Perayaan Idul Fitri di Tengah Pandemi COVID-19

Kamis, 13 Mei 2021 - 09:11 WIB
loading...
Perayaan Idul Fitri...
Direktur Eksekutif LK2PK, dr Ardiansyah Bahar menilai menilai perlu belajar dari pengalaman sebelumnya terkait mudik pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LK2PK), dr Ardiansyah Bahar mengatakan bahwa pandemi COVID-19 saat ini bukan lagi hanya sekadar fenomena medis sebagai hasil dari interaksi antara agent (SARS-CoV 2) dan host (manusia). Lebih dari itu, kata dia, pandemi ini telah menjadi suatu fenomena kemanusiaan yang menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.

"Tidak butuh waktu lama untuk virus yang berukuran sangat mikro ini menghancurkan sendi-sendi kehidupan umat manusia. Dampak yang dihasilkannya pun secara global, mempengaruhi hampir seluruh negara yang ada di muka bumi," ujarnya kepada SINDOnews, Kamis (13/5/2021).

Dia melanjutkan pandemi COVID-19 telah menunjukkan wajah asli dari umat manusia, dimana ada sebagian dari kita yang ternyata sangat individualis, bahkan menunjukkan keserakahannya di tengah pandemi ini. Kata dia, pandemi COVID-19 juga telah menunjukkan betapa rapuhnya umat manusia, makhluk yang selama ini mencoba mendominasi bumi dan segala kekayaannya.

"Namun, tidak sedikit juga yang telah menunjukkan semangatnya untuk berbagi dengan sesama dan menjalankan berbagai aktivitas sosial di tengah pandemi ini. Boleh dikata, pandemi telah membuka tabir yang selama ini menutupi berbagai wajah manusia di sekeliling kita," tuturnya.

Terkait mudik pada Hari Raya Idul Fitri, dia menilai perlu belajar dari pengalaman sebelumnya. Setidaknya, kata dia, ada empat libur panjang yang telah dilalui selama pandemi COVID-19. "Data dari Satgas COVID-19 menunjukkan adanya tren kenaikan kasus setelah periode libur panjang," imbuhnya.

Pertama, saat libur Idul Fitri tanggal 22-25 Mei 2020. Kata dia, pada tanggal 26-28 Mei 2020 terjadi kenaikan kasus positif harian 68-93% dan kenaikan kasus kematian mingguan 28-66%. Kedua, saat libur Kemerdekaan RI tanggal 17, 22-23 Agustus 2020. "Pada pekan 1-3 September 2020 terjadi kenaikan kasus positif harian 58-119% dan kenaikan kasus kematian mingguan 10-57%," katanya.

Ketiga, saat libur Maulid Nabi tanggal 28 Oktober-1 November 2020. Dia mengungkapkan pada tanggal 18 November 2020 terjadi kenaikan kasus positif harian 37-95% dan kenaikan kasus kematian mingguan 13-75%.

Terakhir, saat libur Natal dan Tahun Baru tanggal 24 Desember 2020-3 Januari 2021. Dia menjelaskan pada pekan 2 Desember 2020-Akhir Januari 2021 terjadi kenaikan kasus positif harian 37-78% dan kenaikan kasus kematian mingguan 6-46%.

"Masalah yang timbul tentu bukan karena hari rayanya, baik itu Idul Fitri, Maulid Nabi, atau Natal dan Tahun Baru. Tapi cara masyarakat dalam memanfaatkan libur panjang yang menimbulkan mobilitas penduduk secara besar-besaran. Belajar dari pengalaman ini, pembatasan mobilitas penduduk memang harus dilakukan," ucapnya.

Terkait penanganan pandemi menjelang Idul Fitri, dia berharap kebijakan yang diambil adalah kebijakan yang berbasis sains dan juga konsisten. "Kita harus jujur menilai bahwa banyak kebijakan saat ini yang tidak konsisten. Pembatasan mobilitas yang ada tidak bersifat komprehensif, baik dari sisi waktu dan lokasi," jelasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1448 seconds (0.1#10.140)