Kasus Baru Covid-19 Pascalibur Lebaran Harus Diantisipasi
loading...
A
A
A
Jika nanti terdapat kekurangan permintaan tempat tidur maupun ICU, Kemenkes siap melakukan relaksasi dengan mengonversi rumah sakit menjadi khusus Covid-19.
''Sejumlah persiapan telah kita lakukan, saya berdoa persiapan itu tidak terpakai dan tetap kosong, tapi kalau pun ada setidaknya kita sudah melakukan persiapan,'' harap Menkes.
Sementara itu, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto pada Jumat (15/5) mengatakan, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan. Dia mencontohkan penambahan kasus Covid-19 pada Jumat (15/5) sebanyak 2.633 kasus. Menurut dia, jumlah itu terendah setidaknya sejak awal 2021.
Dalam hal ketersediaan ruang perawatan, kondisi saat ini masih terkendali. Airlangga menjelaskan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) nasional hingga 13 Mei mencapai 29%. Untuk diketahui, BOR masih diangap aman jika belum mencapai di atas angka 70%. Kendati demikian, Airlangga meningatkan bahwa BOR di beberapa daerah di Sumatera cukup tinggi.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi berharap kasus Covid-19 nantinya tidak kembali meningkat drastis seperti yang terjadi pada pasca libur Natal dan Tahun Baru 2021. Potensi itu bisa kembali terjadi di momen Lebaran ini. Hanya, kenaikan kasus ini baru bisa diketahui sekitar 2-3 pekan usai Idul Fitri.
Demi mencegah potensi itu, ia mengingatkan di tingkat hulu seperti Satgas Covid-19 termasuk di tingkat daerah, aparat kepolisian dan TNI, hingga pejabat daerah bertindak tegas menegakkan aturan dalam pelaksanaan pengetatan larangan mudik. Sedangkan di tingkat hilir, fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) harus bersiap untuk melakukan pengujian (testing) hingga penelusuran (tracing) terhadap kasus positif Covid-19 di wilayahnya.
Bukan hanya soalnya melakukan pelacakan saja yang penting untuk mengurangi melonjaknya kasus positif usai Lebaran. Tes antigen yang dilakukan secara acak tidak maksimal belum lagi hasilnya yang tidak seakurat PCR. Selama ini hanya melihat di pulau Jawa saja sementara kenaikan kasus sebenarnya akan terjadi di dalam dan luar pulau jawa karena 50 persen kasus terjadi di DKI dan jabodetabek sehingga semua fokus di pulau Jawa.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya selama ini kelemahan Indonesia adalah kualitas pelayanan kesehatan. Belajar dari pengalaman kuantitas maupun kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia belum siap terlebih jika kasusnya melonjak. Fasilitas ICU, alat ventilator, tempat tidur maupun kecepatan untuk rujukan sehingga tidak terjadi penanganan yang dapat ditindaklanjuti dengan cepat, ketika ada seseorang bergejala ini harus segera ditangani.
Fasilitas kesehatan juga harus merata untuk mereka yang ada di daerah luar pulau Jawa seperti Sumatera Kalimantan walaupun jumlah penduduknya sedikit tapi yang positif kemungkinan bisa melonjak usai Idul Fitri.
''Sejumlah persiapan telah kita lakukan, saya berdoa persiapan itu tidak terpakai dan tetap kosong, tapi kalau pun ada setidaknya kita sudah melakukan persiapan,'' harap Menkes.
Sementara itu, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto pada Jumat (15/5) mengatakan, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan. Dia mencontohkan penambahan kasus Covid-19 pada Jumat (15/5) sebanyak 2.633 kasus. Menurut dia, jumlah itu terendah setidaknya sejak awal 2021.
Dalam hal ketersediaan ruang perawatan, kondisi saat ini masih terkendali. Airlangga menjelaskan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) nasional hingga 13 Mei mencapai 29%. Untuk diketahui, BOR masih diangap aman jika belum mencapai di atas angka 70%. Kendati demikian, Airlangga meningatkan bahwa BOR di beberapa daerah di Sumatera cukup tinggi.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi berharap kasus Covid-19 nantinya tidak kembali meningkat drastis seperti yang terjadi pada pasca libur Natal dan Tahun Baru 2021. Potensi itu bisa kembali terjadi di momen Lebaran ini. Hanya, kenaikan kasus ini baru bisa diketahui sekitar 2-3 pekan usai Idul Fitri.
Demi mencegah potensi itu, ia mengingatkan di tingkat hulu seperti Satgas Covid-19 termasuk di tingkat daerah, aparat kepolisian dan TNI, hingga pejabat daerah bertindak tegas menegakkan aturan dalam pelaksanaan pengetatan larangan mudik. Sedangkan di tingkat hilir, fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) harus bersiap untuk melakukan pengujian (testing) hingga penelusuran (tracing) terhadap kasus positif Covid-19 di wilayahnya.
Bukan hanya soalnya melakukan pelacakan saja yang penting untuk mengurangi melonjaknya kasus positif usai Lebaran. Tes antigen yang dilakukan secara acak tidak maksimal belum lagi hasilnya yang tidak seakurat PCR. Selama ini hanya melihat di pulau Jawa saja sementara kenaikan kasus sebenarnya akan terjadi di dalam dan luar pulau jawa karena 50 persen kasus terjadi di DKI dan jabodetabek sehingga semua fokus di pulau Jawa.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya selama ini kelemahan Indonesia adalah kualitas pelayanan kesehatan. Belajar dari pengalaman kuantitas maupun kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia belum siap terlebih jika kasusnya melonjak. Fasilitas ICU, alat ventilator, tempat tidur maupun kecepatan untuk rujukan sehingga tidak terjadi penanganan yang dapat ditindaklanjuti dengan cepat, ketika ada seseorang bergejala ini harus segera ditangani.
Fasilitas kesehatan juga harus merata untuk mereka yang ada di daerah luar pulau Jawa seperti Sumatera Kalimantan walaupun jumlah penduduknya sedikit tapi yang positif kemungkinan bisa melonjak usai Idul Fitri.