Pendidikan dan Pandemi Covid-19: Alternatif Meningkatkan Soft Skill Siswa

Kamis, 25 Februari 2021 - 12:38 WIB
loading...
A A A
BDR tidak selamanya negatif, namun hal tersebut juga akan memberikan dampak positif pada murid, guru dan orang tua untuk bagaimana bisa beradaptasi dengan cara kehidupan yang baru. Dengan adanya penerapan tersebut, siswa dan guru yang awalnya selalu menerapkan proses belajar konvensional, saat ini mereka mulai perlahan mengenal dunia digital dan berbagai macam platform dan aplikasi untuk mempermudah proses belajarnya.

Tahun 2021 ada wacana pemerintah untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka namun hal tersebut masih menjadi misteri dan belum ada keputusan finalnya. Hal demikian menjadi beban tambahan bagi orang tua untuk perkembangan pengetahuan anaknya.

Indonesia yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan nelayan akan kesusahan untuk membagikan waktunya sebagai petani/nelayan dan menjadi guru buat anaknya karena mereka terlalu sibuk bekerja untuk mendapatkan upah yang akan mereka belanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Selain dari pada itu, banyak orang tua yang buta huruf dan minim pengetahuan yang membuat orang tua tidak bisa membantu mengajarkan materi yang diberikan oleh sekolah.

Selain dari pada kasus tersebut, tentu ada beberapa orang tua juga yang tidak menginginkan untuk penerapan proses belajar tatap muka di kondisi saat ini. Mereka akan sangat takut protokol kesehatan dan keamanan disekolah tidak sesuai denganapa yang diharapkan oleh orang tua.

Di balik pandemi Covid-19 masih banyak lagi problematika yang terjadi di dunia Pendidikan di Indonesia, salah satunya tentang transparansi anggaran yang belum sepenuhnya terdistribusi kepada sekolah, guru dan murid. Indonesia Corruption watch (ICW) menilai, praktik korupsi di sektor perguruan tinggi bukan hal yang baru. Sejak 2015-2019 terdapat 202 kasus korupsi yang melibatkan 465 orang.

ICW juga mencatat modus korupsi yang sering trjadi di sektor pendidikan, yakni penggelembungan harga dengan 40 kasus. Selain itu, penggelapan merupakan modus yang banyak kedua dengan total 37 kasus dan modus lainnya penyalahgunaan anggaran sebanyak 36 kasus. Kemudian objek anggaran pendidikan yang rentan ada dana bantuan operasional (BOS), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana Hibah.

Dari sedikit catatan di atas, tidak heran jika masih banyak penerapan sistem Pendidikan di Indonesia yang tidak stabil. Hal demikian bukan semata-mata karena kebijakan pemerintah, melainkan dari beberapa oknum yang menyalahgunakan anggaran yang seharusnya menjadi hak dalam Pendidikan.

Solusi?
Penulis berharap pemerintah berkoordinasi secara aktif dengan kepala sekolah dan guru disetiap daerah untuk mencari solusi nyata atas berbagai permasalahan yang sedang dihadapi bersama yaitu perkembangan dan proses belajar mengajar yang progresif dan penyaluran dana untuk perkembangan pendidikan di masa pandemi Covid-19. Tentu selama 1 tahun proses BDR yang diterapkan pasti banyak sekali masalah yang dihadapi guru, orang tua dan siswa.

Hal demikian bisa menjadi bahan evaluasi bersama. Harapannya agar mampu memunculkan sebuah grand design baru untuk kelanjutan proses belajar agar mampu menciptakan peserta didik yang progresif visioner.

Di era saat ini, bisa dikatakan sekolah bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, bahkan tanpa materi yang diberikan guru secara langsung, seorang siswa mampu mendapatkan ilmu tersebut melalui gadget yang mereka genggam setiap harinya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1165 seconds (0.1#10.140)