BPIP Maknai Perbedaan adalah Keindahan dan Sebuah Keniscayaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dewan Pengarah BPIP Try Soetrisno menyatakan setidaknya ada dua tantangan yang dihadapi bangsa saat ini. Tantangan dari internal dan eksternal. Tantangan dari internal antara lain soal perbedaan. "Kunci untuk mengatasinya adalah bagaimana menjadikan perbedaan bukan sesuatu yang bertentangan tapi keindahan," ujarnya saat menghadiri acara Silaturahmi Ramadhan BPIP dengan PHDI, di Lapangan Tembak Ksatria Kopassus, Cijantung, Jakarta, Selasa (11/5).
Terkait hal ini Wakil Presiden RI ke-6 ini mengapresiasi kerja BPIP yang menggelar silaturahim dengan berbagai kalangan termasuk dengan PHDI. Menurut dia silaturahim artinya pertemuan dalam percintaan. "Ini suatu cerminan praktik hidup berpancasila. Agar kondisi seperti ini dikobarkan dengan berbagai macam kelompok dan cara," katanya.
Ia berharap pertemuan-pertemuan ini dilanjutkan dalam implementasi dan dihayatinya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal senada dinyatakan anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Sudhamek Agoeng. Ia berharap silaturahmi BPIP dengan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) bisa berlanjut dalam berbagai berbentuk kerja sama. Tujuannya, dengan kolaborasi itu bisa lebih mudah membumikan nilai Pancasila dan menyelesaikan berbagai persoalan bangsa saat ini.
"Untuk menyelesaikan persoalan ini tak mungkin dikerjakan sendiri-sendiri. Harus dilakukan bersama-sama," kata Sudhamek.
Ia mengatakan, ada tiga pintu masuk yang bisa ditindaklanjuti antara BPIP dan PHDI setelah silaturahim ini. Tiga pintu masuk itu adalah kemanusiaan atau kebhinekaan, pendidikan, dan sosial ekonomi. Pendekatan pendidikan ini dianggap powerfull untuk mengubah paradigma manusia. Dari paradigma yang destruktif menjadi paradigma yang baik seperti gotong royong.
"Tiga pintu itu pada intinya akan menuju ruang yang sama yaitu, kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial. Sila yang relevan kita wujudkan," ucap Sudhamek.
Acara silaturahmi ini dihadiri Kepala BPIP Yudian Wahyudi, dan Ketua Umum PHDI Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya. Ikut mendampingi dalam acara Deputi I BPIP Prakoso, Deputi II BPIP K.A. Tajuddin, dan Deputi IV BPIP Baby Siti Salamah. Acara juga dihadiri anggota Dewan Pengarah BPIP yakni Try Soetrisno dan Sudhamek Agoeng secara online.
Kepala BPIP Yudian Wahyudi menjelaskan mengenai pentingnya mengelola perbedaan. Ia bercerita dulu ada sebuah negara adi kuasa, yang memiliki wilayah yang luas dan teknologi militer yang canggih. Tapi usia negara tersebut hanya sampai beberapa tahun. Negara tersebut runtuh tanpa berperang.
"Mengapa runtuh? Salah satu faktornya ada tidak adanya Bhineka Tunggal Ika. Di negara itu semua warga negaranya diseragamkan. Ini bertentangan dengan kodrat kemanusiaan," kata Yudian.
Mantan Rektor UIN Yogyakarta ini mengatakan beruntung Indonesia memiliki Pancasila. Dengan Pancasila siapa pun disantuni dan diakui dengan berbagai macam pluralitas dan kemajemukan.
Sementara itu, Ketua Umum PHDI Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya mengatakan mengapresiasi kunjungan silaturahmi BPIP. Dia mengaku siap berkolaborasi dalam membumikan nilai-nilai Pancasila. "Pancasila sebagai dasar negara harus dipegang erat seperti burung garuda mencengkram," kata Wisnu.
Menurut dia, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Tak perlu dipertentangkan. Tapi dirawat agar menjadi taman yang penuh bunga warna-warni.
"Saya ingin mengajak untuk diteruskan ke seluruh rakyat Indonesia untuk saling menghormati satu sama yang lain," katanya. (CM)
Terkait hal ini Wakil Presiden RI ke-6 ini mengapresiasi kerja BPIP yang menggelar silaturahim dengan berbagai kalangan termasuk dengan PHDI. Menurut dia silaturahim artinya pertemuan dalam percintaan. "Ini suatu cerminan praktik hidup berpancasila. Agar kondisi seperti ini dikobarkan dengan berbagai macam kelompok dan cara," katanya.
Ia berharap pertemuan-pertemuan ini dilanjutkan dalam implementasi dan dihayatinya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal senada dinyatakan anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Sudhamek Agoeng. Ia berharap silaturahmi BPIP dengan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) bisa berlanjut dalam berbagai berbentuk kerja sama. Tujuannya, dengan kolaborasi itu bisa lebih mudah membumikan nilai Pancasila dan menyelesaikan berbagai persoalan bangsa saat ini.
"Untuk menyelesaikan persoalan ini tak mungkin dikerjakan sendiri-sendiri. Harus dilakukan bersama-sama," kata Sudhamek.
Ia mengatakan, ada tiga pintu masuk yang bisa ditindaklanjuti antara BPIP dan PHDI setelah silaturahim ini. Tiga pintu masuk itu adalah kemanusiaan atau kebhinekaan, pendidikan, dan sosial ekonomi. Pendekatan pendidikan ini dianggap powerfull untuk mengubah paradigma manusia. Dari paradigma yang destruktif menjadi paradigma yang baik seperti gotong royong.
"Tiga pintu itu pada intinya akan menuju ruang yang sama yaitu, kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial. Sila yang relevan kita wujudkan," ucap Sudhamek.
Acara silaturahmi ini dihadiri Kepala BPIP Yudian Wahyudi, dan Ketua Umum PHDI Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya. Ikut mendampingi dalam acara Deputi I BPIP Prakoso, Deputi II BPIP K.A. Tajuddin, dan Deputi IV BPIP Baby Siti Salamah. Acara juga dihadiri anggota Dewan Pengarah BPIP yakni Try Soetrisno dan Sudhamek Agoeng secara online.
Kepala BPIP Yudian Wahyudi menjelaskan mengenai pentingnya mengelola perbedaan. Ia bercerita dulu ada sebuah negara adi kuasa, yang memiliki wilayah yang luas dan teknologi militer yang canggih. Tapi usia negara tersebut hanya sampai beberapa tahun. Negara tersebut runtuh tanpa berperang.
"Mengapa runtuh? Salah satu faktornya ada tidak adanya Bhineka Tunggal Ika. Di negara itu semua warga negaranya diseragamkan. Ini bertentangan dengan kodrat kemanusiaan," kata Yudian.
Mantan Rektor UIN Yogyakarta ini mengatakan beruntung Indonesia memiliki Pancasila. Dengan Pancasila siapa pun disantuni dan diakui dengan berbagai macam pluralitas dan kemajemukan.
Sementara itu, Ketua Umum PHDI Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya mengatakan mengapresiasi kunjungan silaturahmi BPIP. Dia mengaku siap berkolaborasi dalam membumikan nilai-nilai Pancasila. "Pancasila sebagai dasar negara harus dipegang erat seperti burung garuda mencengkram," kata Wisnu.
Menurut dia, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Tak perlu dipertentangkan. Tapi dirawat agar menjadi taman yang penuh bunga warna-warni.
"Saya ingin mengajak untuk diteruskan ke seluruh rakyat Indonesia untuk saling menghormati satu sama yang lain," katanya. (CM)
(atk)