Bareskrim Limpahkan Tersangka Investasi Bodong EDCCash kepada Jaksa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bareskrim Polri melimpahkan enam tersangka dan barang bukti terkait kasus dugaan investasi bodong melalui produk kripto atau mata uang virtual E-Dinar Coin Cash (EDCCash) ke Kejaksaan.
"5 berkas sudah kami selesaikan, dan teman-teman dari JPU telah memberikan surat P21 terhadap perkara tersebut," kata Wadir Tipideksus Bareskrim Polri Kombes Whisnu Hermawan dalam jumpa pers di Gedung Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (16/8/2021).
Menurutnya, hingga pelimpahan tahap dua tersebut para tersangka dalam perkara ini bersikap tak kooperatif selama penyidikan berlangsung. Menurutnya,, bos EDCCash Abdulrahman Yusuf masih mengelak dan tak mengakui perbuatannya dalam mengelola perusahaan investasi tak berizin tersebut.
"Yang namanya pak AY itu tidak kerja sama sama kita. Sampai sekarang, tersangka utama ini tidak pernah ngaku salah dan tidak pernah ngerasa salah," ujar Whisnu.
Whisnu menyebut, tersangka juga tak mau membeberkan lokasi aset-aset miliknya yang diduga hasil dari tindak pidana tersebut. Oleh karena itu, penyidik melakukan pelacakan secara mandiri berdasarkan penelusuran dengan instansi terkait ataupun sumber informasi lain. Hingga penyidikan rampung, masih ada pendukung dari perusahaan tersebut yang beranggapan bahwa Abdulrahman tak diproses hukum.
"Banyak pendukung-pendukungnya yang masih beranggapan bahwa pak AY sudah keluar. Ngopi-ngopi di luar, hoaks itu banyak sekali," tutur Whisnu.
Sebagai informasi, tersangka yang dilimpahkan ke Kejaksaan ialah AY yang merupakan top leader investasi di perusahaan tersebut, kemudian istri AY berinisial S yang berperan sebagai exchanger EDCCash sejak Agustus 2020.
Kemudian, JBA yang merupakan programmer aplikasi EDCCash; ED berperan sebagai admin EDCCash; AWH yang membuat acara launching basecamp EDCCash di Bogor, dan MRS yang merupakan upline dengan 78 member.
Whisnu menerangkan, polisi masih melakukan pengembangan terhadap dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) meski kasus ini telah dilimpahkan ke Kejaksaan
"Kami masih memproses, karena asetnya cukup banyak yang kami perlu waktu untuk bisa menyelesaikan perkara terkait money laundringnya," ujar Whisnu.
EDCCash menghimpun dana investasi dari masyarakat secara ilegal. Perusahaan ini tak terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ataupun Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Tercatat, ada sekitar 57 ribu member dari perusahaan investasi bodong ini. Modus penipuan yang digunakan ialah perusahaan meminta member membayar Rp5 juta dengan rincian Rp4 juta untuk dikonversi menjadi 200 koin, biaya sewa cloud sebesar Rp300 ribu dan Rp700 ribu untuk para upline.
Korban dijanjikan keuntungan 0,5 persen per hari, dan 15 persen per bulan. Korban dijanjikan untung meski tak bekerja sekalipun. Sejumlah korban pun mengeluhkan investasi tersebut dan merugi.
Puteranegara
"5 berkas sudah kami selesaikan, dan teman-teman dari JPU telah memberikan surat P21 terhadap perkara tersebut," kata Wadir Tipideksus Bareskrim Polri Kombes Whisnu Hermawan dalam jumpa pers di Gedung Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (16/8/2021).
Menurutnya, hingga pelimpahan tahap dua tersebut para tersangka dalam perkara ini bersikap tak kooperatif selama penyidikan berlangsung. Menurutnya,, bos EDCCash Abdulrahman Yusuf masih mengelak dan tak mengakui perbuatannya dalam mengelola perusahaan investasi tak berizin tersebut.
"Yang namanya pak AY itu tidak kerja sama sama kita. Sampai sekarang, tersangka utama ini tidak pernah ngaku salah dan tidak pernah ngerasa salah," ujar Whisnu.
Whisnu menyebut, tersangka juga tak mau membeberkan lokasi aset-aset miliknya yang diduga hasil dari tindak pidana tersebut. Oleh karena itu, penyidik melakukan pelacakan secara mandiri berdasarkan penelusuran dengan instansi terkait ataupun sumber informasi lain. Hingga penyidikan rampung, masih ada pendukung dari perusahaan tersebut yang beranggapan bahwa Abdulrahman tak diproses hukum.
"Banyak pendukung-pendukungnya yang masih beranggapan bahwa pak AY sudah keluar. Ngopi-ngopi di luar, hoaks itu banyak sekali," tutur Whisnu.
Sebagai informasi, tersangka yang dilimpahkan ke Kejaksaan ialah AY yang merupakan top leader investasi di perusahaan tersebut, kemudian istri AY berinisial S yang berperan sebagai exchanger EDCCash sejak Agustus 2020.
Kemudian, JBA yang merupakan programmer aplikasi EDCCash; ED berperan sebagai admin EDCCash; AWH yang membuat acara launching basecamp EDCCash di Bogor, dan MRS yang merupakan upline dengan 78 member.
Whisnu menerangkan, polisi masih melakukan pengembangan terhadap dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) meski kasus ini telah dilimpahkan ke Kejaksaan
"Kami masih memproses, karena asetnya cukup banyak yang kami perlu waktu untuk bisa menyelesaikan perkara terkait money laundringnya," ujar Whisnu.
EDCCash menghimpun dana investasi dari masyarakat secara ilegal. Perusahaan ini tak terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ataupun Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Tercatat, ada sekitar 57 ribu member dari perusahaan investasi bodong ini. Modus penipuan yang digunakan ialah perusahaan meminta member membayar Rp5 juta dengan rincian Rp4 juta untuk dikonversi menjadi 200 koin, biaya sewa cloud sebesar Rp300 ribu dan Rp700 ribu untuk para upline.
Korban dijanjikan keuntungan 0,5 persen per hari, dan 15 persen per bulan. Korban dijanjikan untung meski tak bekerja sekalipun. Sejumlah korban pun mengeluhkan investasi tersebut dan merugi.
Puteranegara
(muh)