Tolak Jabatan Komisaris BUMN Sejak Era Soeharto, Faisal Basri: Saya Ingin Menjadi Orang Bebas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom senior yang juga dikenal sebagai aktivis Faisal Basri mengungkap beberapa kali ditawari jadi komisaris di BUMN dan perusahaan lainnya. Menurutnya, tawaran itu bahkan datang sejak era Orde Baru.
Pernyataan Faisal Basri disampaikan saat menjawab pertanyaan Refly Harun . "Dari zaman Pak Harto saya udah ditawari," kata Faisal, dikutip SINDOnews dari Channel YouTube Refly Harun , Sabtu (24/7/2021).
Menurut Faisal, kala itu Menteri BUMN pertama Tanri Abeng. Sekretaris Menteri BUMN-nya menelepon dirinya dan menawari dirinya menjadi komisaris di Angkasa Pura II. Mendapat tawaran itu, dia mengatakan pikir-pikir dulu satu hingga dua minggu.
"Seminggu lagi dia telepon, saya bilang, maaf deh Bang, saya nggak bisa menerima," ujar Faisal.
Faisal menambahkan, dia pun ditanya apakah mau jadi komisaris di PLN. "Dipikir kurang gede buat saya (Angkasa Pura II)," ujar Faisal sambil tertawa.
Dia pun tetap menolak tawaran tersebut. "Bukan hanya (komisaris) di BUMN, di perusahaan swasta pun saya diminta beberapa kali saya menolak semua. Jadi penasihat pun saya tidak mau," kata pria kelahiran 6 November 1959 ini.
Didesak Refly apa alasannya menolak tawaran tersebut, Faisal menjawab,"Saya ingin menjadi orang bebas. Jadi misalnya kalau saya komisaris Pertamina, kan saya tidak bisa ngeritik Pertamina. Nggak boleh dong, udah pilihan hidup saya begitu, terima komisaris, tanggung jawab saya adalah membenahi Pertamina dari dalam, nggak boleh berkoar-koar di luar. Itulah komitmen saya seperti itu," jelas mantan Sekjen DPP PAN tersebut.
Pernyataan Faisal Basri disampaikan saat menjawab pertanyaan Refly Harun . "Dari zaman Pak Harto saya udah ditawari," kata Faisal, dikutip SINDOnews dari Channel YouTube Refly Harun , Sabtu (24/7/2021).
Menurut Faisal, kala itu Menteri BUMN pertama Tanri Abeng. Sekretaris Menteri BUMN-nya menelepon dirinya dan menawari dirinya menjadi komisaris di Angkasa Pura II. Mendapat tawaran itu, dia mengatakan pikir-pikir dulu satu hingga dua minggu.
"Seminggu lagi dia telepon, saya bilang, maaf deh Bang, saya nggak bisa menerima," ujar Faisal.
Faisal menambahkan, dia pun ditanya apakah mau jadi komisaris di PLN. "Dipikir kurang gede buat saya (Angkasa Pura II)," ujar Faisal sambil tertawa.
Dia pun tetap menolak tawaran tersebut. "Bukan hanya (komisaris) di BUMN, di perusahaan swasta pun saya diminta beberapa kali saya menolak semua. Jadi penasihat pun saya tidak mau," kata pria kelahiran 6 November 1959 ini.
Didesak Refly apa alasannya menolak tawaran tersebut, Faisal menjawab,"Saya ingin menjadi orang bebas. Jadi misalnya kalau saya komisaris Pertamina, kan saya tidak bisa ngeritik Pertamina. Nggak boleh dong, udah pilihan hidup saya begitu, terima komisaris, tanggung jawab saya adalah membenahi Pertamina dari dalam, nggak boleh berkoar-koar di luar. Itulah komitmen saya seperti itu," jelas mantan Sekjen DPP PAN tersebut.
(zik)