Lanjut Usia, Saatnya Bahagia Bersama Keluarga
loading...
A
A
A
Sudibyo Alimoeso
Center for Family and Ageing Studies (CeFAS) URINDO/
Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI)
Masalah kependudukan seringkali timbul karena disebabkan antara lain terjadinya penuaan
penduduk (ageing population). Fenomena penuaan penduduk terjadi ketika umur median penduduk dari suatu wilayah atau negara mengalami peningkatan yang disebabkan oleh bertambahnya tingkat harapan hidup atau menurunnya tingkat fertilitas.
Kedua hal ini merupakan suatu keberhasilan bersama dari beberapa aspek, seperti program keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, penurunan tingkat kematian bayi, perbaikan akses terhadap pendidikan, bertambahnya lapangan pekerjaan, peningkatan kesetaraan gender, dan terlebih lagi semakin terjangkaunya fasilitas kesehatan sebanyak mungkin bagi masyarakat.
Kondisi penuaan penduduk terjadi dengan cepat di berbagai belahan dunia. Perubahan demografis ini telah mengakibatkan peningkatan jumlah dan proporsi orang yang berusia di atas 60 tahun, sebagai batas seseorang dianggap memasuki usia lanjut (WHO, 2018). Sebagai akibatnya, pertama kali dalam sejarah dalam waktu yang cepat tidak akan lama lagi akan terjadi lebih banyak orang tua daripada orang muda.
Penduduk Menua dengan Cepat
Persentase jumlah lansia merupakan indikator signifikan yang secara cepat dapat menggambarkan kondisi penuaan penduduk antarwilayah, namun ukuran absolute penduduk lanjut usia (lansia) lebih penting khususnya dalam hal perencanaan sosial ekonomi (Adlakha & Rudolph, 1994).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia yang mengalami perubahan transisi demografis dengan sangat cepat. Sebagai konsekuensinya terjadi penuaan populasi dengan cepat pula (Arifin & Ananta, 2016; Hugo, 2000).
Jumlah lansia yang berusia 60 tahun ke atas meningkat dari 5,3 juta (4,48%) pada 1971 menjadi 11,3 juta (6,29%) pada 1990 dan saat ini sekitar sekitar 26 juta jiwa atau 9,78% (BPS, SP 2020). Jumlah ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 48 juta pada 2035 ketika persentase penduduk pada usia yang lebih tua ini akan menjadi hampir 16%, atau sekitar dua kali lipat dari jumlah penduduk lansia saat ini.
Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun pada penduduk yang lebih tua adalah pada 4,7% lebih tinggi dari proporsi populasi umum atau rata-rata laju pertumbuhan penduduk secara umum sebesar 2,9%.
Respons dan Aksi yang Tepat
Penuaan penduduk tidak hanya menyebabkan pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja yang lebih lambat, tetapi juga pertumbuhan konsumsi yang lebih lambat dan pengeluaran domestik bruto meningkat. Penuaan penduduk memberikan tekanan pada seluruh aspek kehidupan karena meningkatnya kebutuhan akan perawatan sosial dan kesehatan untuk lansia.
Penduduk yang menua juga dapat memengaruhi tabungan, investasi, pola konsumsi, pengeluaran publik, pasar tenaga kerja, perpajakan dan pendapatan transfer antar generasi (Bengtsson, 2010; Mason, 2007).
Pergeseran ekonomi dan sosial yang kemungkinan terjadi sebagai akibat penduduk yang menua tersebut diperlukan komitmen yang tinggi untuk memberikan respons dan antisipasi melakukan program aksi yang tepat. Hal ini sebagai bentuk komitmen untuk memenuhi kesepakatan pada Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bahwa ‘tidak akan ada yang tertinggal'.
Kebijakan dan rencana aksi terhadap penduduk lansia yang tepat akan memberikan manfaat yang besar bagi negara dan juga keluarga mengingat penduduk lansia dapat berperan dalam proses pemanfaatan bonus demografi tahap kedua. Adanya kemajuan di bidang teknologi kesehatan dan peningkatan kesejahteraan menghasilkan kenyataan bahwa orang tua saat ini mengalami tahun-tahun terakhir mereka dengan kesehatan yang lebih baik daripada orang tua mereka.
Jika penduduk yang menua ini dapat mengalami tahun-tahun ekstra kehidupan dengan
kesehatan yang baik dan jika mereka hidup dalam lingkungan (keluarga) yang mendukung, kemampuan mereka untuk melakukan hal-hal yang mereka hargai akan sedikit berbeda dari kemampuan orang yang lebih muda. Sebaliknya, jika tahun-tahun tambahan ini didominasi oleh penurunan kapasitas fisik dan mental, implikasinya bagi lansia dan masyarakat lebih negatif.
Kebijakan dan program aksi tersebut meliputi peraturan perundangan yang “tidak diskriminatif (menguntungkan)”, penataan lingkungan yang kondusif, pelayanan preventif dan promosi hidup sehat, sampai dengan program perawatan baik perawatan akut maupun perawatan jangka panjang (long term care) khususnya bagi Lansia yang tidak potensial.
Bahagia Bersama Keluarga
Kesemuanya ini tentu tidak dapat dibebankan kepada pemerintah saja, tetapi memerlukan dukungan seluruh komponen bangsa, masyarakat dan terlebih lagi keluarga. Peran dan kepedulian keluarga sungguh sangat diperlukan.
Dalam kondisi paliatif, keluarga sebagai pemberi asuhan utama berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, kegiatan spiritual, dan pemberian obat-obatan. Terlebih karena Lansia sesungguhnya ingin terus tinggal bersama keluarganya.
Marilah, dengan semangat Hari Lanjut Usia Nasional tahun 2021, kita tingkatkan perhatian kita, pelayanan kita, perawatan kita, kasih sayang dan perlindungan kita agar memberikan kenyamanan pada lansia. Mereka berhak memiliki harkat dan martabat kehidupan yang baik. Mari kita buat Lansia tersenyum di tengah keluarga. Lansia, sudah semestinya, hidup bahagia bersama keluarga. Selamat Hari Lanjut Usia Nasional yang ke-25 Tahun 2021!
Center for Family and Ageing Studies (CeFAS) URINDO/
Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI)
Masalah kependudukan seringkali timbul karena disebabkan antara lain terjadinya penuaan
penduduk (ageing population). Fenomena penuaan penduduk terjadi ketika umur median penduduk dari suatu wilayah atau negara mengalami peningkatan yang disebabkan oleh bertambahnya tingkat harapan hidup atau menurunnya tingkat fertilitas.
Kedua hal ini merupakan suatu keberhasilan bersama dari beberapa aspek, seperti program keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, penurunan tingkat kematian bayi, perbaikan akses terhadap pendidikan, bertambahnya lapangan pekerjaan, peningkatan kesetaraan gender, dan terlebih lagi semakin terjangkaunya fasilitas kesehatan sebanyak mungkin bagi masyarakat.
Kondisi penuaan penduduk terjadi dengan cepat di berbagai belahan dunia. Perubahan demografis ini telah mengakibatkan peningkatan jumlah dan proporsi orang yang berusia di atas 60 tahun, sebagai batas seseorang dianggap memasuki usia lanjut (WHO, 2018). Sebagai akibatnya, pertama kali dalam sejarah dalam waktu yang cepat tidak akan lama lagi akan terjadi lebih banyak orang tua daripada orang muda.
Penduduk Menua dengan Cepat
Persentase jumlah lansia merupakan indikator signifikan yang secara cepat dapat menggambarkan kondisi penuaan penduduk antarwilayah, namun ukuran absolute penduduk lanjut usia (lansia) lebih penting khususnya dalam hal perencanaan sosial ekonomi (Adlakha & Rudolph, 1994).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia yang mengalami perubahan transisi demografis dengan sangat cepat. Sebagai konsekuensinya terjadi penuaan populasi dengan cepat pula (Arifin & Ananta, 2016; Hugo, 2000).
Jumlah lansia yang berusia 60 tahun ke atas meningkat dari 5,3 juta (4,48%) pada 1971 menjadi 11,3 juta (6,29%) pada 1990 dan saat ini sekitar sekitar 26 juta jiwa atau 9,78% (BPS, SP 2020). Jumlah ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 48 juta pada 2035 ketika persentase penduduk pada usia yang lebih tua ini akan menjadi hampir 16%, atau sekitar dua kali lipat dari jumlah penduduk lansia saat ini.
Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun pada penduduk yang lebih tua adalah pada 4,7% lebih tinggi dari proporsi populasi umum atau rata-rata laju pertumbuhan penduduk secara umum sebesar 2,9%.
Respons dan Aksi yang Tepat
Penuaan penduduk tidak hanya menyebabkan pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja yang lebih lambat, tetapi juga pertumbuhan konsumsi yang lebih lambat dan pengeluaran domestik bruto meningkat. Penuaan penduduk memberikan tekanan pada seluruh aspek kehidupan karena meningkatnya kebutuhan akan perawatan sosial dan kesehatan untuk lansia.
Penduduk yang menua juga dapat memengaruhi tabungan, investasi, pola konsumsi, pengeluaran publik, pasar tenaga kerja, perpajakan dan pendapatan transfer antar generasi (Bengtsson, 2010; Mason, 2007).
Pergeseran ekonomi dan sosial yang kemungkinan terjadi sebagai akibat penduduk yang menua tersebut diperlukan komitmen yang tinggi untuk memberikan respons dan antisipasi melakukan program aksi yang tepat. Hal ini sebagai bentuk komitmen untuk memenuhi kesepakatan pada Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) bahwa ‘tidak akan ada yang tertinggal'.
Kebijakan dan rencana aksi terhadap penduduk lansia yang tepat akan memberikan manfaat yang besar bagi negara dan juga keluarga mengingat penduduk lansia dapat berperan dalam proses pemanfaatan bonus demografi tahap kedua. Adanya kemajuan di bidang teknologi kesehatan dan peningkatan kesejahteraan menghasilkan kenyataan bahwa orang tua saat ini mengalami tahun-tahun terakhir mereka dengan kesehatan yang lebih baik daripada orang tua mereka.
Jika penduduk yang menua ini dapat mengalami tahun-tahun ekstra kehidupan dengan
kesehatan yang baik dan jika mereka hidup dalam lingkungan (keluarga) yang mendukung, kemampuan mereka untuk melakukan hal-hal yang mereka hargai akan sedikit berbeda dari kemampuan orang yang lebih muda. Sebaliknya, jika tahun-tahun tambahan ini didominasi oleh penurunan kapasitas fisik dan mental, implikasinya bagi lansia dan masyarakat lebih negatif.
Kebijakan dan program aksi tersebut meliputi peraturan perundangan yang “tidak diskriminatif (menguntungkan)”, penataan lingkungan yang kondusif, pelayanan preventif dan promosi hidup sehat, sampai dengan program perawatan baik perawatan akut maupun perawatan jangka panjang (long term care) khususnya bagi Lansia yang tidak potensial.
Bahagia Bersama Keluarga
Kesemuanya ini tentu tidak dapat dibebankan kepada pemerintah saja, tetapi memerlukan dukungan seluruh komponen bangsa, masyarakat dan terlebih lagi keluarga. Peran dan kepedulian keluarga sungguh sangat diperlukan.
Dalam kondisi paliatif, keluarga sebagai pemberi asuhan utama berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakaian, kegiatan spiritual, dan pemberian obat-obatan. Terlebih karena Lansia sesungguhnya ingin terus tinggal bersama keluarganya.
Marilah, dengan semangat Hari Lanjut Usia Nasional tahun 2021, kita tingkatkan perhatian kita, pelayanan kita, perawatan kita, kasih sayang dan perlindungan kita agar memberikan kenyamanan pada lansia. Mereka berhak memiliki harkat dan martabat kehidupan yang baik. Mari kita buat Lansia tersenyum di tengah keluarga. Lansia, sudah semestinya, hidup bahagia bersama keluarga. Selamat Hari Lanjut Usia Nasional yang ke-25 Tahun 2021!
(ynt)