65% Sebaran Kasus Covid-19 Global adalah Varian Inggris
loading...
A
A
A
JAKARTA - Guru Besar Universitas Udayana, I Gusti Ngurah Kade Mahardika menyebutkan saat ini varian alfa atau B117 dari Inggris 60-65% masih mendominasi penyebaran Covid-19 di dunia. Varian Delta atau B1617 dari India juga telah masuk di dalam daftar varian of concern WHO.
“Varian of concern yang bagi saya menjadi sebagian besar ada dua yaitu varian Alfa dan Delta. Proporsi Alfa itu memang masih dominan di dunia, itu sekitar 60-65% di dunia yang ditemukan satu minggu terakhir itu adalah variant Alfa,” kata Mahardika secara virtual, Selasa (22/6/2021).
Sementara itu, kata Mahardika proporsi penyebaran varian Delta masih di kisaran angka 20% dalam dua minggu terakhir ini. “Nah, sedangkan varian Delta yang menarik, jadi yang tadinya hanya 2-3% sampai 5% di dunia, bahwa satu sampai dua minggu terakhir itu melonjak 20% virus dunia itu sudah digolongkan oleh varian Delta,” papar Mahardika.
Mahardika juga menjelaskan virus Covid-19 memang mempunyai sifat yang mudah berubah dalam waktu singkat. “Kita menghadapi virus Covid, nah ini ya memang virus yang mudah berubah. Jadi secara genetik mudah berubah,” paparnya.
Oleh karena itu, kata Mahardika, logis jika Covid-19 mudah melakukan mutasi. “Dan bahwa mutasi atau munculnya varian-varian yang dominan ini sangat logis, mempersingkat waktu jadi semakin banyak orang terinfeksi maka semakin banyak ruang untuk bermutasi. Dan karena kemudian ada lokasi, jadi pembatasan geografis jadi bisa saja kemudian satu varian muncul di satu tempat geografis, jadi ini sangat logis,” katanya.
Namun, Mahardika mengatakan bahwa perubahan gen pada varian Delta hanya 0,1% atau sangat minor. “Yang menarik dari varian Delta ini adalah memang terjadi perubahan gen, jadi gen virus Covid-19 ini, jadi sekitar 32 titik, saya baru saja analisis 32 titik dari gen itu berubah, itu hanya 0,1% secara statistik sebenarnya, sama minor sangat kecil maknanya, tetapi ada beberapa mutasi yang kemungkinan menyebabkan virus ini mudah berkembang.”
Sehingga, kata Mahardika varian Delta ini belum bisa dikaitkan dengan lonjakan kasus Covid-19 yang sangat tinggi beberapa hari terakhir. Pasalnya, katanya, lonjakan kasus juga ada beberapa faktor manusianya yang juga berperan.
“Tetapi, di samping karena faktor virus, kita lihat bahwa terjadinya lonjakan kasus belakangan bukan hanya karena faktor virusnya, tetapi saya yakin sekali bahwa faktor manusianya juga berperan,” paparnya.
Lihat Juga: Apakah Pembatasan Perjalanan ke Singapura Diberlakukan? Buntut COVID-19 Varian KP Merebak
“Varian of concern yang bagi saya menjadi sebagian besar ada dua yaitu varian Alfa dan Delta. Proporsi Alfa itu memang masih dominan di dunia, itu sekitar 60-65% di dunia yang ditemukan satu minggu terakhir itu adalah variant Alfa,” kata Mahardika secara virtual, Selasa (22/6/2021).
Sementara itu, kata Mahardika proporsi penyebaran varian Delta masih di kisaran angka 20% dalam dua minggu terakhir ini. “Nah, sedangkan varian Delta yang menarik, jadi yang tadinya hanya 2-3% sampai 5% di dunia, bahwa satu sampai dua minggu terakhir itu melonjak 20% virus dunia itu sudah digolongkan oleh varian Delta,” papar Mahardika.
Mahardika juga menjelaskan virus Covid-19 memang mempunyai sifat yang mudah berubah dalam waktu singkat. “Kita menghadapi virus Covid, nah ini ya memang virus yang mudah berubah. Jadi secara genetik mudah berubah,” paparnya.
Oleh karena itu, kata Mahardika, logis jika Covid-19 mudah melakukan mutasi. “Dan bahwa mutasi atau munculnya varian-varian yang dominan ini sangat logis, mempersingkat waktu jadi semakin banyak orang terinfeksi maka semakin banyak ruang untuk bermutasi. Dan karena kemudian ada lokasi, jadi pembatasan geografis jadi bisa saja kemudian satu varian muncul di satu tempat geografis, jadi ini sangat logis,” katanya.
Namun, Mahardika mengatakan bahwa perubahan gen pada varian Delta hanya 0,1% atau sangat minor. “Yang menarik dari varian Delta ini adalah memang terjadi perubahan gen, jadi gen virus Covid-19 ini, jadi sekitar 32 titik, saya baru saja analisis 32 titik dari gen itu berubah, itu hanya 0,1% secara statistik sebenarnya, sama minor sangat kecil maknanya, tetapi ada beberapa mutasi yang kemungkinan menyebabkan virus ini mudah berkembang.”
Sehingga, kata Mahardika varian Delta ini belum bisa dikaitkan dengan lonjakan kasus Covid-19 yang sangat tinggi beberapa hari terakhir. Pasalnya, katanya, lonjakan kasus juga ada beberapa faktor manusianya yang juga berperan.
“Tetapi, di samping karena faktor virus, kita lihat bahwa terjadinya lonjakan kasus belakangan bukan hanya karena faktor virusnya, tetapi saya yakin sekali bahwa faktor manusianya juga berperan,” paparnya.
Lihat Juga: Apakah Pembatasan Perjalanan ke Singapura Diberlakukan? Buntut COVID-19 Varian KP Merebak
(muh)