Tolak Pelonggaran PSBB, Lakukan Tes Masif dan Penelusuran Agresif

Selasa, 19 Mei 2020 - 18:47 WIB
loading...
Tolak Pelonggaran PSBB, Lakukan Tes Masif dan Penelusuran Agresif
Pelaksanaan rapid test. Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Koalisi Masyarakat Sipil menyikapi persiapan pemerintah yang akan melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) . Mereka menolak pelonggaran PSBB dan mendesak pemerintah untuk tetap melakukan tes masif dan penelusuran (tracing) yang agresif, serta meningkatkan dukungan sosial ekonomi bagi warga yang terdampak Covid-19 .

Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Khalisah Khalid menilai keputusan pelonggaran PSBB itu lebih pada kepentingan politik, bukan didasarkan pada data dan rasional kesehatan publik. Menurut dia, kebijakan politik tanpa data kesehatan masyarakat adalah wujud kegagalan pemerintah melindungi warga.

"Dalam hukum, perbuatan itu menjadi bukti adanya pelanggaran HAM by commission. Karenanya, akibat yang menyertai kebijakan adalah menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai pembuat kebijakan, termasuk kematian warga sebagai akibat pelonggaran kekarantinaan kesehatan ini," tutur Khalisah dalam keterangan tertulis yang dikutip SINDOnews, Selasa (19/5/2020).

Demi melancarkan kebijakan ini, seakan ada agenda setting seperti beragam survei dan penonjolan kebijakan di negara-negara lain tentang mulai dibukanya kekarantinaan kesehatan. Kedua hal itu dinilai bentuk sesat pikir yang disengaja untuk menggiring opini dan warga bahwa sudah saatnya membuka kekarantinaan kesehatan. ( ).

Kebijakan-kebijakan negara lain umumnya diambil berdasarkan kurva epidemiologi Covid-19 yang ditandai dengan menurunnya data penularan harian selama 14 hari. Kurva ini akan valid apabila ada tes massal yang akurat sesuai proporsi jumlah penduduk.

Sementara, di Indonesia belum melakukan tes massal yang proporsional, penelusuran (tracing) yang agresif seperti negara-negara lain. Bahkan, mereka sudah jauh lebih lama melakukan lockdown ketimbang Indonesia yang selalu menghindari penerapan kebijakan tersebut. "Kurva Indonesia belum menurun, malahan naik terus. Demikian pula dengan persentase penularan per harinya," singgungnya.

Belum lagi, angka tes Covid-19 di Indonesia masih di bawah rata-rata bila dibandingkan dengan ASEAN. Tingkat tes di Indonesia adalah 628 per 1 juta penduduk. Jauh ketimbang Singapura sebanyak 30.000 per satu juta penduduk dan Malaysia yang mencapai 7.500 per 1 juta penduduk.

Kondisi itu ditambah lagi dengan belum semua provinsi di Indonesia memiliki laboratorium dan tenaga yang siap untuk melakukan tes. Rendahnya rasio pengetesan ini bisa menyulitkan dalam memastikan apakah Indonesia sudah melewati titik puncak pandemik atau belum. "Keputusan untuk melonggarkan tanpa tes yang cukup sama saja menambah beban bagi kapasitas medis lokal maupun pusat." ( ).
(zik)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1203 seconds (0.1#10.140)