Impor Beras Gaduh, Pemerintah Diharap Perhatikan Nasib Petani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi didesak mundur dari jabatannya terkait kegaduhan rencana impor beras di tengah panen raya.
Adapun rencana pemerintah mengimpor beras di tengah panen raya itu menuai protes dari petani dan pengusaha beras.
Billy berpendapat, seharusnya petani menikmati hasil panen dengan harga gabah yang sepadan, bukan menebarkan wacana impor yang membuat harga gabah anjlok.
"Logikanya harus dipakai. Jangan lagi panen malah ingin impor beras," kata pengusaha beras asal Sragen ini.
Dia menuturkan, kondisi saat ini petani tengah terpuruk gara-gara wacana impor beras. Misalnya di Tegal, harga gabah kering anjlok dari Rp 5.000 per kg menjadi Rp 3.500 per kg.
"Cari timing yang pas untuk membuat kebijakan strategis apalagi menyangkut petani. Jangan bicara data atau stok sesaat tapi efeknya kira-kira menguntungkan rakyat atau sekelompok orang," Ujar Billy.
Menurut dia, Lutfi sebagai menteri seharusnya Lutfi bisa menghitung kebutuhan beras yang riil di lapangan. Berkaca dari tahun lalu, Billy mengatakan pemerintah tidak mengimpor beras karena kebutuhan sudah dicukupi dengan hasil petani lokal.
"Kami ini tidak anti impor. Boleh impor tapi waktjnya janhan pas panen raya," tuturnya.
Dia menyarankan mengenai stok agar berkoordinasi dengan Bulog. "Hitung kebutuhan Bulog tiap tahun berapa. Wong sekarang ini Bulog pasarnya sudah ditutup pemerintah sendiri. Kalau impor lagi mau disalurkan ke mana itu beras. Yang sekarang ada saja bingung dilepas ke mana," pungkasnya.
Sekadar diketahui sebelumnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI Senin 22 Maret 2021, Mendag Lutfi berkukuh tetap mengimpor beras meski kebijakan itu tidak populer. Soalnya, kata dia, kebijakan itu ada sebelum ia menjabat demi menambah stok cadangan beras sebanyak 1-1,5 juta ton. "Kalau memang salah saya siap berhenti," kata Lutfi.
Adapun rencana pemerintah mengimpor beras di tengah panen raya itu menuai protes dari petani dan pengusaha beras.
Baca Juga
Billy berpendapat, seharusnya petani menikmati hasil panen dengan harga gabah yang sepadan, bukan menebarkan wacana impor yang membuat harga gabah anjlok.
"Logikanya harus dipakai. Jangan lagi panen malah ingin impor beras," kata pengusaha beras asal Sragen ini.
Dia menuturkan, kondisi saat ini petani tengah terpuruk gara-gara wacana impor beras. Misalnya di Tegal, harga gabah kering anjlok dari Rp 5.000 per kg menjadi Rp 3.500 per kg.
"Cari timing yang pas untuk membuat kebijakan strategis apalagi menyangkut petani. Jangan bicara data atau stok sesaat tapi efeknya kira-kira menguntungkan rakyat atau sekelompok orang," Ujar Billy.
Menurut dia, Lutfi sebagai menteri seharusnya Lutfi bisa menghitung kebutuhan beras yang riil di lapangan. Berkaca dari tahun lalu, Billy mengatakan pemerintah tidak mengimpor beras karena kebutuhan sudah dicukupi dengan hasil petani lokal.
"Kami ini tidak anti impor. Boleh impor tapi waktjnya janhan pas panen raya," tuturnya.
Dia menyarankan mengenai stok agar berkoordinasi dengan Bulog. "Hitung kebutuhan Bulog tiap tahun berapa. Wong sekarang ini Bulog pasarnya sudah ditutup pemerintah sendiri. Kalau impor lagi mau disalurkan ke mana itu beras. Yang sekarang ada saja bingung dilepas ke mana," pungkasnya.
Sekadar diketahui sebelumnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI Senin 22 Maret 2021, Mendag Lutfi berkukuh tetap mengimpor beras meski kebijakan itu tidak populer. Soalnya, kata dia, kebijakan itu ada sebelum ia menjabat demi menambah stok cadangan beras sebanyak 1-1,5 juta ton. "Kalau memang salah saya siap berhenti," kata Lutfi.
(maf)