Kasus Baru Covid-19 Pascalibur Lebaran Harus Diantisipasi
loading...
A
A
A
“Mitigasi diperlukan karena saat ini sudah mulai terlihat kenaikan kasus secara perlahan. evaluasi pertama pada dua minggu pascalebaran dan potensi sampai dua bulan pasca lebaran,” ujarnya saat dihubungi Sabtu (15/5).
Menurut Ketua Terpilih PB IDI ini, Indonesia mempunyai karakter tersendiri terkait dengan kenaikan Covid 19. Kenaikan signifikan terjadi setelah pergerakan masyarakat karena liburan panjang dan ritual keagamaan. Khusus libur Lebaran ini, potensi kenaikan kasus dipengaruhi beberapa faktor, yaitu mudik, arus balik mudik, acara pertemuan keluarga, liburan di tempat wisata, dan kembalinya para pekerja ke tempat kerja.
“Faktor -faktor tersebut membuat risiko kenaikan semakin tinggi. Bukan tidak mungkin kenaikan kasus positif , dan kenaikan occupancy rate (angka perawatan pasien) kasus Covid-19 bisa terjadi seperti pada Desember 2020 dan Januari 2021,” ujarnya.
Bagaimana langkah mitigasi dimaksud dilakukan? Adib menyarankan tiga hal. Pertama, memperkuat strategi yang selama ini sudah berjalan. Menurutnya, strategi seperti testing, tracing dan treatment tetap harus diperkuat. Peningkatan kemampuan testing terutama pada daerah-daerah tempat pergerakan mudik dan arus balik mudik.
Dia juga meminta dilakukan screening ketat saat pekerja yang kembali bekerja, terutama bagi yang tetap melakukan mudik. Adapun peningkatan tracing atau pelacakan terhadap orang yang melakukan kontak dengan orang yang positif, Adib menyarankan agar kemampuan petugas dalam melakukan deteksi dini ditingkatkan. Tidak kalah penting adalah penyiapan fasilitas kesehatan.
“Perlu memetakan kemampuan fasilitas kesehatan, termasuk SDM, alat kesehatan, obat , ICU dan ventilator, serta sistem rujukan yang terintegrasi,” paparnya.
Kedua, Adib mengingatkan perlunya konsistensi dalam penerapan regulasi baik oleh pemerintah pusat terlebih lagi pemerintah daerah. Ketiga, perlu meningkatkan kemampua dan kapasitas tim surveillance genomic/biomolekuler untuk memantau mutasi virus. Apalagi, diketahui varian baru virus korona kini juga sudah masuk ke Indonesia.
Epidemiolog dari UI, Kamaluddin Latief berpandangan, kaitan antara mobilitas masyarakat dengan kenaikan kasus positif memang sangat erat. Hal ini pun terjadi pada libur Lebaran tahun ini. Dia mengaku khawatir tingginya mobilitas masyarakat akan menaikan kasus dalan dua pekan dihitung dari Lebaran hari pertama.
Mengenai langkah mitigasi dalam mengantisipasi lonjakan kasus, Kamaluddin mengatakan sistemnya sudah benar, titik kritis sudah dapat diidentifikasi, namun ada masalah pada implementasinya sehingga selama ini tidak berjalan maksimal.
Menurut Ketua Terpilih PB IDI ini, Indonesia mempunyai karakter tersendiri terkait dengan kenaikan Covid 19. Kenaikan signifikan terjadi setelah pergerakan masyarakat karena liburan panjang dan ritual keagamaan. Khusus libur Lebaran ini, potensi kenaikan kasus dipengaruhi beberapa faktor, yaitu mudik, arus balik mudik, acara pertemuan keluarga, liburan di tempat wisata, dan kembalinya para pekerja ke tempat kerja.
“Faktor -faktor tersebut membuat risiko kenaikan semakin tinggi. Bukan tidak mungkin kenaikan kasus positif , dan kenaikan occupancy rate (angka perawatan pasien) kasus Covid-19 bisa terjadi seperti pada Desember 2020 dan Januari 2021,” ujarnya.
Bagaimana langkah mitigasi dimaksud dilakukan? Adib menyarankan tiga hal. Pertama, memperkuat strategi yang selama ini sudah berjalan. Menurutnya, strategi seperti testing, tracing dan treatment tetap harus diperkuat. Peningkatan kemampuan testing terutama pada daerah-daerah tempat pergerakan mudik dan arus balik mudik.
Dia juga meminta dilakukan screening ketat saat pekerja yang kembali bekerja, terutama bagi yang tetap melakukan mudik. Adapun peningkatan tracing atau pelacakan terhadap orang yang melakukan kontak dengan orang yang positif, Adib menyarankan agar kemampuan petugas dalam melakukan deteksi dini ditingkatkan. Tidak kalah penting adalah penyiapan fasilitas kesehatan.
“Perlu memetakan kemampuan fasilitas kesehatan, termasuk SDM, alat kesehatan, obat , ICU dan ventilator, serta sistem rujukan yang terintegrasi,” paparnya.
Kedua, Adib mengingatkan perlunya konsistensi dalam penerapan regulasi baik oleh pemerintah pusat terlebih lagi pemerintah daerah. Ketiga, perlu meningkatkan kemampua dan kapasitas tim surveillance genomic/biomolekuler untuk memantau mutasi virus. Apalagi, diketahui varian baru virus korona kini juga sudah masuk ke Indonesia.
Epidemiolog dari UI, Kamaluddin Latief berpandangan, kaitan antara mobilitas masyarakat dengan kenaikan kasus positif memang sangat erat. Hal ini pun terjadi pada libur Lebaran tahun ini. Dia mengaku khawatir tingginya mobilitas masyarakat akan menaikan kasus dalan dua pekan dihitung dari Lebaran hari pertama.
Mengenai langkah mitigasi dalam mengantisipasi lonjakan kasus, Kamaluddin mengatakan sistemnya sudah benar, titik kritis sudah dapat diidentifikasi, namun ada masalah pada implementasinya sehingga selama ini tidak berjalan maksimal.