Riset Indonesia- Jerman, 86 Persen Masyarakat Dukung Larangan Mudik
loading...
A
A
A
Tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan, bersamaan dengan adanya interaksi dengan anak dan keluarga di rumah yang masing-masing memiliki kewajiban, membuat pesan dalam komunikasi yang dilakukan kacau sehingga intensitas emosional meningkat.
Belum lagi ditambah dengan penurunan kegiatan ekonomi yang berimbas pada penurunan pendapatan dan ekonomi keluarga, dan informasi yang didapat masyarakat dari media. "Semua hal ini diterima individu dalam satu waktu dalam konteks yang sama. Sangat dimaklumi jika ada yang akhirnya marah," ujar Anna.
Beberapa hal menarik dari penelitian ini menjelaskan dukungan terhadap kebijakan pemerintah adalah 87% responden merasa bahwa virus Corona membahayakan kesehatan mereka. Fakta lain dari survei adalah 65% responden merasa takut tertular virus yang sampai tanggal 19 Mei 2020 kemarin menyebabkan kematian 1.191 orang di Indonesia, dan lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia.
Perasaan responden yang ditangkap dalam hasil riset ini terkait dengan banyaknya masyarakat yang mengandalkan informasi dari media dengan nara sumber tenaga kesehatan seperti dokter atau website asosiasi kesehatan. Dukungan yang diberikan kepada pemerintah tidak serta merta setelah mendapatkan informasi dari pemerintah, tetapi dari informasi di berbagai media dengan nara sumber dari bidang kesehatan.
Namun, meski hasil riset menunjukkan masyarakat mendukung kebijakan pemerintah, riset ini juga menunjukkan sisi lain kekhawatiran masyarakat yaitu 90% responden mengakui bahwa kebijakan tersebut mengganggu kondisi perekonomian mereka. Bahkan teridentifikasi juga bahwa ada 46% responden yang merasa tidak memiliki pengaruh atas keputusan pemerintah dalam penanganan Covid-19.
Instrumen survei yang digunakan oleh tim peneliti di Indonesia dan Jerman menggunakan konsep yang serupa, namun indikatornya disesuaikan dengan konteks di masing-masing negara.
Penelitian ini menggunakan metode survei representatif nasional dan pengumpulan data dilakukan melalui aplikasi digital yang dilaksanakan oleh Jakpat Mobile Online Survey Indonesia. Periode pengumpulan data dilakukan pada tanggal 27 April -18 Mei 2020 dan menjangkau 1100 responden dari seluruh provinsi di Indonesia.
Belum lagi ditambah dengan penurunan kegiatan ekonomi yang berimbas pada penurunan pendapatan dan ekonomi keluarga, dan informasi yang didapat masyarakat dari media. "Semua hal ini diterima individu dalam satu waktu dalam konteks yang sama. Sangat dimaklumi jika ada yang akhirnya marah," ujar Anna.
Beberapa hal menarik dari penelitian ini menjelaskan dukungan terhadap kebijakan pemerintah adalah 87% responden merasa bahwa virus Corona membahayakan kesehatan mereka. Fakta lain dari survei adalah 65% responden merasa takut tertular virus yang sampai tanggal 19 Mei 2020 kemarin menyebabkan kematian 1.191 orang di Indonesia, dan lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia.
Perasaan responden yang ditangkap dalam hasil riset ini terkait dengan banyaknya masyarakat yang mengandalkan informasi dari media dengan nara sumber tenaga kesehatan seperti dokter atau website asosiasi kesehatan. Dukungan yang diberikan kepada pemerintah tidak serta merta setelah mendapatkan informasi dari pemerintah, tetapi dari informasi di berbagai media dengan nara sumber dari bidang kesehatan.
Namun, meski hasil riset menunjukkan masyarakat mendukung kebijakan pemerintah, riset ini juga menunjukkan sisi lain kekhawatiran masyarakat yaitu 90% responden mengakui bahwa kebijakan tersebut mengganggu kondisi perekonomian mereka. Bahkan teridentifikasi juga bahwa ada 46% responden yang merasa tidak memiliki pengaruh atas keputusan pemerintah dalam penanganan Covid-19.
Instrumen survei yang digunakan oleh tim peneliti di Indonesia dan Jerman menggunakan konsep yang serupa, namun indikatornya disesuaikan dengan konteks di masing-masing negara.
Penelitian ini menggunakan metode survei representatif nasional dan pengumpulan data dilakukan melalui aplikasi digital yang dilaksanakan oleh Jakpat Mobile Online Survey Indonesia. Periode pengumpulan data dilakukan pada tanggal 27 April -18 Mei 2020 dan menjangkau 1100 responden dari seluruh provinsi di Indonesia.
(eko)