Cerita Dirut Waskita Karya dan Petinggi Bank Mandiri Bertahan di Masa Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah perusahaan konstruksi termasuk perusahaan pelat merah beradaptasi menghadapi pandemi COVID-19 . Tak terelakkan juga bagi PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang banyak pekerjanya berada di lapangan.
Menurut Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono, perusahaan yang dipimpinnya terus berjalan meski masa pandemi telah beberapa kali menghentikan proyek sementara di sejumlah titik.
"Kami menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat agar proyek kita tetap berjalan. Agar karyawan dan pekerja yang bekerja di lapangan juga aman," ujar Destiawan saat hadir dalam diskusi bertajuk 'Antisipasi Dampak Ekonomi terhadap 8 Juta Tenaga Kerja Industri Jasa Konstruksi dan Jasa Pendukung yang digelar DPP PDIP secara virtual, Jumat (6/8/2021).
Di acara itu, hadir Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto; Menteri PUPR Basuki Hadimuljono; Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soedjono; Wadirut Bank Mandiri Alexandra Askandar; dan Dirut PT Jaya Konstruksi Sutopo Kristanto. Pesertanya adalah ratusan kepala daerah serta pengurus PDIP seluruh Indonesia.
Destiawan pun menjabarkan meski terdapat bisnis manufaktur, hampir mayoritas lini bisnis perseroan ditopang konstruksi. Di sektor konstruksi itu pula, Waskita Karya banyak mengerjakan proyek-proyek strategis milik pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Data terakhir, sektor konstruksi yang dikerjakan Waskita Karya dari proyek milik PUPR sebanyak 80% dari keseluruhan kontrak yang tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan hingga wilayah Timur Indonesia.
"Saat ini proyek berjalan kami sejumlah 101. Terdiri infrastruktur konektivitas atau jalan 41 persen, sumber daya air 11 persen, kemudian gedung dan Engineering Procurement Construction (EPC)," jelasnya.
"Di sini menunjukkan bahwa proyek infrastruktur sangat besar buat kami karena tanpa adanya proyek-proyek infrastruktur maka bisnis Waskita cenderung sangat tajam," sambungnya.
Tak bisa dipungkiri, kata Destiawan, demi efektivitas, maka aktivitas pekerja Waskita Karya di lapangan pun turut mengalami penurunan sebesar 40% dari 101 proyek yang berjalan.
Sebelum pandemi atau 2019, lanjutnya, kurang lebih total pekerja sebanyak 7 ribu dan turun secara bertahap hingga bulan Desember 2020 menjadi 2.800 pekerja. Dan kebanyakan penurunan secara sementara itu, para pekerja lapangan berasal dari sub kontraktor atau vendor yang bekerja sama dengan proyek Waskita, bukan karyawan organik mereka.
"Nah pada Mei 2021, jadi ada tren kenaikan (pekerja) yakni dampak dari protokol kesehatan yang sudah diterapkan dan sudah terbiasa sehingga mengalami peningkatan," kata Destiawan.
"Dengan sisa waktu yang ada di 2021 ini bagaimana kami para pekerja juga, ini bisa segera mendapatkan vaksinasi agar kami bisa meningkatkan dan menambah daya tahan para pekerja. Sehingga proyek-proyek yang ada bisa diselesaikan dengan baik," sambungnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Alexandra Askandar mengakui perusahaan tentu beradaptasi selama menghadapi pandemi COVID-19. Ini juga dilakukan hampir semua perbankan dan jasa keuangan lainnya.
Khusus sektor konstruksi, diakui Alexandra merupakan salah satu sektor yang amat penting di Indonesia. Bagaimana selama ini infrastruktur telah dibangun secara masif dan memberi dampak secara luas. Mulai dari turunnya biaya logistik yang kemudian berpengaruh pada banyak faktor pada inefisiensi ekonomi Indonesia selama ini.
Oleh karenanya, Bank Mandiri selalu memberi dukungan untuk pembangunan infrastruktur di Tanah Air, terlebih di masa pandemi.
"Kami melihat bahwa nilai strategi dari infrastruktur sebagai sektor yang bisa menjadi katalisator positif bagi sektor-sektor lainnya," ujar perempuan yang akrab disapa Sandra ini.
Menurut Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono, perusahaan yang dipimpinnya terus berjalan meski masa pandemi telah beberapa kali menghentikan proyek sementara di sejumlah titik.
"Kami menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat agar proyek kita tetap berjalan. Agar karyawan dan pekerja yang bekerja di lapangan juga aman," ujar Destiawan saat hadir dalam diskusi bertajuk 'Antisipasi Dampak Ekonomi terhadap 8 Juta Tenaga Kerja Industri Jasa Konstruksi dan Jasa Pendukung yang digelar DPP PDIP secara virtual, Jumat (6/8/2021).
Di acara itu, hadir Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto; Menteri PUPR Basuki Hadimuljono; Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soedjono; Wadirut Bank Mandiri Alexandra Askandar; dan Dirut PT Jaya Konstruksi Sutopo Kristanto. Pesertanya adalah ratusan kepala daerah serta pengurus PDIP seluruh Indonesia.
Destiawan pun menjabarkan meski terdapat bisnis manufaktur, hampir mayoritas lini bisnis perseroan ditopang konstruksi. Di sektor konstruksi itu pula, Waskita Karya banyak mengerjakan proyek-proyek strategis milik pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Data terakhir, sektor konstruksi yang dikerjakan Waskita Karya dari proyek milik PUPR sebanyak 80% dari keseluruhan kontrak yang tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan hingga wilayah Timur Indonesia.
"Saat ini proyek berjalan kami sejumlah 101. Terdiri infrastruktur konektivitas atau jalan 41 persen, sumber daya air 11 persen, kemudian gedung dan Engineering Procurement Construction (EPC)," jelasnya.
"Di sini menunjukkan bahwa proyek infrastruktur sangat besar buat kami karena tanpa adanya proyek-proyek infrastruktur maka bisnis Waskita cenderung sangat tajam," sambungnya.
Tak bisa dipungkiri, kata Destiawan, demi efektivitas, maka aktivitas pekerja Waskita Karya di lapangan pun turut mengalami penurunan sebesar 40% dari 101 proyek yang berjalan.
Sebelum pandemi atau 2019, lanjutnya, kurang lebih total pekerja sebanyak 7 ribu dan turun secara bertahap hingga bulan Desember 2020 menjadi 2.800 pekerja. Dan kebanyakan penurunan secara sementara itu, para pekerja lapangan berasal dari sub kontraktor atau vendor yang bekerja sama dengan proyek Waskita, bukan karyawan organik mereka.
"Nah pada Mei 2021, jadi ada tren kenaikan (pekerja) yakni dampak dari protokol kesehatan yang sudah diterapkan dan sudah terbiasa sehingga mengalami peningkatan," kata Destiawan.
"Dengan sisa waktu yang ada di 2021 ini bagaimana kami para pekerja juga, ini bisa segera mendapatkan vaksinasi agar kami bisa meningkatkan dan menambah daya tahan para pekerja. Sehingga proyek-proyek yang ada bisa diselesaikan dengan baik," sambungnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Alexandra Askandar mengakui perusahaan tentu beradaptasi selama menghadapi pandemi COVID-19. Ini juga dilakukan hampir semua perbankan dan jasa keuangan lainnya.
Khusus sektor konstruksi, diakui Alexandra merupakan salah satu sektor yang amat penting di Indonesia. Bagaimana selama ini infrastruktur telah dibangun secara masif dan memberi dampak secara luas. Mulai dari turunnya biaya logistik yang kemudian berpengaruh pada banyak faktor pada inefisiensi ekonomi Indonesia selama ini.
Oleh karenanya, Bank Mandiri selalu memberi dukungan untuk pembangunan infrastruktur di Tanah Air, terlebih di masa pandemi.
"Kami melihat bahwa nilai strategi dari infrastruktur sebagai sektor yang bisa menjadi katalisator positif bagi sektor-sektor lainnya," ujar perempuan yang akrab disapa Sandra ini.
(kri)