Membangun Personal Branding Remaja Milenial di Era Digital
loading...
A
A
A
Aurelia Abida Kurniawan
Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
DI ERA digital saat ini, personal branding masih sedikit banyak dipahami oleh para remaja milenial di Indonesia. Kata digital dan milenial sangat sulit dipisahkan karena kedua kata tersebut sangat bereratan maknanya. Meskipun personal branding sudah ada sejak zaman dulu, namun di era digital ini tahapan personal branding sudah menjadi hal yang cukup lumrah terutama melalui internet. Di Indonesia sendiri, melalui data Pemerintah terhitung jumlah pengguna internet mencapai 132 juta. Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% penduduk di Indonesia memiliki akses yang mudah ke internet.
Di era persaingan tak "kasat mata" ini, semakin banyak orang memiliki keterampilan yang sama. Oleh karena itu, para remaja milenial perlu membangun personal branding untuk mengenalkan keahlian dirinya sendiri agar bisa menonjol dari keahlian orang lain. Dengan membangun personal branding dapat meningkatkan nilai jual pengetahuan dan profesionalitas seseorang dalam dunia kerja. Hal ini terjadi karena standar diri seseorang dijadikan acuan untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Personal branding di sini adalah nilai skill, karakter kepribadian yang kuat, kemampuan memimpin akan menjadi nilai tambah dibandingkan orang lain. Fuady (2002) menunjukkan bahwa kemajuan teknologi komunikasi telah menghilangkan hambatan dan jarak yang membatasi individu satu sama lain. Ini juga merupakan kesempatan untuk terhubung dengan individu lain yang memiliki minat yang sama di bidang tertentu. Sasaran, prospek karier seseorang semakin lebar dan luas.
Dengan membangun personal branding akan mengajarkan kita bagaimana memanfaatkan potensi dalam diri kita secara maksimal. Dengan personal branding, kita akan mampu mengendalikan bagaimana cara orang lain memandang diri kita bahkan sebelum mereka melakukan kontak langsung dengan kita. Selain itu, dengan belajar membangun personal branding, kita sama dengan belajar mencintai diri kita sendiri. Kita akan berusaha menggali dan mencari tahu tentang apa kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Personal branding juga menjadikan kita lebih dikenal orang lain dari segi kualitas yang tidak akan diremehkan. Karena konsep dasar personal branding adalah bagaimana kemampuan kita untuk dengan sengaja menggunakan atribut yang menunjukkan kemampuan untuk mengelola ekspektasi yang akan diterima seseorang dari pertemuan dengan kita. Selain itu, ketika kita sudah membangun personal branding, kita akan mudah mendapatkan kepercayaan dari orang lain, relasi yang luas, dan akan mempermudah jenjang karir kita ke depannya. Hal itu yang dicari oleh milenial zaman sekarang, "Not Work Harder but Work Smarter".
Dengan cara memperluas jaringan seluas mungkin dan menunjukkan identitas yang berbeda dari pengguna lain di dunia nyata. Ini akan sangat membantu para milenial di era digital yang serba mudah. Meski bukan tidak mungkin, identitas pengguna di dunia maya kurang lebihnya merepresentasikan jati dirinya di dunia nyata. Tetapi perlu diketahui bahwa personal branding dengan pencitraan adalah dua hal yang berbeda. Di mana pada personal branding adalah bagaimana kita menuliskan personal branding kita sesuai dengan value dan limit dari diri kita sendiri. Sedangkan pada pencitraan adalah melebih-lebihkan atau adopsi kelebihan orang lain kepada diri kita. Contoh kasus yang dapat kita ambil adalah beberapa waktu lalu di platform Instagram sempat geger mengenai seseorang yang mengaku sebagai lulusan S3 Psikologi, di mana beliau sudah banyak mengisi acara seminar yang membahas mengenai kesehatan mental milenial. Namun tak butuh waktu lama muncul fakta bahwa gelar yang disandang adalah gelar palsu. Tak butuh waktu lama dalam sekejap karir dan nama beliau sudah dicap jelek oleh banyak masyarakat. Tentunya hal ini tidak ingin terjadi pada diri kita bukan? Maka dari itu perlunya kesadaran diri untuk mengetahui apa tujuan kita dalam membangun personal branding tersebut. Dengan menganalisa keuntungan yang akan kita berikan, mengembangkan pengalaman-pengalaman yang menunjang pengetahuan dan skill kita, mengatur strategi komunikasi yang baik dengan orang lain, mengetahui kesadaran diri, siapa target personal branding kita, dan konsisten hidup dengan personal branding yang kita jalani.
Media sosial memiliki banyak kegunaan sebagai bagian dari media baru di era digital jika dimanfaatkan dengan benar oleh para milenial di Indonesia. Beberapa contoh aplikasi yang tersedia untuk mengembangkan personal branding. Dalam aplikasi professional misalnya Linkedin, Bisa juga menggunakan media sosial Instagram yang sifatnya lebih semi-formal dan banyak diminati oleh masyarakat saat ini.Bahkan, menurut digital recruiter dari perusahaan-perusahaan besar di Indonesia menggunakan Linkedin sebagai wadah koneksi dan merekrut calon pegawai barunya sebanyak 85%. Hal ini menjadikan bukti betapa pentingnya presensi kita di media sosial akan berpengaruh di segala bidang. Itu tadi dari kita bahas dari sisi HR, mari kita lihat dari sisi remaja milenial yang sudah berpengalaman. Pada era serba online saat ini sungguh memudahkan para milenial yang bisa memanfaatkan platform professional secara baik untuk magang, membangun startup-startup atau lembaga swadaya masyarakat yang mengampanyekan tentang produktivitas, peningkatan value diri pada karir di era digital, dan sebagainya. Hal ini patut dicontoh oleh para remaja milenial di era digital yang masih bingung atau belum menemukan jati diri dan potensi apa yang bisa mereka gali.
Sayangnya, tidak semua pengguna, terutama ramaja milenial yang ada di Indonesia, menggunakan media sosialnya untuk mendapatkan manfaat yang paling positif pada era digital ini. Padahal, segala akun media sosial bisa dijadikan sebagai media untuk membentuk personal branding yang efektif dan tidak memerlukan langkah yang sulit dengan berbagai macam karakteristik yang berpengaruh bagi masa depan mereka kelak. Yang harus kita terapkan di sini adalah bagaimana kita menjalankan personal branding dengan baik dan jujur. Karena personal branding adalah representatif kita dikhalayak umum. Jadi, kita harus benar-benar menjaga dan terus mengembangkan personal branding yang dimiliki.
Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
DI ERA digital saat ini, personal branding masih sedikit banyak dipahami oleh para remaja milenial di Indonesia. Kata digital dan milenial sangat sulit dipisahkan karena kedua kata tersebut sangat bereratan maknanya. Meskipun personal branding sudah ada sejak zaman dulu, namun di era digital ini tahapan personal branding sudah menjadi hal yang cukup lumrah terutama melalui internet. Di Indonesia sendiri, melalui data Pemerintah terhitung jumlah pengguna internet mencapai 132 juta. Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% penduduk di Indonesia memiliki akses yang mudah ke internet.
Di era persaingan tak "kasat mata" ini, semakin banyak orang memiliki keterampilan yang sama. Oleh karena itu, para remaja milenial perlu membangun personal branding untuk mengenalkan keahlian dirinya sendiri agar bisa menonjol dari keahlian orang lain. Dengan membangun personal branding dapat meningkatkan nilai jual pengetahuan dan profesionalitas seseorang dalam dunia kerja. Hal ini terjadi karena standar diri seseorang dijadikan acuan untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Personal branding di sini adalah nilai skill, karakter kepribadian yang kuat, kemampuan memimpin akan menjadi nilai tambah dibandingkan orang lain. Fuady (2002) menunjukkan bahwa kemajuan teknologi komunikasi telah menghilangkan hambatan dan jarak yang membatasi individu satu sama lain. Ini juga merupakan kesempatan untuk terhubung dengan individu lain yang memiliki minat yang sama di bidang tertentu. Sasaran, prospek karier seseorang semakin lebar dan luas.
Dengan membangun personal branding akan mengajarkan kita bagaimana memanfaatkan potensi dalam diri kita secara maksimal. Dengan personal branding, kita akan mampu mengendalikan bagaimana cara orang lain memandang diri kita bahkan sebelum mereka melakukan kontak langsung dengan kita. Selain itu, dengan belajar membangun personal branding, kita sama dengan belajar mencintai diri kita sendiri. Kita akan berusaha menggali dan mencari tahu tentang apa kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Personal branding juga menjadikan kita lebih dikenal orang lain dari segi kualitas yang tidak akan diremehkan. Karena konsep dasar personal branding adalah bagaimana kemampuan kita untuk dengan sengaja menggunakan atribut yang menunjukkan kemampuan untuk mengelola ekspektasi yang akan diterima seseorang dari pertemuan dengan kita. Selain itu, ketika kita sudah membangun personal branding, kita akan mudah mendapatkan kepercayaan dari orang lain, relasi yang luas, dan akan mempermudah jenjang karir kita ke depannya. Hal itu yang dicari oleh milenial zaman sekarang, "Not Work Harder but Work Smarter".
Dengan cara memperluas jaringan seluas mungkin dan menunjukkan identitas yang berbeda dari pengguna lain di dunia nyata. Ini akan sangat membantu para milenial di era digital yang serba mudah. Meski bukan tidak mungkin, identitas pengguna di dunia maya kurang lebihnya merepresentasikan jati dirinya di dunia nyata. Tetapi perlu diketahui bahwa personal branding dengan pencitraan adalah dua hal yang berbeda. Di mana pada personal branding adalah bagaimana kita menuliskan personal branding kita sesuai dengan value dan limit dari diri kita sendiri. Sedangkan pada pencitraan adalah melebih-lebihkan atau adopsi kelebihan orang lain kepada diri kita. Contoh kasus yang dapat kita ambil adalah beberapa waktu lalu di platform Instagram sempat geger mengenai seseorang yang mengaku sebagai lulusan S3 Psikologi, di mana beliau sudah banyak mengisi acara seminar yang membahas mengenai kesehatan mental milenial. Namun tak butuh waktu lama muncul fakta bahwa gelar yang disandang adalah gelar palsu. Tak butuh waktu lama dalam sekejap karir dan nama beliau sudah dicap jelek oleh banyak masyarakat. Tentunya hal ini tidak ingin terjadi pada diri kita bukan? Maka dari itu perlunya kesadaran diri untuk mengetahui apa tujuan kita dalam membangun personal branding tersebut. Dengan menganalisa keuntungan yang akan kita berikan, mengembangkan pengalaman-pengalaman yang menunjang pengetahuan dan skill kita, mengatur strategi komunikasi yang baik dengan orang lain, mengetahui kesadaran diri, siapa target personal branding kita, dan konsisten hidup dengan personal branding yang kita jalani.
Media sosial memiliki banyak kegunaan sebagai bagian dari media baru di era digital jika dimanfaatkan dengan benar oleh para milenial di Indonesia. Beberapa contoh aplikasi yang tersedia untuk mengembangkan personal branding. Dalam aplikasi professional misalnya Linkedin, Bisa juga menggunakan media sosial Instagram yang sifatnya lebih semi-formal dan banyak diminati oleh masyarakat saat ini.Bahkan, menurut digital recruiter dari perusahaan-perusahaan besar di Indonesia menggunakan Linkedin sebagai wadah koneksi dan merekrut calon pegawai barunya sebanyak 85%. Hal ini menjadikan bukti betapa pentingnya presensi kita di media sosial akan berpengaruh di segala bidang. Itu tadi dari kita bahas dari sisi HR, mari kita lihat dari sisi remaja milenial yang sudah berpengalaman. Pada era serba online saat ini sungguh memudahkan para milenial yang bisa memanfaatkan platform professional secara baik untuk magang, membangun startup-startup atau lembaga swadaya masyarakat yang mengampanyekan tentang produktivitas, peningkatan value diri pada karir di era digital, dan sebagainya. Hal ini patut dicontoh oleh para remaja milenial di era digital yang masih bingung atau belum menemukan jati diri dan potensi apa yang bisa mereka gali.
Sayangnya, tidak semua pengguna, terutama ramaja milenial yang ada di Indonesia, menggunakan media sosialnya untuk mendapatkan manfaat yang paling positif pada era digital ini. Padahal, segala akun media sosial bisa dijadikan sebagai media untuk membentuk personal branding yang efektif dan tidak memerlukan langkah yang sulit dengan berbagai macam karakteristik yang berpengaruh bagi masa depan mereka kelak. Yang harus kita terapkan di sini adalah bagaimana kita menjalankan personal branding dengan baik dan jujur. Karena personal branding adalah representatif kita dikhalayak umum. Jadi, kita harus benar-benar menjaga dan terus mengembangkan personal branding yang dimiliki.
(abd)