Fenomena Teroris Lone Wolf, Pakar: Ada Motif Teologis yang Sangat Kuat

Jum'at, 02 April 2021 - 23:00 WIB
loading...
Fenomena Teroris Lone...
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa pelaku penyerangan Mabes Polri di Jakarta oleh Zakiah Aini adalah serangan lone wolf. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa pelaku penyerangan Mabes Polri di Jakarta oleh Zakiah Aini adalah serangan lone wolf .

Doktor Ilmu Kepolisian dari PTIK, Dedy Tabrani mengatakan sekarang ini banyak bermunculan serangan teroris di mana para penyerangnya adalah anak muda yang direkrut oleh jaringan kelompok teroris secara online yang kemudian disebut lone wolf.
“Benar sekali bahwa cara lone wolf dinilai paling aman agar jaringan mereka tidak terbongkar karena hanya terputus pada pelaku saja,” tegas Dedy dalam siaran pers yang diterima awak media, Jumat (2/4/2021).

Menurutnya anak-anak muda sekarang banyak direkrut sebagai lone wolf melalui media sosial dan diarahkan untuk melakukan serangan dengan persenjataan minimal. “Mereka dikendalikan dari jarak jauh melalui telepon genggam atau HP yang mereka miliki dengan nomor yang sering berubah-ubah,” jelasnya.

Dedy menjelaskan mereka tetap menyimpan nomor mentor atau ulama organik kekerasan. Semua biaya operasional dan lain-lain ditanggung sendiri oleh lone wolf tersebut.
Bahkan para mentor ataupun ulama organik kekerasan juga mempersiapkan konsep surat wasiat yang akan ditinggalkan kepada keluarganya.

Dalam beraksi, jika lone wolf tersebut diantar oleh seseorang yang ada di jaringan sel kelompok teroris maka dia bukanlah lone wolf. “Kalau dia berangkat sendiri dengan menggunakan ojek online atau menumpang pada orang lain maka itu adalah lone wolf,” urainya.

Dedy mencermati anak-anak muda sekarang menggandrungi untuk menjadi lone wolf karena masuk ke dalam satu barisan teror secara daring atau online yang tidak disibukkan oleh jadwal pengajian atau indoktrinasi yang dipersiapkan oleh jaringan.

Lebih dari itu ada motif teologis yang sangat kuat. “Jika mereka melakukan serangan teror maka akan mendapatkan pahala syahid dan bisa langsung masuk ke surga,” papar Dedy.

Motif teologis inilah yang yang sangat menggugah serta mempengaruhi banyak anak muda atau kaum milenial yang selama ini merasa bahwa pintu jihad belum pernah dibuka oleh satu gerakan agama manapun.

Celakanya, kondisi tersebut diperparah dengan kehadiran jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan juga kelompok-kelompok teroris lainnya yang merasa yakin dan berani memberikan jaminan untuk mendapatkan syahid. “Maka inilah yang paling ditunggu-tunggu karena tidak selamanya kesempatan untuk mendapatkan syahid terbuka lebar,” terangnya.

Kehadiran Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan juga organisasi-organisasi teroris lainnya dimanfaatkan oleh mereka dan dianggap sebagai momentum yang sayang jika dilewatkan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1260 seconds (0.1#10.140)