Petualangan Politik Haji Lulung: Dari PPP Meloncat ke PAN kembali ke Partai Kakbah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nama Haji Lulung kembali menyedot perhatian belakangan ini. Namun, kali ini bukan karena sosoknya yang kembali dijadikan gantungan kunci anti begal. Bukan juga karena dirinya kembali ribut dengan Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ), mantan gubernur DKI Jakarta.
Ya, pemilik nama lengkap Abraham Lunggana ini dikabarkan kembali ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) setelah berkiprah di Partai Amanat Nasional (PAN) selama beberapa tahun belakangan. Bahkan, PPP kembali menjadikannya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) DKI Jakarta. Seperti apa petualangan politik Haji Lulung hingga kini balik ke PPP?
PPP merupakan partai pertama Haji Lulung terjun ke dunia politik. Dikutip dari portal resmi Provinsi DKI Jakarta, Haji Lulung pernah diajak untuk mendirikan Partai Bintang Reformasi (PBR) saat PPP pecah. Pria kelahiran Jakarta, 24 Juli 1959 ini sempat menjadi Ketua DPC PBR Jakarta Barat.
Pasca Pemilu tahun 2004, dia kemudian diajak rekan-rekannya untuk kembali ke PPP. Lalu, Haji Lulung menjabat Ketua DPC PPP Jakarta Pusat. Karier politiknya semakin moncer. Dia terpilih sebagai anggota DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 2009. Perolehan suaranya terbilang banyak ketimbang kader-kader PPP lainnya.
Jabatannya pun semakin naik. Haji Lulung yang merupakan salah satu tokoh berpengaruh di Pasar Tanah Abang ini sempat menjadi Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta sekaligus Ketua DPW PPP DKI Jakarta. Namun, pada November 2014, Haji Lulung dicopot sebagai Ketua DPW PPP DKI Jakarta. Saat itu, PPP mengalami dualisme kepemimpinan antara Romahurmuziy (Romi) Versus Suryadharma Ali. Isunya saat itu, Haji Lulung dipecat Kubu Romi karena mendukung PPP versi Suryadharma Ali.
Setelah Suryadharma Ali ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji di Kementerian Agama tahun 2011-2013, gerbongnya dipimpin oleh Djan Faridz. Haji Lulung pun berada di kubu Djan Faridz.
Namun, lagi-lagi pemecatan diterima oleh Haji Lulung. Kali ini, Haji Lulung dipecat Djan Faridz karena tidak mau mendukung Ahok di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Saat itu, PPP Djan Faridz mendukung Ahok, sedangkan Haji Lulung memilih mendukung Pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno .
Pada Pemilu Legislatif 2019, baju partai politik Haji Lulung berganti. Dia menjadi calon anggota legislatif dari PAN. Anak seorang tentara BKR berpangkat Peltu itu pun lolos ke Senayan. Haji Lulung meraih 69.782 suara dari daerah pemilihan DKI Jakarta III yang meliputi Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu. Di DPR RI , PAN menempatkannya di Komisi VII DPR yang membidangi energi, riset, dan teknologi. Kini, Haji Lulung kembali ke partai berlambang kakbah.
“Sejak 6 September 2021 kemarin saya kembali lagi ke Partai Persatuan Pembangunan. Tapi sejak 1 September saya membuat surat menyatakan berhenti kepada Partai Amanat Nasional,” kata Haji Lulung kepada SINDOnews melalui sambungan telepon, Rabu (8/9/2021) malam.
Haji Lulung mengaku memiliki hubungan sangat baik dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan , dan Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno . Dia juga mengaku memiliki hubungan baik juga dengan Ketua DPW PAN DKI Jakarta Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio .
Dia kemudian menceritakan awal bergabung ke PAN. Saat Pilkada 2017, Haji Lulung tidak mendukung pasangan gubernur dan wakil gubernur pilihan Djan Faridz, yaitu Ahok-Djarot. “Bahkan saya mendeklarasikan Saudara Anies, nah itu saya dipecat. Ketika saya dipecat (PPP Djan Faridz, red), banyak partai itu yang kepengen saya bergabung,” kata Haji Lulung.
Beberapa diantaranya, Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan PAN yang mengajak Haji Lulung bergabung. “Cuma waktu itu saya belum mau pindah. Alasannya saya mau istiqomah. Namun, 2019 ada Pileg kan. Di Pileg itu saya tidak dicalegin Partai Persatuan Pembangunan,” imbuhnya.
Akhirnya, pilihannya jatuh ke PAN. “Saya pengen tunjukin aja, artinya bisa membesarkan partai gitu kan. Faktanya, hasilnya, PAN waktu itu dua kursi jadi sembilan kursi. PPP dari 10 kursi jadi satu kursi,” tuturnya.
Kemudian, sejak Januari 2021 para ulama dari PPP yang dekat dengannya meminta Haji Lulung kembali ke partai kakbah itu. “Saya sih belum mau pindah ya saat itu karena masih anggota DPR,” kata Haji Lulung.
Namun, belakangan semakin banyak internal PPP yang membujuknya balik, dari pengurus cabang hingga pusat. “Nah, pertimbangan-pertimbangan itu kemudian saya mencoba bicara dengan orang dekat saya, tim saya, ring satu saya,” ungkapnya.
Orang-orang terdekatnya saat itu menyerahkan sepenuhnya ke Haji Lulung untuk memutuskan. “Kalau PPP mah, sebelum jadi pengurus, dari kecil ikut-ikut kampanye. Kalau ditanya sejak kapan? Ya saya dari kecil PPP. Waktu pecah PPP dulu, saya sempat ikut PBR, itu kan PPP juga, PBR pecahan PPP, setelah Pemilu saya masuk PPP, 2002 deh,” pungkasnya.
Ya, pemilik nama lengkap Abraham Lunggana ini dikabarkan kembali ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) setelah berkiprah di Partai Amanat Nasional (PAN) selama beberapa tahun belakangan. Bahkan, PPP kembali menjadikannya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) DKI Jakarta. Seperti apa petualangan politik Haji Lulung hingga kini balik ke PPP?
PPP merupakan partai pertama Haji Lulung terjun ke dunia politik. Dikutip dari portal resmi Provinsi DKI Jakarta, Haji Lulung pernah diajak untuk mendirikan Partai Bintang Reformasi (PBR) saat PPP pecah. Pria kelahiran Jakarta, 24 Juli 1959 ini sempat menjadi Ketua DPC PBR Jakarta Barat.
Pasca Pemilu tahun 2004, dia kemudian diajak rekan-rekannya untuk kembali ke PPP. Lalu, Haji Lulung menjabat Ketua DPC PPP Jakarta Pusat. Karier politiknya semakin moncer. Dia terpilih sebagai anggota DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 2009. Perolehan suaranya terbilang banyak ketimbang kader-kader PPP lainnya.
Jabatannya pun semakin naik. Haji Lulung yang merupakan salah satu tokoh berpengaruh di Pasar Tanah Abang ini sempat menjadi Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta sekaligus Ketua DPW PPP DKI Jakarta. Namun, pada November 2014, Haji Lulung dicopot sebagai Ketua DPW PPP DKI Jakarta. Saat itu, PPP mengalami dualisme kepemimpinan antara Romahurmuziy (Romi) Versus Suryadharma Ali. Isunya saat itu, Haji Lulung dipecat Kubu Romi karena mendukung PPP versi Suryadharma Ali.
Setelah Suryadharma Ali ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan korupsi penyelenggaraan haji di Kementerian Agama tahun 2011-2013, gerbongnya dipimpin oleh Djan Faridz. Haji Lulung pun berada di kubu Djan Faridz.
Namun, lagi-lagi pemecatan diterima oleh Haji Lulung. Kali ini, Haji Lulung dipecat Djan Faridz karena tidak mau mendukung Ahok di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Saat itu, PPP Djan Faridz mendukung Ahok, sedangkan Haji Lulung memilih mendukung Pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno .
Pada Pemilu Legislatif 2019, baju partai politik Haji Lulung berganti. Dia menjadi calon anggota legislatif dari PAN. Anak seorang tentara BKR berpangkat Peltu itu pun lolos ke Senayan. Haji Lulung meraih 69.782 suara dari daerah pemilihan DKI Jakarta III yang meliputi Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu. Di DPR RI , PAN menempatkannya di Komisi VII DPR yang membidangi energi, riset, dan teknologi. Kini, Haji Lulung kembali ke partai berlambang kakbah.
“Sejak 6 September 2021 kemarin saya kembali lagi ke Partai Persatuan Pembangunan. Tapi sejak 1 September saya membuat surat menyatakan berhenti kepada Partai Amanat Nasional,” kata Haji Lulung kepada SINDOnews melalui sambungan telepon, Rabu (8/9/2021) malam.
Haji Lulung mengaku memiliki hubungan sangat baik dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan , dan Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno . Dia juga mengaku memiliki hubungan baik juga dengan Ketua DPW PAN DKI Jakarta Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio .
Dia kemudian menceritakan awal bergabung ke PAN. Saat Pilkada 2017, Haji Lulung tidak mendukung pasangan gubernur dan wakil gubernur pilihan Djan Faridz, yaitu Ahok-Djarot. “Bahkan saya mendeklarasikan Saudara Anies, nah itu saya dipecat. Ketika saya dipecat (PPP Djan Faridz, red), banyak partai itu yang kepengen saya bergabung,” kata Haji Lulung.
Beberapa diantaranya, Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan PAN yang mengajak Haji Lulung bergabung. “Cuma waktu itu saya belum mau pindah. Alasannya saya mau istiqomah. Namun, 2019 ada Pileg kan. Di Pileg itu saya tidak dicalegin Partai Persatuan Pembangunan,” imbuhnya.
Akhirnya, pilihannya jatuh ke PAN. “Saya pengen tunjukin aja, artinya bisa membesarkan partai gitu kan. Faktanya, hasilnya, PAN waktu itu dua kursi jadi sembilan kursi. PPP dari 10 kursi jadi satu kursi,” tuturnya.
Kemudian, sejak Januari 2021 para ulama dari PPP yang dekat dengannya meminta Haji Lulung kembali ke partai kakbah itu. “Saya sih belum mau pindah ya saat itu karena masih anggota DPR,” kata Haji Lulung.
Namun, belakangan semakin banyak internal PPP yang membujuknya balik, dari pengurus cabang hingga pusat. “Nah, pertimbangan-pertimbangan itu kemudian saya mencoba bicara dengan orang dekat saya, tim saya, ring satu saya,” ungkapnya.
Orang-orang terdekatnya saat itu menyerahkan sepenuhnya ke Haji Lulung untuk memutuskan. “Kalau PPP mah, sebelum jadi pengurus, dari kecil ikut-ikut kampanye. Kalau ditanya sejak kapan? Ya saya dari kecil PPP. Waktu pecah PPP dulu, saya sempat ikut PBR, itu kan PPP juga, PBR pecahan PPP, setelah Pemilu saya masuk PPP, 2002 deh,” pungkasnya.
(rca)