Kasus Baru Covid-19 Pascalibur Lebaran Harus Diantisipasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Libur lebaran Idulfitri diprediksi memicu kenaikan kasus positif Covid-19. Karena itulah pemerintah perlu melakukan antisipasi dengan menyiapkan fasilitas kesehatan dan tenaga medis guna menghadapi kemungkinan lonjakan jumlah pasien yang butuh perawatan beberapa hari ke depan.
Kenaikan kasus positif diprediksi terjadi pada 10 hingga 14 hari setelah masa liburan berakhir. Perkirakan ini mengacu pada beberapa momentum liburan panjang sebelumnya yang juga diwarnai lonjakan kasus positif.
Potensi lonjakan kasus pada libur panjang Lebaran ini tidak lepas dari masih tingginya mobilitas masyarakat. Meski pemerintah membelakukan larangan mudik, faktanya banyak masyarakat yang tetap ngotot kembali ke kampung halaman. Data pemerintah menunjukkan jumlah masyarakat yang mudik mencapai 1,5 juta jiwa.
Aktivitas masyarakat di objek wisata juga potensial memicu lonjakan kasus positif Covid-19. Apalagi, sejumlah tempat wisata di Tanah Air, termasuk di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat diserbu wisatawan. Banyak destinasi yang mengabaikan aturan pembatasan jumlah pengunjung sehingga terpaksa dilakukan penutupan.
Ancaman lonjakan kasus pascalibur Lebaran ini juga diakui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Saat memberi keterangan sebelum Idulfitri lalu, Menkes mengaku telah melakukan sejumlah langkah antisipasi dengan mendata seluruh kapasitas tempat tidur di seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di Tanah Air.
Selain itu, dilakukan pendataan terhadap alat kesehatan, obat-obatan serta melakukan pendampingan ketat kepada pemerintah daerah yang daerahnya terindikasi mengalami tren kenaikan kasus.
“Tugas kami adalah mempersiapkan kondisi terburuk, saya rasa dan berharap ini tidak terjadi. Tapi kalaupun terjadi peningkatan penularan kita ingin melakukan antisipasi agar kita tidak kaget,” ujar Budi sebagaimana dikutip dari situs resmi Kemkes.co.id, kemarin.
Perlunya mitigasi dalam mengantisipasi lonjakan kasus disampaikan secara terpisah oleh Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi dan epidemiolog dari Universitas Indonesia Kamaluddin Latief.
Kenaikan kasus positif diprediksi terjadi pada 10 hingga 14 hari setelah masa liburan berakhir. Perkirakan ini mengacu pada beberapa momentum liburan panjang sebelumnya yang juga diwarnai lonjakan kasus positif.
Potensi lonjakan kasus pada libur panjang Lebaran ini tidak lepas dari masih tingginya mobilitas masyarakat. Meski pemerintah membelakukan larangan mudik, faktanya banyak masyarakat yang tetap ngotot kembali ke kampung halaman. Data pemerintah menunjukkan jumlah masyarakat yang mudik mencapai 1,5 juta jiwa.
Aktivitas masyarakat di objek wisata juga potensial memicu lonjakan kasus positif Covid-19. Apalagi, sejumlah tempat wisata di Tanah Air, termasuk di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat diserbu wisatawan. Banyak destinasi yang mengabaikan aturan pembatasan jumlah pengunjung sehingga terpaksa dilakukan penutupan.
Ancaman lonjakan kasus pascalibur Lebaran ini juga diakui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Saat memberi keterangan sebelum Idulfitri lalu, Menkes mengaku telah melakukan sejumlah langkah antisipasi dengan mendata seluruh kapasitas tempat tidur di seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di Tanah Air.
Selain itu, dilakukan pendataan terhadap alat kesehatan, obat-obatan serta melakukan pendampingan ketat kepada pemerintah daerah yang daerahnya terindikasi mengalami tren kenaikan kasus.
“Tugas kami adalah mempersiapkan kondisi terburuk, saya rasa dan berharap ini tidak terjadi. Tapi kalaupun terjadi peningkatan penularan kita ingin melakukan antisipasi agar kita tidak kaget,” ujar Budi sebagaimana dikutip dari situs resmi Kemkes.co.id, kemarin.
Perlunya mitigasi dalam mengantisipasi lonjakan kasus disampaikan secara terpisah oleh Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi dan epidemiolog dari Universitas Indonesia Kamaluddin Latief.