Al-Qur’an, Penggerak Literasi dan Peradaban
loading...
A
A
A
Selain keidentikan itu, Al-Qur’an, secara implisit, juga sering menyebut hal-hal yang berkaitan dengan peralatan atau perkakas baca-tulis. Sebut saja misalnya, kata midad (tinta), qalam (pena), qirthas (kertas), lauh (batu tulis), raqq (lembaran), dan shuhuf (helai-helai kertas).
Keempat, Al-Quran menginspirasi lahirnya tradisi manajemen dan administrasi (al-Baqarah: 282; al-Nur: 33). Perintah dalam ayat ini adalah mengarah kepada fungsionalisasi tulisan sebagai bukti otentik untuk menjalankan roda perdagangan secara profesional.
Empat argumen di atas dapat menjadi bukti bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat perintah-perintah dan anjuran-anjuran untuk mencari dan memperdalam ilmu pengetahuan. Inilah yang kemudian menjadi pelecut lahirnya tradisi literasi dan peradaban ilmu pengetahuan di dunia muslim.
***
Program penulisan Al-Qur’an menjadi tonggak sejarah dimulainnya tradisi ilmiah bangsa Arab. Tradisi ini kemudian membawa bangsa Arab muslim menapaki masa kejayaannya, baik dalam bidang dakwah keislaman, sosial-politik, ekonomi-perdagangan, militer, dan terutama peradaban ilmu pengetahunan.
Karena seruan literasi Al-Qur’an bersama kepeloporan Nabi Muhammad, bangsa Arab tidak hanya menjadi pusat-pusat peradaban, tapi juga menjadi pewaris peradaban kuno yang berkembang pesat di tepi sungai Tigris dan Efrat di daratan sekitar Sungai Nil dan di pantai sebelah timur Mediterania.
Al-Qur’an menjadi corpus terbuka dan sumber dialektika untuk mendalami pesan-pesan dan ilmu Allah yang tak terbatas (al-Kahfi: 109 dan Luqman: 27). Kehadiran al-Quran dan segenap pesan profetik yang diperankan Nabi Muhammad betul-betul mengubah orientasi berpikir masyarakat Arab yang kala itu berkultur “kabilahisme sentris” menjadi kosmopolit.
Al-Qur’an, bukan hanya menggerakakan tradisi literasi, tapi terus menginspirasi lahirnya pengetahuan di masa-masa berikutnya. Sejarah mencatat, hampir tujuh abad lamanya, mulai 750 hingga 1500 M atau mulai 0 sampai 700 H, Islam mulai menapaki sejarah dan berhasil mencapai masa kejayaan di banyak aspek, terutama dalam konteks peradaban ilmu pengetahuan yang berkontribusi besar pada kemajuan dunia.
Dalam rentang waktu itulah lahir ratusan ilmuan muslim yang populer dengan ragam teori yang kelak mengilhami kemunculan renaissance di Eropa. Di antaranya, Jabir Ibn Hayyan (721-815 M), ahli kimia; Ibn Khaldun (732-808H/1332-1406M), pakar sosiologi dan sejarah; al-Khawarizmi (780-850M), ahli matematika; al-Razi (864-925M), pakar kedokteran; Ibn Zina (980-1037M), ahli bidang kedokteran; al-Biruni (973-1048M), pakar bidang fisika, Ibn Bathuthah (1304-1369M), seorang antropolog dan pelancong, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Para ilmuan di atas menjadi ilmuan terbaik dari generasi muslim yang telah menyumbangkan tenaga dan fikirannya untuk kemajuan dunia intelektual Islam. Dengan demikian, di bulan Ramadhan ini, kita berdo’a, semoga kita termotivasi dan terinspirasi untuk terus bersemangat dalam mentadabburi Al-Qur’an.
Keempat, Al-Quran menginspirasi lahirnya tradisi manajemen dan administrasi (al-Baqarah: 282; al-Nur: 33). Perintah dalam ayat ini adalah mengarah kepada fungsionalisasi tulisan sebagai bukti otentik untuk menjalankan roda perdagangan secara profesional.
Empat argumen di atas dapat menjadi bukti bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat perintah-perintah dan anjuran-anjuran untuk mencari dan memperdalam ilmu pengetahuan. Inilah yang kemudian menjadi pelecut lahirnya tradisi literasi dan peradaban ilmu pengetahuan di dunia muslim.
***
Program penulisan Al-Qur’an menjadi tonggak sejarah dimulainnya tradisi ilmiah bangsa Arab. Tradisi ini kemudian membawa bangsa Arab muslim menapaki masa kejayaannya, baik dalam bidang dakwah keislaman, sosial-politik, ekonomi-perdagangan, militer, dan terutama peradaban ilmu pengetahunan.
Karena seruan literasi Al-Qur’an bersama kepeloporan Nabi Muhammad, bangsa Arab tidak hanya menjadi pusat-pusat peradaban, tapi juga menjadi pewaris peradaban kuno yang berkembang pesat di tepi sungai Tigris dan Efrat di daratan sekitar Sungai Nil dan di pantai sebelah timur Mediterania.
Al-Qur’an menjadi corpus terbuka dan sumber dialektika untuk mendalami pesan-pesan dan ilmu Allah yang tak terbatas (al-Kahfi: 109 dan Luqman: 27). Kehadiran al-Quran dan segenap pesan profetik yang diperankan Nabi Muhammad betul-betul mengubah orientasi berpikir masyarakat Arab yang kala itu berkultur “kabilahisme sentris” menjadi kosmopolit.
Al-Qur’an, bukan hanya menggerakakan tradisi literasi, tapi terus menginspirasi lahirnya pengetahuan di masa-masa berikutnya. Sejarah mencatat, hampir tujuh abad lamanya, mulai 750 hingga 1500 M atau mulai 0 sampai 700 H, Islam mulai menapaki sejarah dan berhasil mencapai masa kejayaan di banyak aspek, terutama dalam konteks peradaban ilmu pengetahuan yang berkontribusi besar pada kemajuan dunia.
Dalam rentang waktu itulah lahir ratusan ilmuan muslim yang populer dengan ragam teori yang kelak mengilhami kemunculan renaissance di Eropa. Di antaranya, Jabir Ibn Hayyan (721-815 M), ahli kimia; Ibn Khaldun (732-808H/1332-1406M), pakar sosiologi dan sejarah; al-Khawarizmi (780-850M), ahli matematika; al-Razi (864-925M), pakar kedokteran; Ibn Zina (980-1037M), ahli bidang kedokteran; al-Biruni (973-1048M), pakar bidang fisika, Ibn Bathuthah (1304-1369M), seorang antropolog dan pelancong, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Para ilmuan di atas menjadi ilmuan terbaik dari generasi muslim yang telah menyumbangkan tenaga dan fikirannya untuk kemajuan dunia intelektual Islam. Dengan demikian, di bulan Ramadhan ini, kita berdo’a, semoga kita termotivasi dan terinspirasi untuk terus bersemangat dalam mentadabburi Al-Qur’an.
(kri)