yang sedang membangun olahraga (development of sport) sekaligus membangun melalui olahraga (development trough sport). Kejayaan dan kebanggaan karena prestasi olahraga di kancah dunia internasional yang mengharumkan nama bangsa, merupakan orientasi dasar dari development of sport. Diracik dan ditata prosesnya melalui mekanisme yang mengarah pada pertumbuhan dan akselerasi prestasi berdasarkan potensi dan kejeniusan lokal spesifik yang dimiliki bangsa. Reviu potensi dan gambaran sumber daya bangsa dalam keolahragaan menjadi hal yang sangat urgen.
Layak diapresiasi bahwa pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali dalam berbagai kesempatan telah menjelaskan ke media, bahwa DBON tersebut dirancang untuk memberikan jawaban atas persoalan perbaikan ekosistem dan tata kelola olahraga, terutama ranah olahraga prestasi. DBON merupakan mesin industri (pabrik) untuk memproduksi by design prestasi bertaraf dunia. Pertumbuhan daya saing didesain dengan memperhatikan cabang olahraga potensial yang jika ditangani secara serius akan berpeluang mendulang medali emas di olimpiade-olimpiade mendatang.
Kedua, pada saat bersamaan secara simultan, DBON juga wajib diartikan sebagai rencana besar development trough sport, memberikan ruang yang memadai untuk memintal nilai-nilai kesejahteraan olahraga. Kesejahteraan olahraga menunjuk pada orientasi membangun olahraga dengan cara memunculkan manfaat luas kesehatan, perdamaian, dan kemakmuran melalui olahraga. Indonesia memiliki karakter sebagai ‘Negara Kesejahteraan”, yakni negara yang selalu hadir responsif untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Olahraga di DBON menjadi arti penting sebagai sebuah tombol eksekusi dalam memajukan kecerdasan kehidupan bangsa dan kesejahteraan umum.
Ketiga, DBON menjadi dokumen inti pemantik untuk menjawab “pekerjaan rumah” (PR) permasalahan dasar keolahragaan nasional. Setidaknya dalam rapat terbatas kabinet yang diselenggarakan pada awal Maret 2021, terdapat setidaknya 13 (tiga belas) poin penting hal-hal mendasar yang wajib segera dikerjakan. Penyusunan PR itu merupakan hasil reviewpencermatan lintas kementerian dan lembaga. Beberapa PR yang penting, misalnya adalah persoalan kebugaran jasmani dan partisipasi berolahraga masyarakat yang masih jauh dari angka ideal. Dalam kalkulasi Sport Development Index (SDI), indeksnya masih berada di kisaran 0,3. Masih jauh dari kondisi ideal.
Keempat, DBON memberikan arah agar seluruh komponen bergegas secara simultan melakukan Rencana Aksi Nasional (RAN) baik pilar olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, maupun olahraga prestasi. Program-program aksi dilaksanakan secara sinergis dan harmonis dengan melibatkan stakeholder terkait yang berbasis pada penguatan peran-peran pentahelix secara nyata. Konfigurasi dan penetrasi peran birokrat, menjadi satu sajian sinergis dengan peran otentik yang dimainkan oleh akademisi, pengusaha, komunitas relevan, dan peran-peran media. Setiap helix memainkan peran yang mengontribusi dalam peran terbaiknya. Wajib dihindari situasi di mana setiap helix melakukan hal yang sama, karena yang pasti terjadi adalah kontribusi tumpang-tindih yang tak efektif dan saling meniadakan.
Kelima, titik tumpu evaluasi DBON seyogianya mengacu pada bingkai evaluasi yang menyandarkan sebuah model evaluasi hasil pembangunan olahraga secara komprehensif. Kehadiran New Sport Development Index (New SDI) pada 2021 dapat menjadi pilihan logis yang relevan untuk mengawal tren pertumbuhan dan akselerasi luaran DBON. Tidak salah jika capaian hasil pembinaan dan pengembangan olahraga dievaluasi dengan ukuran target peringkat, jumlah medali, dan mungkin pemecahan rekor. Namun luaran DBON juga menuntut pertanyaan pada capaian pertumbuhan dimensi lain dalam sebuah perspektif harmoni.
SDI bisa mengurai dan menjelaskan capaian hasil pembangunan ke dalam sembilan dimensi. Di samping dimensi performa prestasi, terdapat berbagai dimensi vital lainnya yang merupakan arsiran persinggungan antarpilar olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Memberjalankan “mesin produksi” performa DBON tidak bisa dilakukan dengan cara meniadakan perhatian pada capaian dimensi: SDM olahraga, partisipasi, kebugaran, ruang terbuka olahraga, literasi fisik, perkembangan personal, kesehataan, dan ekonomi, yang semuanya dapat terukur indeks-nya.
Bukankah buah yang lebat dan lezat itu hanya dihasilkan oleh tanaman yang sehat dan kuat mulai akar, batang, dahan, ranting, bahkan daun-daunnya? Bukankah orkestra itu menjadi pertunjukkan yang memukau ketika tidak berubah menjadi “organ tunggal” atau “solo guitar? Memang begitulah gambar besar keolahragaan yang telah dituangkan dalam DBON: laksana sebuah orkestra apik yang akan tampil sangat memukau karena kekuatan sinergi, harmoni, skill, reputasi, dan aneka improvisasi indah. Bukan pertunjukan hiruk-pikuk yang asal keras namun sumbang dan fals. Dirgahayu olahraga nasional.
Profesor Analisis Kebijakan Pembangunan Olahraga dari FKOR Universitas Sebelas Maret Surakarta, Tim Reviewer DBON, Tim Ahli Sport Development Index Pusat
PERINGATAN Hari Olahraga Nasional (Haornas) Tahun 2021 mengambil tema taktis dan strategis: “Desain Besar Olahraga Nasional untuk Indonesia Maju”. Sebuah tema yang tentu saja dimaksudkan untuk dapat menjadi pemantik energi besar berkemajuan. Kemajuan dalam bidang olahraga sekaligus memajukan kehidupan bangsa melalui olahraga. Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) menjadi sebuah formula dan “cara pandang bersama” betapa olahraga memang harus direncanakan secara sistemik dan sistematis, by design.
Terlepas dari kekurangan yang mungkin masih ada, terwujudnya DBON merupakan sesuatu yang pantas untuk diapresiasi tinggi oleh seluruh pihak. Sebuah karya besar “baru” yang telah tercipta melalui serangkaian tahap perencanaan, Focus Group Discussion (FGD), serap aspirasi, diseminasi, sosialisasi, hingga tahap revisi berjenjang berlanjut. Artinya, menjadi tugas bagi setiap komponen bangsa untuk kemudian berani mengambil peran terbaiknya dalam mewujudkan atmosfer berkemajuan keolahragaan nasional ke depan.
Keolahragaan nasional merupakan sebuah gambar besar yang multidimensional. Bahkan dapat diumpamakan sebagai sebuah orkestra besar yang wajib dipersyarati arti pentingnya nilai-nilai harmoni, sinergitas, dan semangat kooperatif. Keolahragaan tidak bisa dimaknai sebagai sebuah arti kebanggaan yang bernilai instan ‘sim salabim” dalam proses pencapaian performa terbaiknya. Keolahragaan juga bukan merupakan proses simplifikasi tahap-tahap superteknis berlatih dengan aneka dalih pemfokusan. Keolahragaan juga bukan sebuah produk daya saing yang diwarnai oleh aneka klaim ego-sektoral.
Orkestra keolahragaan nasional sebagaimana telah diwujudkan dalam bentuk DBON, memiliki arti penting bahwa sikap-sikap atomistik harus segera diakhiri. Setiap pihak yang berkepentingan (stakeholder) olahraga sudah saatnya memulai membangun keolahragaan dengan “melihat langit yang sama”. Seperti apa kiranya yang terjadi pada Tahun 2032, bahkan Tahun 2045 sangat tergantung dari apa yang mulai dikerjakan saat ini. Sebuah mindset dasar perlu disusun untuk melandasi suasana responsif bagi keberlangsungan capaian DBON. Butuh penataan eksosistem keolahragaan yang sehat.
Ekosistem Keolahragaan yang Sehat
Sebuah keniscayaan bahwa mengawal perjalanan proses pembangunan olahraga wajib menghadirkan dan menuangkan formula lengkap yang mengekosistem. Interaksi antarkomponen dan sumberdaya keolahragaan dipastikan dalam wujud kiprah kebersamaan yang sinergi, harmoni, dan saling melengkapi serta saling memperkuat. Melipat-gandakan kekuatan “indah” bagai kontribusi aneka peralatan instrumen musik yang berpadu apik dalam sebuah panggung orkestra. Memang, perlu prioritas capaian sesuai dengan semangat penciptaan ekosistem keolahragaan yang sehat. Namun, jangan kemudian seolah “panggung orkestra” hanya akan didominasi oleh pertunjukan “alat musik” tertentu.
Pertama, DBON wajib dimaknai sebagai sebuah rencana strategis utuh bagi bangsa yang sedang membangun olahraga (development of sport) sekaligus membangun melalui olahraga (development trough sport). Kejayaan dan kebanggaan karena prestasi olahraga di kancah dunia internasional yang mengharumkan nama bangsa, merupakan orientasi dasar dari development of sport. Diracik dan ditata prosesnya melalui mekanisme yang mengarah pada pertumbuhan dan akselerasi prestasi berdasarkan potensi dan kejeniusan lokal spesifik yang dimiliki bangsa. Reviu potensi dan gambaran sumber daya bangsa dalam keolahragaan menjadi hal yang sangat urgen.
Layak diapresiasi bahwa pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali dalam berbagai kesempatan telah menjelaskan ke media, bahwa DBON tersebut dirancang untuk memberikan jawaban atas persoalan perbaikan ekosistem dan tata kelola olahraga, terutama ranah olahraga prestasi. DBON merupakan mesin industri (pabrik) untuk memproduksi by design prestasi bertaraf dunia. Pertumbuhan daya saing didesain dengan memperhatikan cabang olahraga potensial yang jika ditangani secara serius akan berpeluang mendulang medali emas di olimpiade-olimpiade mendatang.
Kedua, pada saat bersamaan secara simultan, DBON juga wajib diartikan sebagai rencana besar development trough sport, memberikan ruang yang memadai untuk memintal nilai-nilai kesejahteraan olahraga. Kesejahteraan olahraga menunjuk pada orientasi membangun olahraga dengan cara memunculkan manfaat luas kesehatan, perdamaian, dan kemakmuran melalui olahraga. Indonesia memiliki karakter sebagai ‘Negara Kesejahteraan”, yakni negara yang selalu hadir responsif untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Olahraga di DBON menjadi arti penting sebagai sebuah tombol eksekusi dalam memajukan kecerdasan kehidupan bangsa dan kesejahteraan umum.
Ketiga, DBON menjadi dokumen inti pemantik untuk menjawab “pekerjaan rumah” (PR) permasalahan dasar keolahragaan nasional. Setidaknya dalam rapat terbatas kabinet yang diselenggarakan pada awal Maret 2021, terdapat setidaknya 13 (tiga belas) poin penting hal-hal mendasar yang wajib segera dikerjakan. Penyusunan PR itu merupakan hasil reviewpencermatan lintas kementerian dan lembaga. Beberapa PR yang penting, misalnya adalah persoalan kebugaran jasmani dan partisipasi berolahraga masyarakat yang masih jauh dari angka ideal. Dalam kalkulasi Sport Development Index (SDI), indeksnya masih berada di kisaran 0,3. Masih jauh dari kondisi ideal.
Keempat, DBON memberikan arah agar seluruh komponen bergegas secara simultan melakukan Rencana Aksi Nasional (RAN) baik pilar olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, maupun olahraga prestasi. Program-program aksi dilaksanakan secara sinergis dan harmonis dengan melibatkan stakeholder terkait yang berbasis pada penguatan peran-peran pentahelix secara nyata. Konfigurasi dan penetrasi peran birokrat, menjadi satu sajian sinergis dengan peran otentik yang dimainkan oleh akademisi, pengusaha, komunitas relevan, dan peran-peran media. Setiap helix memainkan peran yang mengontribusi dalam peran terbaiknya. Wajib dihindari situasi di mana setiap helix melakukan hal yang sama, karena yang pasti terjadi adalah kontribusi tumpang-tindih yang tak efektif dan saling meniadakan.
Kelima, titik tumpu evaluasi DBON seyogianya mengacu pada bingkai evaluasi yang menyandarkan sebuah model evaluasi hasil pembangunan olahraga secara komprehensif. Kehadiran New Sport Development Index (New SDI) pada 2021 dapat menjadi pilihan logis yang relevan untuk mengawal tren pertumbuhan dan akselerasi luaran DBON. Tidak salah jika capaian hasil pembinaan dan pengembangan olahraga dievaluasi dengan ukuran target peringkat, jumlah medali, dan mungkin pemecahan rekor. Namun luaran DBON juga menuntut pertanyaan pada capaian pertumbuhan dimensi lain dalam sebuah perspektif harmoni.
SDI bisa mengurai dan menjelaskan capaian hasil pembangunan ke dalam sembilan dimensi. Di samping dimensi performa prestasi, terdapat berbagai dimensi vital lainnya yang merupakan arsiran persinggungan antarpilar olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Memberjalankan “mesin produksi” performa DBON tidak bisa dilakukan dengan cara meniadakan perhatian pada capaian dimensi: SDM olahraga, partisipasi, kebugaran, ruang terbuka olahraga, literasi fisik, perkembangan personal, kesehataan, dan ekonomi, yang semuanya dapat terukur indeks-nya.
Bukankah buah yang lebat dan lezat itu hanya dihasilkan oleh tanaman yang sehat dan kuat mulai akar, batang, dahan, ranting, bahkan daun-daunnya? Bukankah orkestra itu menjadi pertunjukkan yang memukau ketika tidak berubah menjadi “organ tunggal” atau “solo guitar? Memang begitulah gambar besar keolahragaan yang telah dituangkan dalam DBON: laksana sebuah orkestra apik yang akan tampil sangat memukau karena kekuatan sinergi, harmoni, skill, reputasi, dan aneka improvisasi indah. Bukan pertunjukan hiruk-pikuk yang asal keras namun sumbang dan fals. Dirgahayu olahraga nasional.
(bmm)