Muhaimin Iskandar dan Peluang Kader NU Maju Capres 2024

Selasa, 01 Juni 2021 - 12:44 WIB
loading...
A A A
Sementara PKB selama ini dikenal sangat identik dengan kelompok pemilih massa NU. Meskipun di beberapa wilayah seperti Papua dan NTT, PKB justru dikenal sebagai parpol nasionalis dan plural layaknya Golkar, PDIP maupun Gerindra atau Nasdem dan memiliki pemilih cukup besar dari kelompok nonmuslim. Sementara Muhaimin juga merupakan politikus yang sangat dekat dan identik dengan NU.

Dalam beberapa kali pilpres sejak era Reformasi, kader NU pun selalu andil dalam Pilpres. Diawali pada 1999, Gus Dur sukses melanggeng ke Istana, pada Pilpres 2004, dua kader terbaik NU KH Hasyim Muzadi yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PBNU maju sebagai cawapres berdampingan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Satu lagi adik Gus Dur, KH Salahuddin Wahid yang maju sebagai cawapres berdampingan dengan Wiranto. Pada Pilpres 2009 dan 2014, kader NU absen. Baru pada 2019, lagi-lagi kader terbaik NU yakni Rais Aam PBNU saat itu, KH Ma’ruf Amin dipinang Jokowi sebagai cawapres dan sukses sebagai wakil presiden saat ini.

NU sebagai ormas Islam dengan jumlah massa terbesar di Indonesia bahkan dunia, selalu jadi magnet dalam setiap kontestasi Pilpres. Karena itu, sudah sepatutnya kader NU ikut berperan bahkan berkontestasi dalam perebutan kepemimpinan nasional.

Mengacu pada hasil survei nasional Alvara Research Center bertajuk ”Potret Keberagamaan Muslim Indonesia” pada 2016 lalu, penduduk muslim Indonesia sekitar 50,3% mengaku berafiliasi dengan NU. Sementara dari sisi keanggotaan, 36,1% mengaku menjadi anggota NU.

Estimasi Alvara berdasarkan data BPS dari jumlah populasi penduduk muslim dan berusia 17 tahun keatas, serta berafiliasi dan menjadi anggota ormas Islam, dihasilkan jumlah penduduk muslim yang berafiliasi dengan NU berjumlah 79,04 juta jiwa. Dari sisi keanggotaan, 57,33 juta penduduk muslim Indonesia mengaku menjadi anggota NU.

Sementara berdasarkan hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 18-25 Februari 2019, NU didaulat sebagai ormas terbesar di Indonesia dengan jumlah pesentase 49,5%. Bahkan, survei LSI menunjukkan NU bukan hanya sebagai pemilik ormas terbesar dalam skala nasional saja, namun juga membuktikan bahwa NU adalah ormas terbesar di dunia. Jika saat ini total seluruh penduduk Indonesia berjumlah kurang lebih 250 juta penduduk dengan jumlah penduduk muslim yang berkisar 87%, maka NU dengan persentase 49,5% yang dimiliki, memiliki basis massa yang berjumlah kurang lebih 108 juta orang.

Kembali ke sosok Muhaimin Iskandar, dalam deretan elite politik nasional yang memiliki kedekatan dengan NU baik secara silsilah maupun kendaraan politiknya maka Muhaimin punya kans untuk ikut bertarung dalam memperebutkan kursi kepemimpinan nasional pada 2024 mendatang.

Namun, ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan untuk memuluskan langkah Muhaimin maju di Pilpres 2024. Di antaranya meningkatkan elektabilitas dan popularitas, menunjukkan kerja nyata yang berpihak kepada kepentingan rakyat melalui parpol yang dipimpinnya, dan tidak kalah penting adalah mempererat hubungan dengan parpol lain. Sebab jika syarat presidential threshold (PT) tidak berubah dan tetap 20% seperti Pilpres 2019 lalu, artinya PKB harus berkoalisi dengan parpol lain untuk bisa mewujudkan mimpi mengusung Abdul Muhaimin Iskandar sebagai capres 2024, dan mimpi mengukir sejarah baru untuk menjadikan kader NU untuk kedua kalinya sebagai Presiden RI setelah Gus Dur.

Hal yang tidak kalah penting dan membuat langkah Muhaimin Iskandar maju capres sebagai sebuah ”keharusan” adalah karena posisinya sebagai ketum parpol. Salah satu nilai jual parpol dalam pemilu yang cukup ”cospleng” adalah jika mengusung kader terbaik parpol sebagai capres untuk jualan politik. Sebab, jika hanya jualan program partai, semua partai pasti menawarkan janji-janji manis.

Namun jika ketum parpol maju sebagai capres maka akan ada dampak atau efek ekor jas atau coat-tail effect yang akan mendongkrak perolehan suara partai. Kader parpol di bawah pun akan jauh lebih semangat berjuang merebut hati rakyat dibandingkan parpol yang hanya menjadi pendukung capres tertentu, bukan capres dari kader terbaik parpol itu sendiri.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0869 seconds (0.1#10.140)