Peringati Isra Mikraj, Ichya Halimudin Kenang Cak Nur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar HMI , M Ichya Halimudin mengatakan bahwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Mikraj adalah sebuah peristiwa sakral.
"Isra' Mi'raj seringkali digambarkan sebagai bentuk kemahakuasaan Allah atas ruang. Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa normalnya 40 hari perjalanan dengan unta. Tapi hanya dalam satu malam, Rasulullah bisa menempuh jarak sejauh itu," kata Ichya, Kamis (11/3/2021).
Namun sebenarnya, kata Ichya, peristiwa suci ini juga menggambarkan kemahakuasaan Allah atas waktu. Isra' Mi'raj bukan hanya menerangkan perjalanan dua tempat di bumi, tetapi juga perjalanan menuju Sidratul Muntaha. Sebuah tempat yang melampaui langit ketujuh.
Baca juga: Doa Warganet untuk Anies usai Unggah Peringatan Isra Mikraj
Mengenang Nurcholish Madjid (Cak Nur), kader HMI Cabang Ciputat ini menjelaskan bahwa Cak Nur memiliki pandangan saintifik yang unik dalam melihat peristiwa Isra' Mi'raj.
"Pandangan Cak Nur tentu sesuai dengan kemampuan teknologi di masanya. Bintang terjauh yang mampu dideteksi teleskop Hubble saat itu berjarak 3,5 miliar tahun cahaya," katanya.
Dia melanjutkan, bagi Cak Nur bintang terjauh yang bisa terlihat adalah batas langit pertama. "Kalau batas langit pertama berjarak 3,5 miliar tahun cahaya. Dan jika enam lapis langit lain juga berjarak sama, berarti butuh 24,5 miliar tahun lamanya hanya untuk perjalanan sampai ke langit tujuh. Padahal jarak bumi ke matahari saja hanya 8 menit cahaya," kata Ichya.
Baca juga: Isra Mikraj Nabi Muhammad Itu Ilmiah, Begini Penjelasannya
Ichya menjabarkan, bahwa perjalanan yang seharusnya miliaran tahun cahaya ditempuh hanya dalam satu malam, menunjukkan kemahakuasaan Allah bukan hanya pada persoalan ruang tetapi terutama tentang waktu.
"Dari Isra' Mi'raj kita belajar bahwa tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak. Tapi manusia juga harus berusaha; berikhtiar. Semuanya perlu ikhtiar," pungkas kandidat Ketua Umum (Ketum) PB HMI ini.
"Isra' Mi'raj seringkali digambarkan sebagai bentuk kemahakuasaan Allah atas ruang. Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa normalnya 40 hari perjalanan dengan unta. Tapi hanya dalam satu malam, Rasulullah bisa menempuh jarak sejauh itu," kata Ichya, Kamis (11/3/2021).
Namun sebenarnya, kata Ichya, peristiwa suci ini juga menggambarkan kemahakuasaan Allah atas waktu. Isra' Mi'raj bukan hanya menerangkan perjalanan dua tempat di bumi, tetapi juga perjalanan menuju Sidratul Muntaha. Sebuah tempat yang melampaui langit ketujuh.
Baca juga: Doa Warganet untuk Anies usai Unggah Peringatan Isra Mikraj
Mengenang Nurcholish Madjid (Cak Nur), kader HMI Cabang Ciputat ini menjelaskan bahwa Cak Nur memiliki pandangan saintifik yang unik dalam melihat peristiwa Isra' Mi'raj.
"Pandangan Cak Nur tentu sesuai dengan kemampuan teknologi di masanya. Bintang terjauh yang mampu dideteksi teleskop Hubble saat itu berjarak 3,5 miliar tahun cahaya," katanya.
Dia melanjutkan, bagi Cak Nur bintang terjauh yang bisa terlihat adalah batas langit pertama. "Kalau batas langit pertama berjarak 3,5 miliar tahun cahaya. Dan jika enam lapis langit lain juga berjarak sama, berarti butuh 24,5 miliar tahun lamanya hanya untuk perjalanan sampai ke langit tujuh. Padahal jarak bumi ke matahari saja hanya 8 menit cahaya," kata Ichya.
Baca juga: Isra Mikraj Nabi Muhammad Itu Ilmiah, Begini Penjelasannya
Ichya menjabarkan, bahwa perjalanan yang seharusnya miliaran tahun cahaya ditempuh hanya dalam satu malam, menunjukkan kemahakuasaan Allah bukan hanya pada persoalan ruang tetapi terutama tentang waktu.
"Dari Isra' Mi'raj kita belajar bahwa tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak. Tapi manusia juga harus berusaha; berikhtiar. Semuanya perlu ikhtiar," pungkas kandidat Ketua Umum (Ketum) PB HMI ini.
(abd)