Pemuda Penanda Zaman

Kamis, 06 Mei 2021 - 05:16 WIB
loading...
A A A
Bahkan merebut ruang publik juga menjadi sebuah keniscayaan seorang pemuda meski harus berhadapan dengan masalah dan konsensus sosial yang ada. Namun demikian bukan berarti tunduk pada suatu kekuasaan politik, dan lebih jauh lagi ikut andil dalam diskursus yang praktis.

Pemuda memahami diskursus praktis dengan prosedur komunikasi yang mempertimbangkan umpan-balik sebagai kepatuhan dan konsensus bersama. Prasyaratnya menurut Habermas dalam (Menuju Masyarakat Komunikatif, F. Budi Hardiman: 1993), yang perlu dikantongi oleh para pemuda adalah mengimplementasikan idealisme komunikasi. Menurutnya, idealisasi ini merupakan proses komunikasi yang dibangun berdasarkan tujuan sebagai diskursus praktis. Maka diskursus ini memerlukan pola komunikasi yang baik berdasarkan proses yang mensyaratkan berlakunya prosedur komunikasi.

Disamping itu agar mencapai konsensus rasional, maka komunikasi itu harus terlaksana secara inklusif, egaliter dan bebas-dominasi. Penggunanaan bahasa komunikasi yang disepakati bersama secara konsisten akan menampilkan diskursus yang logis dan bergizi. Sejalan dengan itu, akses untuk memperoleh kesempatan yang sama, komunikasi yang diimplementasikan tidak berat sebelah, bahkan menghindari untuk menganggap pribadi-pribadi lainnya hanya sebatas sarana komunikasi.

Dalam kesempatan yang sama, di tengah diskursus komunikasi tersebut mensyaratkan adanya aturan-aturan yang perlu disepakati bersama sehingga tidak ada tekanan dan diskriminasi yang pada akhirnya ada upaya mengamankan proses idealisasi komunikasi itu dengan argumen yang sehat tanpa harus memaksa dan mendangkalkan peran orang lain.

Pemuda Negarawan

Pemuda dalam setiap zaman senantiasa menggugah dan memantik daya tarik tersendiri. Karena pemuda memiliki gaya dan kekhasan komunikasi yang unik sehingga peran dan kiprahnya selalu dinanti. Dalam lembaran sejarah Pemuda Muhammadiyah , sosok KH. Ahmad Dahlan merupakan inspirasi yang dapat dijadikan pegangan dalam praktik idealisasi komunikasi di zamannya yang penuh dinamika dan tantangan.

Sebab sosok bersahaja yang terus menginspirasi ini dalam diskursus praktis tetap mengedepankan karakter berkemajuan yang memerhatikan prinsip dasar Muhammadiyah sebagai karakter utama. Terdapat tiga karakter dasar Muhammadiyah yaitu karakter pergerakan, karakter dakwah, dan karakter tajdid(Haedar Nashir, 2021).

Semua karakter itu harus saling melengkapi yang secara esensial mendakan ruh gerakan islam sebagai karakter dasar utama,karakter dakwah dan tajdid merupakan karakter dasar yang bersifat perluasan ide dan gerakan (derivasi) dari karakter Islam dalam bentuk misi.

Jelas bahwa pemuda berkemajuan sebagaimana uraian di atas, yang juga ikut mendorong keikutsertaan pemuda dalam bernegara dan berbangsa seperti terungkap dalam komitmen Pemuda Muhammadiyah untuk meneguhkan Pemuda Negarawan yang bertepatan dengan miladnya ke-89, merupakan upaya untuk melahirkan kader-kader persyarikatan yang tetap menjunjung tinggi dakwah berkemajuan yang moderat dan mencerahkan sebagai wujud menggerakkan potensi kader Pemuda Muhammadiyah dan kader bangsa pada umumnya di dalam percaturan politik kenegaraan.

Sebagai penutup dalam tulisan ini, karena setiap waktu memiliki nilai inspirasi bagi pemuda, izinkan saya memetik kata-kata mutiara ini: “Pemuda hari ini adalah pemimpin esok hari”. Karena begitu strategisnya posisi pemuda, maka dalam hikmah ini patut dihadirkan mutiara kata berikutnya bahwa: “Pemuda itu bisa mati karena terpeleset lidahnya. Namun tidaklah ia mati karena terpeleset kakinya”.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1190 seconds (0.1#10.140)