Cegah Stunting, Dokter LK PBNU Sarankan Tak Taruh Gadget di Saku Celana

Kamis, 18 Februari 2021 - 22:01 WIB
loading...
Cegah Stunting, Dokter LK PBNU Sarankan Tak Taruh Gadget di Saku Celana
Menurut dokter Civi, stunting adalah kondisi di mana anak lahir dengan tubuh pendek atau pertumbuhan tidak sesuai yang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kesehatan kedua orang tua. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Dokter dari Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU), Citra Fitri Agustina mengatakan, dalam pencegahan stunting tidak bisa hanya menyudutkan perempuan. Untuk mencegah lahirnya anak stunting
memang dimulai dari proses pertumbuhan anak dari dalam kandungan. Namun hal itu juga didukung oleh kualitas
bibit, dalam hal ini dipengaruhi oleh kualitas sperma.

" Pencegahan stunting jangan hanya menyalahkan perempuan. Selama ini yang terus diintervensi adalah ibu.
Misalnya ibu diminta makan telur selama hamil," kata dokter Civi, sapaan akrabnya, Kamis (18/2/2021).
Padahal, kata dia, nutrisi seorang pria sebagai calon ayah juga harus dijaga. "Harus di kedua-duanya,"
ujarnya.

Menurut dokter Civi, stunting adalah kondisi di mana anak lahir dengan tubuh pendek atau pertumbuhan tidak
sesuai yang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kesehatan kedua orang tua. Salah satu penyebabnya saat
proses kehamilan, sang ibu mengalami kekurangan darah atau anemia. Namun bisa juga karena sang ayah
memiliki penyakit penyerta.

Baca juga: Stunting Ancaman Nyata di Tengah Peluang Bonus Demografi

"Kok ibu terus yang disalalahkan? Kedua pihak harus diperiksa, termasuk apakah sperma cukup unggul?,"
katanya.

Jangan Menyimpan Gadget di Saku Celana
Dokter Civi juga mengutip beberapa dokter yang sempat berdiskusi dengannya yang mengungkapkan sperma anakmuda tidak semuanya baik. Banyak remaja saat ini yang mengalami fertilitas atau kemanduan karena faktor
gadget. "Beberapa dokter menyarankan jangan taruh gadget di saku celana," kata dokter Civi.

Menyimpan gadget di saku celana diyakini mengganggu kesuburan pria karena dapat memunculkan paparan radiasijangka panjang. Ponsel yang diletakkan dekat dengan alat kelamin pria menurunkan kuantitas sel sperma pria.Kemampuan berenang sperma pun menjadi lebih lambat yang dapat menghambat proses bertemunya sperma dengansel telur saat penetrasi pada proses hubungan suami istri.

Gangguan gadget pada kesuburan pria berhubungan dengan frekuensi elektromagnetik yang dipancarkan gadget.
Sel tubuh atau ponsel memancarkan frekuensi elektromagnetik dan radiasi frekuensi yang tinggi diserap tubuh
hingga ke jaringan. Hal ini memicu peningkatan gerakan molekuler di dalam sel tubuh. Apabila hal ini terus
dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengganggu kesuburan pria.

Baca juga: Anggaran Besar, Perlu Perbaikan Manajemen Tekan Angka Stunting

Selain itu, faktor nutrisi makanan juga mempengaruhi kualitas sprema. Karenanya, dokter Civi menilai adanya
pemantauan calon pengantin, termasuk pria sebagai calon ayah, sebagai hal yang baik. "Masalah stunting ini
masalah lama dan bersifat dari hilir yakni sejak ibu hamil, dari bibit yang dikelola," katanya.

Libatkan Ormas
Upaya pencegahan stunting yang dilakukan BKKBN menjadi hal yang sangat penting. Namun dokter Civi
mengatakan upaya tersebut tidak bisa hanya oleh satu pihak. "Pencegahan stunting sudah jamak akan lebih
baik dengan banyak pelibatan organisasi masyarakat," katanya.

Ia mengapresiasi kerja sama BKKBN dengan Fatayat NU dalam pencegahan stunting. Selain itu, kerja sama
dengan ormas, lembaga NU atau paguyuban juga harus diterapkan. "Sehingga edukasi pencegahan stunting akan
mudah disebarkan, karena santri misalnya lebih mendengarkan kata gurunya, kata kiainya. Edukasi pencegahan
stunting ini lebih tepat dan sampai ke sasaran," katanya.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1289 seconds (0.1#10.140)