Belajar Menyenangkan untuk Generasi Emas
loading...
A
A
A
“Kita sudah bisa lihat sekarang, misalnya ada pekerjaan baru muncul, dan ada pekerjaan yang hilang. Karena itu, anak-anak harus disiapkan menghadapi era yang kita sendiri tidak sadar akan seperti apa nanti. Tujuannya agar anak-anak punya ketahanan, punya kemampuan adaptasi, punya keterampilan-keterampilan,” ujarnya.
Tumbuhkan Karakter Siswa
Novi sejak 2014 mengembangkan pendidikan well-being melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). GSM diinisiasi oleh Muhammad Nur Rizal, dosen Fakultas Teknik UGM sebagai founder, dan Novi Candra sebagai co-founder.
GSM adalah sebuah paradigma baru pendidikan yang mentransformasi pola pendidikan formal menjadi lebih kolaboratif, inklusif, dan menarik. Model pembelajaran ini merangsang anak-anak mengembangkan potensi dan keunikannya masing-masing.
Menurut Novi, berdasarkan riset yang dilakukannya, terjadi perubahan karakter pada anak-anak yang sekolahnya menerapkan konsep pembelajaran menyenangkan dibandingkan yang tidak.
Riset tersebut dilakukan pada 114 sekolah, yakni 44 sekolah di Yogyakarta dan 70 sekolah di Tangerang, Banten. Survei melibatkan lebih 200 guru yang menilai perubahan yang dialami siswa kelas IV dan V di sekolahnya selama delapan bulan setelah GSM diterapkan.
Survei tersebut mencatat perubahan signifikan yang dialami siswa setelah mendapatkan pendidikan model GSM. Di antaranya siswa menjadi lebih senang berada di sekolah 18%, siswa percaya diri sebanyak 18%, siswa yang aktif dalam pembelajaran 14%, siswa yang semangat belajarnya meningkat 14%, siswa yang peduli 11%, dan kreatif 7%. Selain itu, siswa yang disiplin naik 7%, siswa yang komunikatif 7%, dan memiliki sopan santun 4%.
Survei tentang pendidikan well-being yang dilakukan mahasiswa Fakultas Psikologi UGM, Fauzia, berjudulGerakan Sekolah Menyenangkan: Fostering Student's Well-being through a Whole-school-approach (2020) juga menunjukkan faktaanak-anak yang belajar di sekolah GSM ternyata lebih tinggi kebahagiaannya dibandingkan dengan anak di sekolah lain yang tanpa GSM.
Novi menyebut salah satu keunggulan sekolah yang selama ini sudah menerapkan konsep GSM adalah lebih siap dalam situasi pandemi. Sekolah GSM tidak perlu kalang kabut seperti sekolah pada umumnya karena tidak siap dengan perubahan model pelajaran dari tatap muka di kelas menjadi belajar dari rumah melalui daring.
Sekolah GSM juga tidak bermasalah dengan kurikulum karena selama ini pembelajaran memang tidak berorientasi akademik, tidak ada standardisasi nilai, tidak mengenal kompetisi--misalnya siapa juara atau rangking kelas--melainkan lebih memberi ruang kepada siswa mengembangkan potensi dan keunikan dirinya masing-masing. Tujuannya agar terbentuk karakter kuat yang akan membangun ketahanan anak.
Melalui GSM, sistem belajar daring pun sudah lebih awal diperkenalkan ke siswa, termasuk belajar menggunakan aplikasi Zoom dan sejenisnya.
Tumbuhkan Karakter Siswa
Novi sejak 2014 mengembangkan pendidikan well-being melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). GSM diinisiasi oleh Muhammad Nur Rizal, dosen Fakultas Teknik UGM sebagai founder, dan Novi Candra sebagai co-founder.
GSM adalah sebuah paradigma baru pendidikan yang mentransformasi pola pendidikan formal menjadi lebih kolaboratif, inklusif, dan menarik. Model pembelajaran ini merangsang anak-anak mengembangkan potensi dan keunikannya masing-masing.
Menurut Novi, berdasarkan riset yang dilakukannya, terjadi perubahan karakter pada anak-anak yang sekolahnya menerapkan konsep pembelajaran menyenangkan dibandingkan yang tidak.
Riset tersebut dilakukan pada 114 sekolah, yakni 44 sekolah di Yogyakarta dan 70 sekolah di Tangerang, Banten. Survei melibatkan lebih 200 guru yang menilai perubahan yang dialami siswa kelas IV dan V di sekolahnya selama delapan bulan setelah GSM diterapkan.
Survei tersebut mencatat perubahan signifikan yang dialami siswa setelah mendapatkan pendidikan model GSM. Di antaranya siswa menjadi lebih senang berada di sekolah 18%, siswa percaya diri sebanyak 18%, siswa yang aktif dalam pembelajaran 14%, siswa yang semangat belajarnya meningkat 14%, siswa yang peduli 11%, dan kreatif 7%. Selain itu, siswa yang disiplin naik 7%, siswa yang komunikatif 7%, dan memiliki sopan santun 4%.
Survei tentang pendidikan well-being yang dilakukan mahasiswa Fakultas Psikologi UGM, Fauzia, berjudulGerakan Sekolah Menyenangkan: Fostering Student's Well-being through a Whole-school-approach (2020) juga menunjukkan faktaanak-anak yang belajar di sekolah GSM ternyata lebih tinggi kebahagiaannya dibandingkan dengan anak di sekolah lain yang tanpa GSM.
Novi menyebut salah satu keunggulan sekolah yang selama ini sudah menerapkan konsep GSM adalah lebih siap dalam situasi pandemi. Sekolah GSM tidak perlu kalang kabut seperti sekolah pada umumnya karena tidak siap dengan perubahan model pelajaran dari tatap muka di kelas menjadi belajar dari rumah melalui daring.
Sekolah GSM juga tidak bermasalah dengan kurikulum karena selama ini pembelajaran memang tidak berorientasi akademik, tidak ada standardisasi nilai, tidak mengenal kompetisi--misalnya siapa juara atau rangking kelas--melainkan lebih memberi ruang kepada siswa mengembangkan potensi dan keunikan dirinya masing-masing. Tujuannya agar terbentuk karakter kuat yang akan membangun ketahanan anak.
Melalui GSM, sistem belajar daring pun sudah lebih awal diperkenalkan ke siswa, termasuk belajar menggunakan aplikasi Zoom dan sejenisnya.